Aku menatap matahari yang begitu cerah, sangat menyengat, aku melihat seseorang datang menghampiriku, dia menatapku dengan begitu menyebalkan.
"Baru 2 putaran aja udah capek" katanya dengan songong abis.
Aku menginjak kakinya lalu melanjutkan hukuman lariku. Aku aina, aku sedang dihukum berlari lapangan 4 putaran, dan cowok yang menyebalkan itu arga. Dia satu-satunya cowok yang paling aku benci. Entah apa alasannya aku juga udah lupa, setiap kali kita dipertemukan tidak akan ada kata perdamaian yang terjadi, hanya debat hebat dan bertengkar tanpa henti. Sampai maut memisahkan, tidak itu berlebihan.
Aku duduk sambil mengatur napasku yang udah ngos-ngosan, aku melihat arga yang duduk disebelahku juga capek karna dia harus berlari 6 putaran.
"Kau juga bisa capek?" tanyaku.
"Emang aku ini macan apa, gak punya rasa lelah" kata arga.
Aku tertawa dan menyenggol pundak arga.
"Kau bukan macan, kau itu gorila" aku tertawa dan arga menoleh kearahku dengan muka marah.
"Apa kau bilang? Aku gorila? Heh kalau aku gorila terus kau apa? Anak nya monyet?" arga berdiri mulai ngomel.
"Heh biasa aja dong kalau ngomong, aku juga bercanda kok, dasar monyet gila" aku gak terima dibentak-bentak arga seperti itu. Arga pun juga melakukan hal yang sama. Kita bertengkar dipinggir lapangan gak jelas.
Lalu pak yahya guru olahraga menghampiri kami yang sedang bertengkar.
"Hei berhenti"
Perintah pak yahya tapi kami tidak mendengarkan.
"Bapak bilang berhenti" teriak pak yahya.
Kami berhenti bertengkar dan pak yahya menyuruh kami keruang BK.
"Kapan kalian berhenti? Kapan kalian mengakhiri permusuhan ini? Bapak tanya mau sampai kapan?" pak yahya bertanya bertubi-tubi, berteriak plus marah.
"Kalau bapak marah-marah nanti kena serangan jantung lho, sabar pak ini cobaan dari tuhan, semoga bapak tabah ya"
Aku dan arga hanya diam tanpa kata. Tak berani menjawab dan entah mau jawab apa juga gak tau.
"Kalian berdua sekarang minta maaf" perintah pak yahya ditunjukkan padaku dan arga.
"Sepertinya pak yahya sedang mempersatukan kucing dan anjing deh"
"Cepat" teriak pak yahya.
"Ogah, minta maaf ke dia? Hah mimpi" kata arga dengan songongnya.
"Emang kau pikir aku juga mau minta maaf? Sorry yaa itu hanya mimpi buruk" aku membuang muka dan tidak ingin memandang arga.
"Cukup, kalau kalian tidak mau minta maaf, terpaksa bapak akan keluarkan kalian berdua dari sekolah" ancam pak yahya.
"Apa?" aku dan arga berteriak.
"Tapi pak dia duluan yang mulai" rengeku.
"Apa kau bilang, aku yang mulai? Dasar kecoak buntung kau". Arga mengataiku dan mulai marah.
"Minta maaf atau tidak?" tanya pak yahya lagi dengan tatapan tajam.
"Sepertinya mata pak yahya akan menggelinding, serem banget, meskipun udah terbiasa diomelin pak yahya tapi hari ini yang paling menyeramkan dari seorang pak yahya, mungkin beliau udah kena gejala marah. Emang udah marah sih".
Aku dan arga mulai salaman dan kita berdua bilang maaf bersamaan.
"Nah gitukan enak dilihat, jangan berantem lagi, mengerti?" kata pak yahya sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penggemar Rahasia
RomanceDia tak terduga, dia misterius, tapi pembuktiannya tentang Cinta terlihat. Dia ada saat aku terluka, dia penyemangat yang tak terlihat, dia penggemar rahasiaku.