10

80 5 0
                                    

Aku berdiri didepan pintu gerbang sekolah, nunggu 2 orang teman, yaitu nadia dan arga, meskipun masih gak percaya si kocoak botak jadi temenku. Aku terus menunggu sampai kering garing kres kres.

"Na ngapain?"

Aku balik badan melihat seorang cowok yang memanggilku. Aku diam sebentar menatap cowok itu.

"Na?" panggil sekali lagi cowok itu. Aku langsung sadar.

"Itu.. A.. Aku nungguin nadia" kataku terbata-bata.

"Nadia gak masuk na, nih titip suratnya" kata Iqbal memberiku suratnya nadia.

"Loh dia sakit?" aku kaget.

"Gak kok na, dia izin kerumah neneknya yang hari ini meninggal" kata Iqbal.

"Oh gitu" aku diam buang muka gak sanggup natap Iqbal lagi.

Tiba-tiba seseorang menyeret tanganku tanpa aku duga.

"Eh" ucapku.

"Na titip" teriak Iqbal.

"Iya" teriak ku.

"Gak usah dijawab kenapa sih" kata arga kesel melipat tangannya, tanpa dosa udah menyeretku.

Aku diam. Gak tau kenapa rasanya gak pengen ngelawan dia.

"Kau ngobrolin apa sama Iqbal?" tanya arga manis kayak gula pasir plus gula merah Jawa puol mantab jiwa. Arga sambil meletakkan tangannya dipipiku yang membuatku merasa nyaman dan menatapnya serius.

"Soal nadia, hari ini dia gak masuk" kataku lancar lembut plus natap arga tanpa hilang pandang. Kami saling menatap dengan posisi tangan arg tetap dimenempel hangat dipipiku.

Tet tet tet

Bel masuk kelas sudah berbunyi, arga melepaskan tangannya dipipiku. Dan mengajak ku masuk kelas. Aku tersadar dari tidur sejenak ku.

"Kemarin aku lihat kau ditoko bunga" ucapku serius dan memberhentikan langkah arga yang mau masuk kelas.

"Terus?" tanya arga oon.

"Hah?" aku bingung.

"Terus kalo kau lihat aku ditoko bunga kenapa?" tanya arga songong abis.

Kayaknya ini kesalahan terbesarku bertanya pada arga, gak mungkin dia penggemar rahasiaku, percuma ngomong sama kecoak.

"Gak jadi, abaikan" kataku kesel. Langsung masuk kelas. Mengabaikan arga.

**

Aku menoleh ke arah tempat duduk disampingku yang kosong dengan lemas.

Nad aku kangen. Sepi bangku ini tanpa kau nad. Hampa terasa hidupku hampa tanpa dirimu.

"Hoi bengong aja neng" arga mengagetkanku disaat aku sedang menghayati peranku yang lagi nyanyi didalam hati.

Aku melihat arga lemas.

"Ape?" ucapku.

"Udah jelek dijelekin tambah ancur tuh muka" arga ngakak.

Aku menatap arga dengan tatapan membunuh.

"Santai kayak dipantai" kata arga tetep ngakak.

"Kamvret kau" kataku kesel.

Aku yang saat itu melipat kedua tanganku diatas meja dengan kepala diatas.

Males banget gak ada nadia, jam kosong pula, arga ngeganggu mulu.

Tiba-tiba arga menirukan posisiku, wajahku aku arahkan ke kiri dan wajah arga ke kanan, jadi wajah kita saling berhadapan saling menatap.

Lagi-lagi seperti ini. Deg.

Penggemar RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang