02

168 8 0
                                    

Aku duduk terdiam tanpa bergerak sama sekali, aku ingin berkata 'kenapa kau lakukan itu? ' tapi mulutku serasa seperti digembok dengan rantai yang tak mampu dihancurkan.

"Apa kau baik-baik saja?" suara itu membuatku menoleh dan ingin melontarkan satu Batu dikepalanya.

"Baik-baik saja tanyamu? Apa kau tau yang kau khianati ini teman dekatmu tauk, kau memang gak punya hati"

"Ya aku baik-baik saja" mulutku serasa ingin memakanmu sekarang nad.

"Okay. Dah" nadia pergi sambil melambaikan tangan, entah mau kemana aku tak perduli.

Aku menangis tersedu-sedu dengan wajah yang aku tutup dengan jaketku. Aku menangis selama jam istirahat. Entah teman-teman yang dikelas tau aku menangis atau tidak aku juga gak tau.

"Ai"

Suara itu, aku kenal suara itu.

"Dasar cengeng, dasar kau lemah, dari kemarin kok nangis mulu" kata arga dengan songongnya.

"Apa aku boleh membunuh orang? Rasanya aku ingin sekali memukul arga sekeras-kerasnya, dan sakit agar dia gak gangguin aku terus"

"Ke katin yuk" ajak arga.

"Ogah" kataku sambil menyeka air mataku yang udah satu galon.

"Ya udah" arga pergi dan hanya mengucapkan itu.

"Aku rasa dia udah kena penyakit yang berbahaya, kalau tidak dia pasti kesurupan tingkat jin dan perlu dirukiyah, aku tak habis pikir pada arga, dingeselin abis"

Aku berdiri dan mencoba berjalan keluar agar aku bisa melupakan semua pengkhianatan yang nadia lakukan.

Bruuuuuk

"Aduh" aku terjatuh setelah seorang cowok menabrak ku, entah sengaja atau tidak, tapi itu sakit banget.

"Maaf gak lihat" kata cowok itu.

Aku melihat keatas dan menatap serius cowok itu. Jantungku berdebar, tapi batinku berkata 'dia cowok yang harus kau lupakan'.

"Aina maaf aku gak lihat" kata cowok itu lagi. Aku meneteskan airmata. Lalu aku sadar, dia bukan cowok yang pantau kau tangisi.

Lalu Iqbal berlari dan pergi. Entah dia tau atau tidak jika aku sangat menyanyanginya. Aku berdiri lalu kembali duduk dibangku, dan melamun tak jelas, seperti orang gila karna patah hati.

**

Bel pulang pun berbunyi dengan nyaring, aku mulai merapikan buku dan menuju ke parkiran sepeda. Aku menganga dan sumpah kaget banget saat melihat sepeda ontel ku.

"Bunga?" kataku dengan kaget.

"Bunga dari siapa tuh?" aku tambah kaget karna arga tiba-tiba sudah ada dibelakangku.

"Kadal buntung, kau mengagetkan aku tauk" teriak ku ke arga.

"Hei kau sudah punya pacar ya? Kok gak pernah cerita ke aku?" arga bertanya bertubi-tubi.

"Sejak kapan kita akrab dan aku kau suruh cerita tentang hidupku? Gila ya kau ga"

"Ai jawab dong jangan diam aja, ini bunga dari siapa?" tanya arga lagi.

"Kau tanya aku, terus aku tanya siapa hah?" jawabku dengan BT

"Eh ada suratnya" kata arga mengambil selembar kertas yang ada dibunga.

Aku langsung merebut dan melindunginya dari gigitan nyamuk, maksudnya dari tangan arga.

"Heh aku duluan yang nemuin, kembalikan cepat" perintah arga.

Penggemar RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang