Quarrel

106 9 0
                                    

"Lho, Youngmin hyung? Kenapa hyung bisa ada di sini?"

Dari sekian banyak orang yang berkemungkinan untuk menyambangi rumahnya pada sore itu, Sewoon sama sekali tak menyangka kalau Im Youngmin-lah yang menampakkan diri di hadapannya tatkala dia membuka pintu.

Padahal keduanya bersekolah di tempat yang sama dan jam pulang mereka pun sama, tapi pakaian yang dikenakan oleh keduanya sungguh bertolak belakang. Sewoon dengan kaus dan celana panjang santai ala penghuni rumah, sementara seragam sekolah masih lengkap melekat pada tubuh Youngmin beserta ransel hitam yang tersandang pada bahu.

"Hyung tahu dari mana kalau aku tinggal di sini?"

Sebuah pertanyaan baru keburu Sewoon lontarkan sebelum Youngmin sempat menjawab yang lama karena seingat Sewoon, belum pernah sekalipun dia memberitahu alamat rumah kepada Youngmin.

"Dari Donghyun." Sewoon tidak bisa membaca maksud dari ekspresi wajah Youngmin saat berkata begitu, baru kali ini sang senior menampakkan raut paras nan sedemikian kelamnya. "Boleh aku masuk sekarang? Ada sesuatu yang perlu ku bicarakan denganmu."

"Eh? OㅡOh iya, silakan masuk, hyung. Kebetulan orangtuaku belum pulang dari tempat kerja mereka masing-masing." Buru-buru Sewoon memberi jalan agar tubuhnya tidak menghalangi jalan saat si anak kelas tiga hendak lewat.

Entah karena belum dipersilakan atau karena dia memang tidak berniat untuk duduk, Youngmin hanya berdiri di sisi sofa ruang tamu. Netranya tak kunjung lepas menatap si penghuni rumah yang menutup pintu di belakang punggungnya.

Sambil lalu, Sewoon mengedikkan kepala ke arah sofa kemudian berujar, "Youngmin hyung duduk saja dulu, biar aku buatkan minumaㅡ"

Tetapi belum tuntas kalimat tadi dirampungkan, Youngmin malah membuat Sewoon tersentak dengan memegangi lengan si putra keluarga Jung, mencegah tungkainya meninggalkan ruangan demi mengarah ke dapur.

"Tidak usah repot-repot, aku cuma sebentar mampir kemari." Kepala Youngmin belum cukup dingin untuk menghentikannya berbicara dalam nada kurang bersahabat. "Kau cukup duduk di sini dan dengarkan apa yang akan ku katakan."

Luar biasa bingung, Sewoon hanya bisa menuruti kehendak Youngmin dan duduk berseberangan dengan sang pengurus OSIS.

Kendati Sewoon tak pernah takut untuk beradu pandang dengan lawan bicaranya, namun tatapan Youngmin begitu menusuk sampai-sampai Sewoon cukup yakin kalau isi kepalanya dapat berlubang dan terbaca sempurna hanya karena ditatap.

"Kau sudah memberikan lagumu?" Youngmin mulai bertanya.

"Sudah tadi, saat masih di sekolah."

"Dengan cara apa kau menyerahkannya? Jangan katakan kalau kau langsung menyanyikannya di depan Jaehwan."

"Astaga, tentu saja tidak, hyung! Mana mungkin aku bertindak senekat itu..." bantah Sewoon, dia sedikit malu menanggapi pembahasan yang bersifat pribadi ini.

"Lalu bagaimana?"

"Aku merekam lagunya di studio musik milik temanku dan file-nya ku simpan dalam CD. Kemudian sepulang sekolah, CD tadi diam-diam ku letakkan di kolong meja Jaehwan hyung selagi dia pergi ke luar kelasnya."

Tidak serta-merta membalas, Youngmin malah membuka resleting tas yang dia bawa dan merogoh isinya seperti sedang mencari sesuatu.

"Oh, jadi maksudmu CD ini?" Seraya berkata begitu, Youngmin menarik keluar sebuah benda biru pipih dalam wadah semi-transparan yang sanggup membuat Sewoon terbelalak kaget karena dia mengenalinya.

"KeㅡKenapa CD-nya bisa ada di tangan hyung? Dari mana hyung mendapatkannya?!" pekiknya.

Si tamu mengangkat barang yang dia pegang ke samping wajah supaya Sewoon dapat melihatnya lebih jelas. "Pantas saja Jaehwan tidak tahu kalau ini pemberian darimu, ternyata kau menaruhnya secara sembunyi-sembunyi."

☑ Intuisi⚫pacaponyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang