Realization

131 17 2
                                    

Entah kenapa Youngmin menjadi mudah uring-uringan pasca pengakuan Sewoon perihal perasaannya terhadap Jaehwan. Si penyandang marga Im sendiri tidak mengerti apa yang menjadi alasan atas perubahan sikapnya tersebut, akan tetapi intuisinya mengatakan kalau Sewoon tak sepatutnya mengambil langkah demikian.

Berlandaskan pemikiran itulah beberapa hari berselang Youngmin mengajak Donghyun untuk mendiskusikan hal ini sambil bermain game di tempat arcade sepulang sekolah.

Dengan iming-iming seluruh pengeluaran mereka akan dibayari oleh Youngmin, dia sukses menyeret Donghyun untuk terlepas dari rutinitasnya berlatih vokal bersama anggota ekstrakurikuler yang Donghyun geluti, meski hanya untuk sehari saja.

Tapi bagaimana suasana hati Youngmin dapat membaik kalau sebelum berangkat ke arcade pun dirinya tidak sengaja berpapasan dengan Sewoon dan Jaehwan di koridor sekolah?

Mereka tidak sadar akan keberadaan Youngmin karena terlalu asyik bersenda gurau, namun si kelahiran tahun 1995 melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana senyuman nan cerah tak kunjung lekang dari wajah keduanya.

Terutama Sewoon.

Baru kali ini Youngmin mengutuk instingnya yang berfungsi sempurna jika dan hanya jika berkenaan dengan Sewoon.

Demi melampiaskan emosi yang tak mampu dia deskripsikan dengan kata-kata, maka jadilah punching machine sebagai permainan pertama yang disambangi oleh Youngmin beserta Donghyun setibanya mereka di lokasi.

Karena tak tahu-menahu soal masalah Youngmin, pada awalnya Donghyun mengira bahwa ini sekedar ajang kompetisi kecil-kecilan untuk membuktikan siapa yang bertenaga lebih kuat.

Semula berniat meladeni Youngmin sebagai bentuk persaingan, lama-kelamaan Donghyun menyadari ada yang tidak beres tatkala Youngmin tak hentinya memukuli bantalan samsak dengan gelap mata tanpa menggubris skor yang dia peroleh.

"Hyung, mungkin ada baiknya kalau kita membeli minuman dulu di vending machine sebelum tanganmu cedera karena terus-terusan memukul mainan ini."

Masih bertahan dalam posisi memegangi pergelangan tangan nan terkepal dengan napas terengah-engah, Youngmin beralih menatap Donghyun yang baru saja berbicara demikian dengan nada cemas.

"Aku tidak haus," balasnya ketus.

"Aku juga tidak, tapi menurutku hyung membutuhkan sesuatu yang bisa mendinginkan kepala hyung."

Selama beberapa detik, Youngmin melempar tatapan tajam ke arah Donghyun sebelum pada akhirnya dia menyerah dan menghela napas panjang.

Tidak semestinya Youngmin dibutakan oleh amarah begini sampai-sampai menjadikan sahabat terbaiknya sebagai korban amukan walau Donghyun tidak salah apa-apa.

"가자."
(Ayo.)

Sang senior mengalungkan lengannya pada pundak Donghyun guna mengajak junior yang dimaksud untuk mendatangi vending machine terdekat.

Tatkala kaleng minuman sudah berada dalam genggaman tangan masing-masing dan keduanya duduk di bangku panjang yang tersedia, barulah Donghyun angkat bicara, "Memangnya hyung sedang dilanda masalah apa? Jarang-jarang aku melihatmu kacau begini."

Yang ditanya tidak langsung menjawab, Youngmin lebih memilih untuk banyak-banyak menenggak cola yang dibeli dari mesin penjual otomatis tadi kemudian meresapi rasa asam yang kini menjalar pada indra pengecapnya.

"Tapi sebelum itu, berjanjilah padaku kalau kau tidak akan membocorkannya kepada orang lain ataupun mengeluarkan komentar macam-macam saat aku bercerita."

Otomatis Donghyun memutar bola mata dengan malas. "Astaga, hyung, kita sudah bersahabat selama kurang lebih dua tahun dan kau masih saja tidak percaya denganku?"

"Bukannya begitu, tetapi... aku sendiri tidak yakin dengan apa yang ku rasakan sekarang."

"Coba hyung ceritakan saja dulu padaku pelan-pelan. Barangkali aku bisa membantumu menyelesaikannya, atau minimal aku akan menjadi pendengar yang baik."

Hening selama beberapa saat, pada akhirnya Youngmin buka suara, "Semua ini... ada hubungannya dengan Sewoon."

Dia pun mencurahkan segalanya kepada Donghyun. Mulai dari perjumpaan pertama dengan Sewoon, insting Youngmin yang entah bagaimana kerap menghubungkan pemuda itu dengan si gitaris andal, hingga niatan Sewoon untuk menghadiahi Jaehwan sebuah lagu serta reaksi Youngmin yang tidak bisa dipahami bahkan oleh dirinya sendiri.

Semula Youngmin hanya bisa pasrah apabila Donghyun mengeluarkan reaksi semacam ledekan tanpa ampun atau minimal sekedar menahan tawa. Namun di luar dugaan, pemuda yang dimaksud hanya menyimak dengan seksama di sepanjang cerita sambil sesekali mengangguk pertanda paham.

"Kalau menurut pendapat Youngmin hyung sendiri, kira-kira apa yang membuat hyung bersikap begitu terhadap Sewoon?" tanya Donghyun usai Youngmin menuturkan kisahnya.

"Seandainya aku tahu jawabannya, aku tidak akan berceloteh panjang lebar begini padamu, Kim Donghyun."

"Wow, aku tidak percaya orang sepintar Im Youngmin tak dapat menemukan jawaban dari persoalan mudah begini," Donghyun terkekeh. "Kau tidak setuju dengan rencana Sewoon hyung karena kau sudah jatuh cinta dengannya, hyung."

Youngmin mengerjapkan matanya.

Sekali.

Dua kali.

Masih sambil menatap Donghyun tidak percaya.

"Aku? Suka dengan Sewoon?" ulangnya seakan sangsi.

"Iya, dan kau cemburu melihat Sewoon hendak mengungkapkan perasaannya kepada Jaehwan sunbaenim," jawab sang teman karib. "Belum lagi ditambah dengan segala ketidaksengajaan yang terjadi antara kalian berdua, walau ku akui aku pun tidak bisa menjelaskan kenapa intuisi hyung bisa seakurat seperti yang hyung ceritakan. Selain itu, menurut pengamatanku pun sikap hyung kepada Sewoon memang agak berbeda dengan cara hyung memperlakukan aku ataupun teman-teman kita yang lainnya."

"Masa?" Youngmin berusaha menutupi kecanggungannya dengan menyesap cola yang belum juga habis, padahal daun telinganya jelas-jelas mulai memerah karena malu.

Si pemuda Kim mengiyakan sebelum turut membasahi kerongkongan dengan mengonsumsi minuman rasa jeruk yang dia beli.

Seketika itu juga Youngmin mulai paham mengenai semua keanehan yang melanda dirinya beberapa waktu belakangan. Betapa dia seringkali memikirkan Sewoon, bahkan selagi Youngmin belajar atau hendak tidur sekalipun. Juga keinginannya untuk lebih banyak lagi bertemu dan berbincang dengan Sewoon di sekolah.

Dan itu semua dikarenakan Im Youngmin menaruh hati kepada seorang Jung Sewoon.

"Oh iya, ku rasa aku bisa mengerti kenapa hyung tidak setuju jika Sewoon hyung sampai menjalin hubungan dengan Jaehwan sunbaenim," celetuk Donghyun mendadak, botol minuman dalam genggamannya sudah kosong tak berisi. "Dia 'kan tergabung dengan Wanna One."

"Hah, siapa yang menjadi anggota Wanna One? Sewoon atau Jaehwan?"

"Jaehwan sunbaenim."



Menurut kalian, maksud dari Wanna One di cerita ini kira-kira apa? Yang jelas bukan boygroup kayak yang selama ini kita kenal, karena di sini 'kan highschool!AU ;)

Don't forget to vote & comment, guys~!

☑ Intuisi⚫pacaponyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang