Tiga

133 5 1
                                    

Umurnya sudah tidak muda lagi. 26 tahun bagi wanita itu adalah umur yg sudang matang untuk membina rumah tangga, teman-teman seusianya sudah ada yg memiliki anak, bahkan mahasiswa yg ia bimbing skripsinya sudah banyak yg menikah. Sudah tak terhitung berapa kali ia menghadiri pernikahan mahasiswanya itu, dan ia slalu hanya bisa menangis iri menyaksikan mereka berhasil menyempurnakan separo agamanya.
Hari ini ia kembali diuji seseorang akan datang. Datang kepada orang tuanya untuk meminangnya ia masih bimbang untuk memutuskannya nanti. Ia sangat tahu siapa yg akan datang. Dan ia juga tahu apa yg harusnya ia putuskan, meskipun pahit ia merasa masih akan bersabar meniti jalan terjal dan panjang sampai ia menemukan mutiara yg ia harapkan.
      Handphone-nya bunyi, dengan berat ia angkat,  “Zahrana?” Suara yg sangat ia kenal. Suara bu Mery atasannya di kampus.
     “Iya Bu Mery” dengan airmata menetes.
     “Saya dan rombongan Pa Fery sudah mau sampai”
     “Iya Bu Mery” jawabnya dengan suara serak.
     “Suaramu ko seperti itu, sudahlah Rana bukalah hatimu kali ini. Pa Fery memiliki apa yg diinginkan perempuan. Dia sungguh-sungguh berkenan menginginkanmu"
     “Iya Bu Mery, semoga keputusan yg terbaik nanti bisa saya berikan”
     “Baguslah kalau begitu, gitu dulu ya. O ya jangan lupa dandan yg cantik”
     Klik. Handphone dimatikan

Takbir Cinta ZahranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang