Minggu, 26 Agustus 2012
Zahrah,
Seperti biasa, setiap hari Jumat saya pasti pulang ke rumah untuk sekedar melepaskan segala penat setelah sepekan melakukan rutinitas saya sebagai mahasiswi. Sebenarnya rumah saya masih berada di daerah Bandung hanya lebih ke arah Selatan, jarak yang harus saya tempuh dari rumah menuju kampus kurang lebih 13,8 km, belum lagi harus melewati beberapa titik macet, jadi saya memutuskan untuk kost.
Saya mencoba duduk di tepi kasur menghadap jendela kamar, cuaca pagi ini sedikit mendung, tadi subuh baru saja turun hujan cukup lebat karena masih tersisa sedikit rintiknya sekarang. Saya coba hirup udara pagi ini, wangi tanah yang bersentuhan dengan air hujan, harum sekali.
Sudah dua malam saya diam dirumah, semalam Malia dan Kevin baru saja mengajak saya nonton di bioskop, kalau Bella jangan ditanya kemana hilangnya. Suasana Minggu pagi terasa seperti biasanya, namun hari minggu ini tidak. Rasanya seperti gelisah, pikiran saya tak menentu. Kira-kira apa yang dia lakukan semalam? Pergi kemana dia?
Dyo,
Minggu pagi saya diawali oleh telfon dari Ibu, saat ini saya sedang sendirian dirumah, sudah sekitar 2 malam. Ibu sedang menemani Ayah kunjungan ke salah satu tempat di daerah Surabaya, saya lupa nama tempat persisnya apa, maklum, masih pagi. Sekedar menanyakan saya sudah bangun atau belum, sudah sarapan belum, sudah mandi belum atau mau kemana hari ini. Saya jawab seadanya, seperlunya, sesingkat-singkatnya. Mengingat kesadaran saya belum terkumpul sepenuhnya.
Setelah sekitar 30 menit dari telfon Ibu, saya duduk di kasur, bukan karena sadar seutuhnya tapi karena perut saya sakit. Ini pasti gara-gara tadi malam saya makan mie instant basi dari kostan Bebek.
Tadi malam saya dan Ical pergi ke kostan Bebek untuk sekedar melewati malam minggu bersama, sedih sebenarnya, kami hanya bertiga kumpulan pria-pria lajang yang menghabisi malam dengan kegiatan tidak jelas. Saya sudah berusaha menolak ajakan dari mereka, tapi usaha saya sia-sia, percuma saja melawan mereka. Tidak ada yang spesial dari kegiatan malam minggu kami, Bebek sibuk dengan ponsel nya, Ical dengan gitar nya dan pikiran saya tertuju pada satu orang saat itu. Sedang apa dia sekarang?
Kevin,
Hari ini saya bangun lebih pagi, padahal sekarang Minggu. Mungkin karena suara rintik hujan sisa hujan tadi subuh. Perlahan saya membuka jendela di kamar yang letaknya persis disebelah kasur saya dan menghirup dalam-dalam udara di pagi ini. Wangi tanah yang bersentuhan dengan air hujan, kesukaannya. Tanpa sadar saya tersenyum mengingatnya. Gadis itu benar-benar menyukai banyak hal unik yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh saya. Sekarang saya tertawa kecil sambil membayangkan wajahnya yang pasti bahagia menghirup udara pagi ini.
Sekarang saya duduk di samping kasur sambil memperhatikan isi gallery di ponsel saya, melihat begitu banyak foto yang kami ambil tadi malam. Betapa saya ingin melihat senyumnya lagi di hari Minggu ini, padahal baru saja tadi malam saya bertemu dengannya, melewati malam bersama, ditambah kehadiran Malia tentunya. Kenapa rasanya sekarang saya ingin bertemu lagi dengannya. Tapi ada yang aneh dengannya semalam, tatapannya terlihat kosong, entah apa yang dipikirkannya sampai saya dan Malia harus menepuk pundaknya berkali-kali ketika melihat ia melamun. Kira-kira apa yang mengganggu pikirannya semalam?
Zahrah,
Rasanya hari ini terlalu malas untuk melakukan kegiatan apapun, seharian yang saya lakukan hanya duduk di sofa sambil nonton berbagai macam drama Korea favorit saya. Perut pun mulai mengeluarkan bunyi beriringan, saya mencoba menahan getaran-getaran ini sembari melihat ke arah jam dinding yang terletak di atas televisi, ternyata sekarang sudah pukul 8 malam. Pantas saja saya mulai merasa lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita di Bawah Langit
Romance"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada" ...