VI. 56,49%

15 2 0
                                    


Suasana kampus Senin pagi ini mulai sibuk seperti biasa, banyak mahasiswa berlalu lalang. Ada yang sibuk menaiki tangga karena telat, ada yang bersantai di lobby dan bahkan banyak mahasiswa yang rela mengantri di depan lift karena terlalu malas untuk naik tangga. Diantara antrian itu terlihat Dyo sedang santai sambil berbincang dengan temannya, padahal kalau tidak salah hari ini dia ada kuliah pagi.

Dyo,

"Santai aja He. Pak Fadli itu pasti telat, paling banter jam stengah 10 dia baru dateng, sekarang masih jam 9 lewat 15 menit doang. Gak akan telat kok" Dyo berusaha menenangkan Suhe, teman sekelasnya.

"Ndak bisa tenang aku Yo. Ini baru pertama kali aku telat dan itu gara-gara kamu ajakin aku sarapan dulu! Coba kalau tadi aku langsung ke kelas" jawab Suhe dengan logatnya khasnya.

Biar saya kenalkan sedikit tentang Suhe. Nama aslinya Suhendi Bagus Hariyono, lahir di Yogyakarta 22 Mei 1991, turunan dari keluarga ningrat di Yogyakarta dan ahli waris satu-satunya dari keluarga Hariyono, tinggal di Bandung sudah disediakan rumah di daerah Pondok Hijau lengkap dengan mobil dan asisten rumah tangga yang siap siaga mendengar bercandaan Suhe yang suka kering kayak kerupuk. Bagaimana? Ada yang berminat jadi calon istrinya? Kalau saya perempuan sih kayaknya mau banget. Untung saya laki-laki, dan Suhe masih suka sama perempuan. Syukurlah.

"He! Kalau lo tadi ga sarapan pasti sekarang udah pingsan! Muka udah pucet gitu, emang mbak Karti gak nyiapin sarapan dulu tadi?" mbak Karti itu adalah asisten rumah tangganya.

"Mbak Karti lagi pulang dulu ke Yogya seminggu, anaknya sakit, terus tadi pagi ndak sempet bikin sarapan Yo, bangun kesiangan aku" jawab Suhe dengan lesu.

Pintu lift terbuka, akhirnya saya dan Suhe melangkahkan kaki masuk. Semoga saja Pak Fadli belum muncul di kelas, biasanya sih beliau telat masuk. Dengan cepat lift mengantarkan kami mandarat di lantai 4 dengan selamat.

Sebelum tiba di kelas, saya berjalan perlahan di lorong sambil coba mengintip beberapa kelas yang saya lewati, mencari sosok yang dari kemarin memenuhi lamunan saya. Ternyata dia ada, sedang duduk di jajaran bangku paling depan dan asik menguap, kalau tidak salah hitung ada sekitar 3x dia menguap, kasihan wajahnya terlihat lelah. Saya sempat terdiam sejenak memperhatikan dari luar kelas hingga akhirnya tak lama kemudian tiba-tiba mata kami bertemu, lalu cepat-cepat ia memalingkan pandangannya sambil kikuk. Lucu sekali wajahnya kalau sedang kikuk.

"Yo! Kok ya malah ngelamun depan kelas orang lain? Ayok!"

Ajakan dari Suhe berhasil mengganggu kegiatan memandang saya. Saya melirik ke arah Suhe yang sudah panik, takut pak Fadli sudah ada di kelas karena suasana menuju kelas saya sepi dan pintunya tertutup. Ternyata kelas sepi bukan karena pak Fadli sudah hadir, tapi karena teman-teman sekelas saya sedang asyik dengan kegiatan mereka masing-masing. Untunglah kami selamat.

Zahrah,

Pagi ini saya terlambat bangun, mungkin karena semalam terlau larut dalam buku yang saya baca dan hal lain. Saya mandi dengan kilat karena Bapak sudah standby di ruang tivi untuk berangkat ke kantor sekalian mengantarkan saya ke kostan lalu kampus. Bukan saya manja, hanya saja barang-barang yang saya bawa kembali setiap minggu pasti banyak dan entah kenapa malah bertambah, maka dari itu Bapak menawarkan untuk mengantar saya setiap Senin pagi.

Akhirnya tibalah saya di kostan untuk menyimpan barang lalu langsung berangkat menuju kampus. Untunglah kondisi Bandung tadi cukup bersahabat, minimal tidak terlalu macet. Nafas saya rasanya mau habis, capek sekali berlari dari lantai 1 ke lantai 4, kalau bukan karena Malia bilang sudah ada dosen, saya tidak akan susah-susah naik tangga menuju lantai 4.

Cerita di Bawah LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang