"Kapan kita mulai?"
Mr. H tersenyum licik mendengar balasan Guntur. Mereka menurunkan Guntur tak jauh dari perumahannya agar tidak dianggap mencurigakan.
"Ingat, semua dipertaruhkan," Mr. H memberi peringatan terakhir.
Guntur berjalan ke rumahnya. Tidak seperti biasanya, ia melihat ada mobil di garasi rumah. Saat ia membuka pintu, dapat dilihat ayahnya menunggu di ambang pintu.
"Permisi," ucap Guntur berusaha melewati ayahnya tanpa ada kontak mata.
"Apa yang kamu pikirkan pulang malam-malam, Tur?" bentak Pak Hans.
Guntur berhenti melangkah dan terdiam. Ia tidak membalas tatapan ayahnya yang tajam, matanya tertuju ke lantai rumah berwarna putih.
Kemudian Pak Hans kembali berbicara, "Ibumu khawatir kamu tidak pulang-pulang. Kami pikir kau diculik atau semacamnya."
Ayahnya tidak tahu apa yang telah dialaminya. Ingin rasanya berteriak dan menyalahkan orang lain. Seperti menyalahkan ayahnya karena tidak pernah memberi kabar, atau menyalahkan orang-orang yang menculik dan mengancamnya. Tapi Guntur hanya menjawab, "Maaf."
Kemudian ia menuju kamarnya, tidak memerhatikan ayahnya mengucapkan sesuatu. Matanya melirik pintu kamar orang tuanya. Ia membayangkan ibunya sedih dan kecewa, cukup membuat dirinya merasakan hal yang sama. Guntur tenggelam dalam pikirannya dan terlelap.
Tidak seperti biasanya, Guntur bangun lebih pagi dari orang tuanya. Sejak jam 05.00, Guntur sudah meninggalkan rumah sebelum orang tuanya keluar kamar.
"Wah! Tumben sudah sampai, Gun," ucap Putri saat melihat hanya ada Guntur di kelas.
"Ah lagi ingin berangkat pagi saja," balas Guntur.
"Apa jangan-jangan karena Pak Joko kamu berangkat pagi?" tanya Putri sambil tertawa.
Guntur pun ikut tertawa, "Bisa saja."
Mereka mengobrol menunggu bel masuk. Lama-kelamaan kelas yang tadinya kosong mulai terisi. Suasana ramai menyelimuti kelas yang tadinya sepi, membuat Putri kembali ke tempat duduknya. Hingga tiba-tiba...
"Semuanya duduk!!! Pak Joko datang!!" teriak Azka yang berlari menuju kelas.
Seketika semua terdiam. Semua duduk di tempat masing-masing dan mempersiapkan pelajaran pertama. Tak lama kemudian, Pak Joko berjalan melewati pintu.
Ia mulai mengabsen murid-muridnya. Pandangannya berhenti saat ia melihat Guntur. Setelah beberapa saat, ia kembali mengabsen.
"Loh, Gun sejak kapan masuk kelas?" tanya Azka dengan gamblangnya.
"Sudah dari tadi kali, Ka," balas Putri.
"Eh beneran?" tanya Azka lagi. "Datang jam berapa, Gun?"
"Entahlah. Gak liat jam." balas Guntur.
"Dia datang pagi banget loh. Aku datang dia sudah ada."
"Serius, Put?"
"Iya benar, Ka."
"Sudah tobat rupanya kamu," ucap Pak Joko sebelum meninggalkan ruangan. "Besok jangan datang terlambat lagi ya, Guntur."
Guntur hanya mengiyakan pernyataan gurunya itu. Pembelajaran berlangsung seperti biasa hingga Guntur mendapat sms dari Mr. H.
Sabtu. Restoran XHT. 14:00. Mercedes putih.
'Gak bisa lebih detail lagi apa?' pikir Guntur dalam hati.
YOU ARE READING
X for Justice
ActionDimana ada terang disitu ada gelap. Kalau ada kebenaran maka kebohongan muncul. Saat penjahat berkeliaran, pahlawan tak jauh di dekatnya. Guntur hanyalah seorang pemuda biasa sebelum ia bertemu dengan bos mafia. Sekarang ia dihadapkan dengan dua ke...