Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Akhirnya kamu tersadar, di ruangan putih ini kamu terlihat langsung ceria. Seperti, orang yang tidak merasakan luka.
Dan, banyak sekali orang yang mengelilingimu. Kemudian bertanya, "apakah kamu baik-baik saja?" Atau "yang masih sakit bagian mana?" Atau "nih kuberikan susu kotak, nanti diminum ya."
Aku, sudah berada di kelas sejak aku berhasil membawamu ke UKS. Aku lebih baik di sini saja. Kelas sangat sepi, semua anak-anak pergi untuk melihatmu. Iya, karena kamu anak yang sangat baik. Jadi, mereka pasti merasa sedih kalau kamu terluka.
Lalu kamu datang ke kelas dan terlihat bersemangat. Sesekali kamu memegang kepalamu yang diikat oleh lembaran kain putih yang halus. Walaupun itu terasa nyeri. Tapi, kamu tetap bisa berbagi senyum.
Saat pelajaran Bahasa Indonesia, kebetulan tugasnya adalah membuat puisi. Aku terpilih masuk ke kelompokmu. Rasanya aku ingin sekali teriak sekencang-kencangnya. Sepertinya Tuhan membalas usahaku untuk menolongmu dengan ini.
[]
Sepulang sekolah, aku dan teman-temanku mengerjakan tugas kelompok. Kamu terlihat bersemangat. Oh jadi ini ya rasanya bisa bersama denganmu. Kamu ternyata banyak tersenyum, kamu juga sangat pintar. Padahal kamu terlihat biasa saja. Tapi ternyata, kamu mempunyai ilmu yang banyak.
Aku salut akan hal itu. Lalu kamu berterima kasih kepadaku kalau aku telah membantumu ke UKS. Aku pikir kamu tidak sadar akan hal itu. Aku mengangguk dan tersenyum.
Lalu, aku menyelesaikan puisi yang terakhir. Setelah selesai, kamu mentraktir teman-teman satu kelompokmu untuk makan bakso. Di sana kamu banyak memberikanku pertanyaan seputar pelajaran. Aku senang sekali rasanya bisa melihat air wajahmu sedekat ini. Dan, suara yang tadinya jarang ku dengar. Kini, suara itu lebih dekat. Suara itu, yang ada di hadapanku saat ini.
Namun, setiap melihat senyummu yang selalu saja kau lemparkan untuk semua orang. Aku malah semakin sedih.
Kenapa?
Semakin dekat denganmu, membuatku semakin tidak bisa jauh dan tidak mau sore ini berakhir dengan cepat. Aku ingin waktu saat ini bisa diperpanjang.
Senang rasanya bisa mengobrol denganmu. Kamu tidak suka mengkritik. Apa yang kamu ucapkan selalu lembut dan tidak dibuat-buat. Ucapanmu begitu realistis. Tapi, kamu terlalu semu dan tidak mungkin untuk ku raih.
Dan di tiap-tiap obrolan kita. Saat kita berjalan menuju gerbang untuk pulang. Saat itu juga aku tidak menunduk lagi. Kamu masih mau mengajakku berbincang.
Walau perbincangan kita terhenti saat angkot yang aku mau naiki tiba. Lalu, sekali lagi kamu mengucapkan terima kasih untukku. Kemudian tersenyum, melambaikan tanganmu. Dan berkata "hati-hati. Puisi lo bagus banget, gue suka! Makasih udah mau kerja kelompok hari ini! Sampai ketemu besok!"
Aku membalas perkataanmu dengan mengucapkan terimakasih. Lalu tersenyum dan melangkah naik angkot itu. Untungnya angkot itu sepi, aku masih memandangmu yang berdiri di depan pagar sekolah. Masih bisa ku lihat wajah teduhmu walau angkot ini melaju perlahan. Masih kucoba untuk mengumpulkan memori hari ini agar kusimpan sebaik mungkin.
Masih terbayang senyum tulusmu barusan, dan tak terasa cairan bening dari mataku menetes. Melihat senyummu tadi, aku jadi semakin sakit.
Aku tidak tahu itu kenapa. Yang jelas aku bersyukur untuk hari ini. Meskipun sangat sakit. Mungkin, ini menjadi pengalaman pertama dan terakhir aku bisa mengobrol denganmu.