Lima : bahagiaku cukup sederhana

3.2K 315 33
                                    

Apakah aku akan menangis jika aku di beri kesempatan oleh Tuhan untuk bisa melihat senyummu seperti ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah aku akan menangis jika aku di beri kesempatan oleh Tuhan untuk bisa melihat senyummu seperti ini?

Mungkin saja iya, tapi jawabannya menangis bahagia. Kenapa mataku terus berkaca-kaca dan terasa menghangat jika aku berhasil membidik seulas senyum terbaikmu dari bangkuku yang berada di belakang.

Lalu, setiap kamu tertawa dan setiap kamu bercanda bersama yang lain. Rasanya hatiku juga bahagia, aku merasa aku turut di dalamnya.

Dan mengapa, mengapa sih. Kalau kamu terus ke mejaku walau hanya menanyakan "ada pr apa?" Atau "bagi bekel lo lagi dong, lo bawa roti kan hari ini?"

Kenapa respon dariku sangat cepat dan bersemangat. Kenapa sel-sel saraf di tubuhku seakan tau kalau kamu orang yang tepat, tepat untuk membuatku terus-terusan melihat ke arahmu.

Apalagi saat pulang sekolah ini. Aku kira kamu bohong, kamu bilang kamu tidak membawa motor. Tapi, ternyata iya. Kamu malah masuk bersamaku di angkutan umum berwarna putih ini.

Awalnya rasa canggung mengerumuni sekujur tubuhku. Tapi, bukan kamu orangnya kalau tidak bisa memecahkan suasana.

Oh iya, kalau saja aku di beri waktu lebih. Aku pasti akan selalu mau untuk hanya sekedar mendengarkan cerita-cerita lucumu itu. Kadang cerita yang kamu ceritakan sangat lucu, kadang juga sedih.

Kalau sampai situ, biasanya aku sedikit mengalihkan pandangan mataku ke arah kaca angkot.

Kenapa?

Karena sorot matamu tadi terasa sangat teduh untuk dilihat. Sorot matamu seakan berada di titik terdalam dan bisa mengalahkan teduhnya semilir angin sore ini. Sedangkan aku? Aku terlalu panas untuk bisa membalas tatapanmu itu. Aku terlalu cemburu, kalau melihat kamu bersama yang lain.

Jadi, maaf kalau tatapanmu yang menenangkan itu aku biarkan selama beberapa detik saja.

Aku hanya takut, keteduhanmu jadi sirna dan keteduhanmu jadi milik orang lain.

Iya, bahagiaku cukup sederhana. Bisa pulang sekolah bersama dengan angkutan sederhana ini sembari bercerita sedikit. Aku sudah sangat senang. []

Yang Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang