Pagi ini. Aku tidak melihatmu di lorong, maupun di kelas. Kamu kemana? Apakah kamu sakit?
Aku masih sibuk menekuri novel-novel di atas mejaku. Mencoba masuk ke dalam jurang cerita mereka, padahal lereng di dalam cerita novel itu bisa terbilang curam atau licin. Tapi, mengapa aku belum bisa fokus dan masuk ke ceritanya.
Aku malah memikirkan kamu. Setiap ada sesuatu yang mengganjal pasti hal pertama yang ku lakukan adalah: melihat ke arah mejamu.
Masih kosong, meja yang biasanya tergeletak oleh tas, earphone, dan buku-buku yang berantakan. Kini meja itu bersih.
Atau jangan-jangan. Kamu ... oh tidak! Langsung ku buang jauh-jauh pikiran negatif itu. Dan kembali berfikir positif.
Satu jam pelajaran sudah terlewati. Saat guru mengabsen nama kamu. Yang lain tidak tahu. Ada yang menyebutkan kamu tanpa keterangan, atau sakit. Semoga saja kamu hanya terlambat. Dan masih bisa mengikuti pelajaran-pelajaran yang lainnya.
Saat istirahat, aku keluar untuk ke toilet. Seperti biasa dengan wajah menunduk. Ku bersihkan wajahku dengan air, oh kenapa hari ini terasa beda? Bukan kah, hampir dan belum ada yang menggangguku. Seharusnya aku senang, kan?
Tapi, aku sedih. Aneh memang. Biasanya ada moodboster yang selalu aku jumpai di pagi hari. Namun sampai sekarang. Orang itu belum datang atau kenapa-kenapa. Aku tidak bisa membayangkan jika sesuatu hal buruk menimpamu lagi.
Cukup dengan kepalamu dan rambut kerenmu itu yang terlapisi kasa dan perban putih. Aku sudah cukup sedih melihatnya.
Saat di rasa cukup dan mengeringkan wajahku dengan handuk kecil yang ku bawa. Aku keluar, berusaha menampakkan wajah cerah. Oh, ayolah! Setelah ini kan persentasi tentang tugas puisi yang ku buat. Seharusnya ada kamu. Kamu juga ikut membacakannya dan mendengarkan.
Tapi, kalau akhirnya harus tanpa kamu. Tidak apa-apa juga. Tapi, sudah ku bilang tadi. Hari ini, berbeda.
Aku melangkah, melangkah. Dan sedikit membenarkan kacamataku yang ternyata berembun karena terkena sedikit cipratan.
Ada suara lantang yang memanggil namaku. Tepat di depan mading. Kamu melambaikan tangan. Membawa sesuatu yang, cukup unik? Tapi aku tidak tahu isinya apa. Kamu tersenyum dari ujung sana.
Aku balas tersenyum juga. Dan mengeluarkan kata-kata yang aku tidak pernah mengucapkan kalau di luar kelas apalagi saat sedang ramai seperti ini. "Hei, sinii! Gue kira lo nggak masuk tau!" Aku berjalan menghampirinya.
Dengan wajah senang, namun seperti ingin menangis. Menangis bahagia. Lalu aku melangkah, melangkah, melangkah dan tak tahu arah. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Terlihat
Historia CortaMaafkan aku yang telah membawa perasaanku dalam pertemanan kita. []