Tiga : Sendu yang sembunyi

4.5K 392 23
                                    

Tiga - Sendu yang sembunyiTerimakasih telah menjadi penyemangatku pergi ke sekolah walaupun kamu tetap saja menghiraukanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga - Sendu yang sembunyi
Terimakasih telah menjadi penyemangatku pergi ke sekolah walaupun kamu tetap saja menghiraukanku.

[]

Pagi ini, aku melihatmu duduk di depan kopsis. Kamu sedang menikmati roti dan susu kotakmu untuk sarapan. Aku senang kamu menikmatinya dengan lahap walaupun cara makanmu begitu lembut.

Yang kupikirkan sekarang, apakah aku bisa ikut duduk di sampingmu? Aku membawa dua roti isi sosis hari ini. Aku mau membaginya untukmu. Kalau berkenan kamu bisa menerimanya. Kalau kamu suka, besok akan kubawakan lagi.

Namun sayangnya, keberanianku belum cukup untuk melakukan hal itu. Saat aku baru saja ingin melangkah maju melewatimu. Sudah ada perempuan cantik. Sepertinya dia adik kelas, ia menawarkanmu susu kedelai untukmu. Lalu kamu menerimanya dengan senang hati. Seketika, ku masukkan kembali kotak bekal yang berisi dua roti sosis ini.

Bekalku sederhana, rotiku hanya roti yang murah. Aku takut kamu tidak menyukainya nanti.

Aku berjalan melewatimu, lagi-lagi dengan wajah menunduk lesu pagi ini. Sampai kelas, aku membaginya dengan Pandu. Dia teman yang baik, dia mau menemaniku di saat aku sendiri. Aku cukup merasa senang akan hal itu.

[]

Jam istirahat adalah waktu terbaik untuk semua anak. Tapi bagiku, jam istirahat sepertinya sama dengan jam-jam lainnya.

Sekarang? Tidak ada kamu di kelas.

Saat aku berjalan keluar kelas, lagi-lagi dengan menunduk untuk membuang bungkus rotiku.

Aku menangkap bayangmu tengah berbicara dengan Putri-teman sebangkuku. Putri anak yang manis juga baik. Pantas kamu langsung mau membalas obrolannya. Kamu terlihat semangat, kamu membicarakan apa?

Tapi, bagaimana dengan aku?

Aku si jelek yang mungkin sama sekali kamu tidak ingin melihatku. Atau mungkin matamu akan risih jika melihatku terlalu lama? Mungkin saja, kamu tidak menganggapku ada di sini. Mungkin tidak ada namaku di ingatan dan daftar teman-temanmu. Atau kemungkinan-kemungkinan terburuk lainnya, yang selalu terbesit dibenakku ketika melihatmu bersama orang lain.

Namun satu hal, ketika kamu berbincang dengan Putri. Dari arah toilet banyak rombongan kelas 12 yang berlari membabi-buta. Mereka mengejar Pak Heri---guru matematika itu yang membawa banyak kertas ulangan harian.

Mereka berlari secepat mungkin dan terlalu semangat untuk mengumpulkan kertas ulangan itu. Sepersekian detik aku lupa dan bahkan tidak berani berteriak mengingatkanmu entah apa aku juga tidak tahu. Mengapa lidahku kelu untuk mengeluarkan suara. Lalu kamu terdorong oleh rombongan kelas 12 itu. Tubuhmu oleng lalu terjatuh, aku sangat khawatir. Seketika detak jantungku berhenti. Sekuat tenaga aku berlari ke arahmu. Kamu sangat lemas, Putri hanya bisa menggerutu. Dahimu menggores lantai, hingga cairan merah keluar banyak.

Aku sangat kaget melihat hal itu. Tubuhku seketika gemetar. Aku takut, terjadi apa-apa atau hal yang serius menimpa kamu.

Tapi, aku bersyukur. Detik itu juga pertama kalinya aku bisa dekat denganmu. Dan aku bersyukur, aku adalah orang pertama yang datang untung menolongmu. Meskipun posisimu setengah sadar. Dan lagi-lagi.

Aku tak terlihat.

Untungnya saat itu aku membawa beberapa lembar tisu dan obat merah.

Oh Tuhan, semoga kamu tidak apa-apa. Aku ingin melihatmu main lagi, melihatmu tengah mengerjakan tugas, melihat punggungmu lagi sepulang sekolah. Semoga kamu baik-baik saja.

Aku tahu itu perih bagimu, tapi apakah kamu pernah merasakan bagaimana perihnya jadi aku?

Yang Tak TerlihatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang