1. Hello Indonesia

174 45 167
                                    

-----------------
"Beep beep".

Bunyi klakson mobil dan kebisingan kota Jakarta seakan mengawali hari pertama Denaya bersekolah di Indonesia.

Denaya lahir di Spanyol dan tinggal disana sampai Ia kelas 1 SMP karena sang ayah yang ditugaskan di sana.

Saat ia beranjak kelas 2 SMP, ayahnya dipindahkan ke Jepang. Denaya dan keluarga tinggal disana sampai Ia berumur 15 tahun, dan barulah mereka kembali ke Indonesia karena beberapa alasan.

Denaya berharap dengan kepulangannya ke Indonesia ini, banyak hal baik akan terjadi dan (mungkin) ia bisa 'berubah'

****

Denaya melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.55, yang berarti 5 menit lagi pintu gerbang SMA Pelita akan segera ditutup dan itu berarti-----

"Bentar lagi gue telat. Masih jauh gak?" Keluh Denaya yang mulai takut jika dirinya akan telat.

"Dek, kamu yang ngebuat kita telat tau, emangnya ngapain aja sih?" Gerutu Reza, kakak Denaya yang sebentar lagi juga akan telat mengikuti ospek di kampus barunya.

Sebenarnya, Denaya sudah bangun dari pukul 5.30 namun ia ketiduran lagi dan bangun sejam kemudian. 

Denaya tau, jika ia mengatakan yang sebenarnya pasti ia akan kena semprot kakaknya, jadi dia hanya diam.

-------------

Sesampainya di depan sekolah, terlihat Pak Satpam yang sedang menutup gerbang sekolah, cewek berkulit sawo matang dengan rok pendek dan kemeja putih yang dua kancing dari atasnya tidak di kancing itu segera turun dari mobil tanpa mencium punggung tangan ayahnya, ya hal itu memang biasanya tidak pernah ia lakukan setiap hari.

Ayahnya yang memaklumi bahwa anak nya sudah telat itu langsung melaju dan meninggalkan tempat itu.

"PAK TOLONG BUKAIN GERBANGNYA, PAK.
Lagian kan saya cuma telat semenit doang." Ucap Denaya memelas kepada Pak Satpam yang berjaga di depan gerbang.

"Maaf neng, tapi nanti bapak dimarahin kalo ngebukain gerbang buat eneng."
Jawab Pak Satpam yang merasa kasihan pada Denaya namun tak bisa berbuat apa-apa.

"Shit. Hari pertama aja udah sial."

Alhasil, Denaya mondar-mandir di depan gerbang sambil memikirkan betapa sialnya ia di hari pertamanya ini sembari menunggu guru piket yang sedari tadi belum muncul juga.

Sesekali Denaya memohon Pak Satpam untuk membukakan gerbang baginya.

"Bapak gak kasihan apa nge lihat---"
Tiba-tiba ia terhenti saat seorang cowok berdiri disampingnya.

"Pagi pak, maaf saya telat tapi sekarang--"
"Iya monggo den."
Pak Satpam segera membukakan gerbang untuk lelaki tersebut yang jelas-jelas terlambat dan datang lebih telat dari Denaya.

Sontak Denaya tak terima,
"WOI!" Teriak Denaya yang tak dihiraukan cowok itu.

Merasa diabaikan, dengan berani Denaya menarik tangan cowok tersebut.

"Lo kok seenaknya masuk sih? Lo kira ini sekolah nenek moyang lo!"

"Lepasin!" Bentak lelaki itu.
"Lo pikir gue bakal lepasin lo se-gampang lo nge lewatin gerbang ini?" Tantang Denaya.

"Lo tuh kenapa sih?" Jawab cowok itu sambil melihat name-tag Denaya yang tergantung di lehernya menandakan bahwa ia adalah peserta MOS.

"Lo yang kenapa! Tau-tau telat tapi main nerobos aja,"
Ucap Denaya yang dibalas dengan tawa kecil dari cowok itu.

"Lo tuh bego atau apa sih? Jelas-jelas Pak Satpam yang bukain gerbang buat gue! Jadi salahin Pak Satpam gih! Lagian lo tuh murid baru belagu banget sih, dasar."
Cowok itu kemudian berjalan meninggalkan Denaya yang sedang ber api-api.

"Udahlah Neng, dia itu ketua osis dan mungkin sekarang dia buru-buru untuk ngatur acara MOS,"

Kata Pak Satpam yang membuat Denaya mengerti kenapa lelaki tadi bersikap seenaknya.

Sebenarnya Denaya bukan tipe cewek yang suka peduli dengan urusan seperti tadi, tapi entah kenapa ia melakukannya.

****

Setelah kurang lebih 15 menit mondar-mandir didepan gerbang, akhirnya Bu Sofie selaku guru piket datang menghampiri Denaya yang adalah satu-satu nya murid yang terlambat hari itu.

"Murid baru ya? Ayo ikut ibu." Kata Bu Sofie sambil memandangi Denaya yang penampilannya sangat tidak rapi.

Bu Sofie mengantar Denaya ke suatu lapangan luas yang terdapat banyak murid, yaitu mengenakan kaos kaki selutut, rambut di kuncir 2 bagi perempuan (Lain halnya dengan Denaya yang sama sekali tidak menguncir rambutnya ataupun menggunakan kaos kaki selutut) dan name-tag yang tergantung di leher mereka (hanya name-tag lah yang Denaya gunakan).

Bu Sofie menyuruh Denaya berbaris di barisan perempuan peserta MOS.

Tiba-tiba pandangan Denaya tertuju pada seseorang yang sedang mengatur barisan laki-laki.
Cowok itu siapa lagi kalau bukan si cowok tadi.

Melihat cowok itu membuat Denaya kembali mengingat kejadian menjengkelkan tadi.

"Hei!"
Teriakan seseorang tersebut sontak membuat Denaya kaget dan tersadar dari lamunannya.

Ia menyadari bahwa semua mata sedang tertuju padanya sekarang. Termasuk cowok itu, yang memanggilnya.

"Kamu, cepet maju kedepan!"

"Sial! Kenapa harus gue sih?" Keluh Denaya sambil maju kedepan.

"Kira-kira hukuman apa yang cocok buat satu-satunya cewek yang telat ini?" Tanya cowok itu kepada para peserta MOS (Seakan ingin mempermalukan Denaya)

"Padahal dia kan juga telat, dasar sok alim." Gerutu Denaya.

Namun ia hanya diam saja sambil memasang muka kesal karena sekarang ia menjadi sorotan semua orang dan itu paling dibencinya.

"Joget dangdut!", "Nyanyi!"

Berbagai teriakan itu membuat Denaya menjadi lebih kesal, ia menyumpahi mereka karena mengusulkan hal-hal yang sama sekali tidak bisa dan tidak mau ia lakukan.

Lelaki itu kemudian terdiam sesaat, entah apa yang ia pikirkan saat itu...

End of Chapter 1. ^^

Kalo ada typo, bahasa nya ngawur, ceritanya gaje, tanda bacanya salah, or anything im so sorryyy cause this is ma first story,
If u guys like it, please vote and comment heheh
Thankyou!<3

Sorry, I Can't (Be Perfect)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang