4. Minion Rush

87 36 91
                                    

Cahaya matahari mulai memasuki kamar Denaya, membuat gadis itu terbangun dari tidur lelapnya semalam.

Tak lama setelah ia bangun, alarm yang ia setel pukul 05.45 pun berbunyi. Itu artinya ia tidak kesiangan lagi seperti kemarin.

Denaya segera beranjak dari tempat tidurnya, setelah sekitar 10 menit ia melamun. Ia langsung menuju kamar mandi.

Meskipun ia tidak sedang dikejar waktu, ia malas sekali merapikan tempat tidurnya, sehingga setiap hari kamarnya dibiarkan berantakan karena ia pun tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam kamarnya. Entah privasi apa yang terdapat di dalam kamarnya itu.

Setelah selesai bersiap-siap, ia langsung turun ke bawah untuk sarapan.

Tidak ada siapapun di meja makan, hanya ada segelas susu, sebungkus roti tawar dan selai berbagai macam rasa yang disiapkan Mbok Siti.

Denaya duduk lalu mengoleskan selai coklat ke permukaan dua buah roti, lalu menyantapnya dengan segelas susu yang telah tersedia.

"Tumben kamu udah siap." Kata Ayah sambil mengoleskan selai kacang ke roti yang tersedia di meja itu.

Denaya hanya diam dan segera menyelesaikan sarapannya kemudian keluar untuk menunggu ayah dan kakaknya.

****

Denaya turun dari mobil dan melihat jam dinding besar yang tergantung di depan sekolahnya yang menunjukkan pukul 07.00. Hari ini Denaya hampir saja telat karena jalanan yang macet.

Saat ia baru saja melangkahkan kaki melewati gerbang sekolah, bel masuk pun berbunyi. Ia segera pergi ke lapangan untuk apel pagi.

Hari ini adalah hari kedua MOS.
Kegiatan hari ini di atur oleh Pak Dean, selaku pembina OSIS.

"Kegiatan kita hari ini adalah pengenalan lingkungan sekolah. Bapak akan membagi kalian dalam 15 kelompok yang masing-masing terdiri dari 8 murid dan 2 anggota OSIS. Kalian nanti bakal dituntun sama anggota OSIS dikelompok masing-masing yang juga akan memperkenalkan sekolah ini." Jelas Pak Dean yang sama sekali tidak di hiraukan oleh Denaya.

Pak Dean kemudian membacakan nama-nama murid beserta pemimpin kelompok yaitu anggota OSIS.

Banyak siswi ingin se-kelompok dengan Valdo, yang menurut mereka ganteng dan kece. Lain halnya dengan Denaya yang tidak memperdulikan siapa yang akan menjadi ketua kelompoknya.

"Denaya Mckenzie, kelompok 15." Ucap Pak Dean melalui sebuah pengeras suara.
Gadis yang tadinya sibuk memainkan ponselnya itu langsung berpindah ke barisan yang diatur oleh Laura, si sekretaris OSIS.

Riska dan Vanya berbeda kelompok dengannya. Denaya menjadi satu-satunya murid kelas XI di kelompok 15 karena yang lain adalah kelas X.

Karena kelompoknya adalah kelompok terakhir, jadi pembagian anggota OSIS dalam kelompoknya tidak sama dengan kelompok lainnya, yaitu hanya 1 orang saja, yaitu Valdo. Valdo tadi sedang mengurus sesuatu jadi ia menyuruh Laura mengatur barisannya, namun Laura hanya menggantikan Valdo sementara karena ia hendak membuat susunan acara untuk besok.

Saat kegiatan hendak dimulai, Valdo mengambil absen murid di kelompoknya yang sebagian besar populasi nya adalah pria.

Valdo membacakan nama Denaya yang tertera di kertas yang sedang ia pegang, Denaya mengangkat tangannya sambil menundukkan kepalanya.

Denaya belum mengetahui bahwa ia se-kelompok dengan Valdo meskipun ia menyadari suara yang menyebut namanya itu tidak asing baginya dan Valdo pun tidak sadar bahwa gadis itu adalah Denaya.

Valdo berjalan di depan barisan sembari memperkenalkan bangunan maupun ruangan yang mereka lewati, sementara Denaya berjalan di belakang, bersebelahan dengan seorang gadis culun yang juga adalah satu-satu gadis di kelompok itu selain dirinya.

Sorry, I Can't (Be Perfect)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang