5. You're Beautiful

86 31 78
                                    

Karena besok adalah hari terakhir MOS, maka para peserta MOS ditugaskan untuk mencari tanda tangan para anggota OSIS, yang merupakan salah satu kewajiban para peserta MOS.

Ini adalah bagian dari kegiatan MOS di Indonesia yang paling dibenci Denaya. Selama sekolah di luar negeri, tanda tangan anggota OSIS bukanlah suatu kewajiban yang harus di lakukan oleh peserta MOS, bahkan mungkin tidak ada dalam agenda kegiatan. Namun, mau tidak mau ia harus melakukannya.

Para peserta MOS lainnya terlihat begitu antusias meminta tanda tangan anggota OSIS. Lain halnya dengan Denaya yang memintai tanda tangan berdasarkan feeling.

Yang menurutnya baik dan tidak akan memberikan syarat yang ribet-ribet adalah yang pertama yang di datanginya, yaitu seorang cowok yang kelihatan 'baik' menurutnya.

"Boleh minta tanda tangannya?" tanya Denaya dengan nada dan muka datar, tanpa senyum dan ekspresi sedikit pun.

Cowok itu menanggapi Denaya dengan senyuman, ia bahkan tidak merasa risih dengan cara bicara Denaya yang biasa dibenci oleh cowok-cowok pada umumnya.

"Boleh," jawab cowok itu disertai lagi dengan senyuman lembut, kemudian mengambil buku Denaya dan menandatangani kertas yang masih kosong, belum ada tanda tangan siapa pun. Cowok itu mengembalikan buku Denaya dan tersenyum lagi.

Denaya mengambil bukunya dan melihat tulisan yang tertera di bawah tanda tangan cowok itu, 'You're Beautiful^^ - Chris.'
Chris Dirgantara, kelas XII IPA 2. Ketua SekBid 1.

Denaya melihat tulisan itu dan tersenyum tipis (terima kasih).

Setelah kira-kira 2 jam mengumpulkan tanda tangan, Denaya berhasil mendapatkan 29/30 tanda tangan OSIS.

"Udah lengkap ya jadi udah duduk manis disini?"

Denaya yang tadi merasa lelah, memutuskan untuk duduk sejenak. Ia terkejut melihat Valdo di depannya dengan kedua tangan yang dilipat di dada.

"Belom, 1 lagi kok."

"Eh itu jidat lo kenapa?" Valdo yang tadinya berdiri segera jongkok didepan Denaya yang sedang duduk. Bau khas dari parfum yang digunakan Valdo tercium dengan jelas oleh Denaya. Jarak diantara mereka hanya sekita 5 cm sekarang.

"Yaelah gak pap—" Denaya terdiam saat Valdo menutup mulut Denaya dengan telunjuknya dan menyingkirkan rambut Denaya yang menutupi perban nya. Ia kemudian melepas perban itu dengan kasar.

"A-ah sakit, woi!"

"Ini bedarah lagi tau, lo bersihinnya ga bener, nanti bisa infeksi." ujar Valdo sembari membuang perban yang tadi digunakan Denaya.

Merasa risi dengan perilaku Valdo, Denaya segera menyingkirkan tangan Valdo dan berusaha menjauh dari cowok itu.

"Eh pas banget! Gue belom dapetin tanda tangan lo, nih cepet tanda tanganin!" Denaya segera mengalihkan pembicaraan dan dengan santai menyodorkan buku serta pulpen kepada Valdo.

"Enak aja, harus ada syarat dong."
ujar Valdo sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Hm, beliin makanan aja deh." ujarnya setelah beberapa detik berpikir.

"Idih gak modal banget sih." ucap Denaya seraya mengambil selembar uang dua puluh ribuan dari saku kemeja nya dan memberikannya kepada Valdo.

Valdo tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan hanya memandangi uang yang diberikan Denaya.

"Lo pikir gue mata duitan?" Ujar Valdo sambil mendorong uang yang ada di depan wajahnya.

"Buktinya lo minta makanan ke gue, emang beli makanan pake daun?!"

Sorry, I Can't (Be Perfect)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang