'CLEK'....
(Marsha part)
gue yang tadinya mau balik kaget dan langsung jalan ke depan pintu. Berharap Iqbaal yang buka.. tapi..
"Ada yang bisa saya bantu, mbak?" ternyata itu mbok yang kerja dirumah itu
"Ee.. maaf mbok, Iqbaal nya ada?"
"Oh mas Iqbaal tidak kesini mbak" gue dan Steffi terduduk lemas
"Dimana ya mbok dia sekarang?" Steffi berucap pelan, nyaris tak terdengar
"Wah saya kurang tau mbak. Yasudah saya masuk dulu ya"
(Author part)
Mbok Siti, pembantu di rumah Iqbaal masuk kerumah dengan wajah sedih. Menuju ke sebuah kamar utama di lantai dua
'tok tok tok'
"Masuk" sahut sebuah suara yang mungkin sangat dikenal oleh Marsha dan Steffi
"Anu.. mas, saya sudah bilang ke mereka" cowo itu tersenyum, kecut. Lalu mengangguk
"Maafin aku Sha, Steff. Aku lagi pengen sendiri, menikmati rasa sakit ini" gumamnya. Ya, dia Iqbaal. Sosok yang selama ini bersembunyi dari teman temannya. Entah apa yang dirasa, hanya dia dan Tuhan lah yang tau.
"Tuh kan gue bilang jg apa. Lo sih ngga mau turutin kata Bastian, Iqbaal ngga ada di Bandung" Steffi daritadi ngomel tanpa memperhatikan Marsha yang kelelahan berjalan
"Lo bisa diem ga sih?? Gacapek apa?" Steffi hanya memutar bola matanya. Marsha mensejajari langkah Steffi
"Lo laper ga Steff?"
"Ga"
(Marsha part)
"Ga" dih jutek bgt gila. Gue laper banget astaga. Lemes udah
"Steff, cari tempat makan yuk. Laper gue" dia natep gue sinis lalu menghampiri gue
"Yaelah. Lo tuh ya.. yaudah yuk. Daripada lo pingsan gue yg repot" akhirnya kita berdua mencari tempat makan yang terdekat
Cafe Lovely(?) gue sama Steffi duduk berhadapan menunggu makanan datang. Tak ada satu patah kata pun keluar dari mulut kita. Seakan larut dalam pikiran nya masing masing
"Lo.. sayang sama Iqbaal?" gue kaget.
"Maksud lo?" Steffi natep gue lekat
"Ya, gue tanya, lo sayang ga sama Iqbaal?" tak ada nada kemarahan sedikit pun saat Steffi tanya tentang itu. Gue bingung harus jawab apa, serba salah.
"Gue... gue ga tau"
"Kok ga tau? Lo kan deket sama dia" gue nunduk. Dodol. Gue pengen banget bilang 'iya' tapi rasanya susahhh banget keluar dr mulut gue
"Ya, gue selama ini anggep dia sahabat doang. Sahabat yg selalu ada buat gue, kalo lo tanya gue sayang apa engga sama dia, ya jawabannya sayang... sebagai sahabat" gue tersenyum, pahit. Dia tersenyum
Hening. Gue natep dia, dia natep gue balik, gue salting(?) 'ternyata, dia baik juga. Ga segalak saat ngelabrak gue' batin gue. Ya, Steffi orgnya ternyata friendly, dan care.
(Steffi part)
Jam 23.30. Gue sama Marsha nginep di hotel deket kompleks perumahan Iqbaal. Entah kenapa tbtb gue sama dia jadi deket seakan ga pernah ada masalah sekalipun
"Hei, belum tidur Steff?" gue tersentak karena tepukan lembut di pundak gue
"Belum, lo sendiri?"
"Sama" gue tersenyum. Hening. Gue lihat dia mulai menguap
"Kalo lo ngantuk, lo tidur aja gapapa kok" dia mengangguk lalu naik ke tempat tidur, setelah memastikan dia benar benar tidur, gue berjalan menuju tas baju gue dan mengambil obat. Ya, obat yg udah nemenin gue selama 2th belakangan ini.
"Hh.. sampe kapan gue minum ini? Sampe kapan gue hidup?" gumam gue lalu naik ke tempat tidur, menyusul Marsha yang telah terlelap. Dan semoga, gue besok masih bisa lihat matahari dan bisa bertemu... Iqbaal.
"Pagii" gue hanya tersenyum melihat Marsha yg terlihat riang. Hari ini kita kembali ke Jakarta
"Udah packing Sha?" dia mengangguk lalu menghampiri gue
"Lo yakin kan Iqbaal bakal kita temuin?"
"Pasti"
(Marsha part)
YEY JEKARDAHH!! Finally gue sama Steffi sampe juga di kota tercinta. Sebelum pulang, kita mampir ke cafe langganan kita
"Lo mau makan apa?" Steffi menggeleng. Mukanya pucat
"Lo kan belum makan Steff"
"Gue ga laper Sha. Udah lo makan aja gpp kok. Gue minum aja" dia tersenyum tipis sambil memegangi kepalanya
Makanan gue dateng. Sebelum makan, gue nawarin ke Steffi, dan you know, dia tetep nolak walau gue liat mukanya udah kaya org kurang gizi.
"Gue ke toilet dulu ya Sha" ucapnya pelan. Gue mendongak
"Mau gue anter?"
"Ga usah" dia berjalan tertatih hingga hilang dibalik pintu toilet
(Steffi part)
Yatuhan, pusing banget! Mual, pusing, ga napsu makan. Gila, gue mau mati apa ya..
"Hoeekkk" gue memuntahkan seluruh isi perut gue kedalam kloset. Ada bercak darah disitu.
"Gue ga kuat.. Iqbaal.. kamu dmn? I need u here right now" gue terisak sambil duduk menyender pada pintu wc yg gue masukin. Gue kgn Iqbaal...
"Hey, sorry ya Sha lama hehe" dia menatap gue aneh
"Muka lo pucet Steff. Lo gapapa?"
"Ga kok. Mungkin kecapean aja nyari Iqbaal" gue mencoba tersenyum lalu mengambil 1butir obat. Lagi lagi Marsha menatap gue heran
"Itu apa? Lo sakit?"
"Ga Sha, ini vitamin aja kok" dia hanya mengangguk
Gue memasuki taksi bersama Marsha. Sepanjang perjalanan gue melihat kearah trotoar, org pacaran everywhere. Gue jd kgn Iqbaal, kgn saat gue dan dia masih bersama. Saat sedang melihat org2 yg jalan, gue kaya ngeliat seseorang yg gue tau, gue kenal baik. Cowo tinggi, cool, rambut tersisir rapi, berkemeja polos, membawa koper berjalan sendirian.
"Sha..Sha, lo liat deh itu siapa?" dia menengok kearah yg gue tunjuk. Dia menyipitkan mata
"Itu kaya...." kita bertatapan, membulat kan mata. Ga salah lagi itu...
"IQBAAL!"...
YEYY MAAF LAMA HEHEHE MAAF JG KALO GAJELAS;-)
KAMU SEDANG MEMBACA
One and only, you.
Fanfictioncerbung pertama. Agak gimana gitu tapi ya inilah cerita gua hehe. Happy reading, hopefully u guys like ma story. xx