The hardest part

314 11 1
                                    

"Tuhan..." gue ga sanggup buat melihat apa yg terjadi. Mobil sport Iqbaal yg baru aja keluar 5 menit yg lalu, ringsek.

"Iqbaal!!" air mata gue jatuh seketika. Dgn sekuat tenaga, gue berjalan menuju tkp. Dan benar saja, pemandangan itu bikin gue mau pingsan. Gue membuka paksa pintu utk pengemudi. Cowo ganteng itu sudah bersimbah darah. Dengan sekali tarikan, dia kini di pangkuan gue

"Baal bangun Baal.. Baal!" tak ada respon. Banyak org berkerumun disekitar kita namun tak banyak membantu

"Kalian semua kl gamau bantuin gue gausah liat liat!!!" hardik gue kesal. Air mata gue masih mengalir deras. Tak lama, seseorang telah menelponkan ambulance. Ya Tuhan, selamatkan Iqbaal.

"Aldi!" cowo itu menoleh lalu berlari kearah gue duduk

"Iqbaal gmn?" gue hanya mengangkat bahu lemas. Dia mengusap bahu gue pelan

"Semoga baik baik aja" gue hanya mengangguk

"Harusnya, td gue ga ngebiarin dia brgkt sendiri. Harusnya gue nemenin dia.."

"..kalo ada gue, setidaknya dia ga sendirian ngelewatin masa kritis di dlm sana" air mata gue mulai jatuh lagi. Aldi mendekap gue. Kausnya mulai basah terkena air mata gue

"Kamu ga boleh ngmg kaya gt Sha. Kita kan jg gatau apa yg akan terjadi di luar sana. Tuhan yg menghendaki ini terjadi, aku yakin Iqbaal akan baik baik aja" dia ngusap ubun ubun gue.

"Aku takut kehilangan dia Al.. aku takut" dia cuma ngusap2 bahu gue sampe akhirnya gue ga inget apa2.

(Author part)

Marsha membuka matanya. Dia berada di kamar rawatnya Iqbaal. Cowo itu masih blm sadarkan diri. Kepala dan tangannya terbalut perban putih sedangkan hidungnya terpasang selang oksigen.

"Hey, sampe kapan kamu mau tdr terus?" Marsha memegang tgn dingin Iqbaal lalu mengusapkannya di pipi

"Buka matamu Baal.. untukku"

Tiba tiba..

'CEKREK..'

"Bunda?" ternyata itu Bundanya Iqbaal dan seorang gadis cantik berjilbab

"Marsha, gimana Iqbaal?" Marsha mempersilahkan Bunda Rike utk duduk disamping Iqbaal. Gadis berjilbab tadi berjalan ke samping kanan Iqbaal dan mengusap kepalanya

"Le.. kok lo bisa kaya gini sih?" Marsha tertegun. Beraninya dia pegang kepala tunangan Marsha

"Itu tetehnya Iqbaal Sha. Namanya Teh Ody" Marsha kini mengangguk paham lalu berjalan menuju Teh Ody

"Teteh yg sabar ya. Mungkin ini salah satu ujian dr Tuhan" Teh Ody hanya tersenyum tipis

(Marsha part)

Udah 5hr sejak Iqbaal masuk UGD, gue trs tidur di RS. Kadang jg Teh Ody atau Bang Kiki nemenin gue. Gue kgn banget sama Iqbaal...

"Baal, aku kgn kamu.." gue mengusap pelan punggung tgn kanannya yg diperban. Perlahan, gue mendekati kepalanya dan mengecup keningnya

"Cepet sadar ya.. aku pgn kita berdua ngelewatin masa masa indah lagi. Aku pgn kita berdua bahagia bersama.."

"..aku..aku takut Baal. Aku takut" bibir gue bergetar. Air mata gue tumpah deras membasahi baju perawatan yg dipakai Iqbaal

"Aku ga mau kehilangan kamu. Org yg paling aku sayang.. Org yg selalu ngisi hari hari ku dgn cinta, dan kebahagiaan. Kalo kamu gaada, siapa yg ngajakin aku ke danau itu? Siapa yg ngasih aku inspirasi ttg design ku? Siapa yg bisa aku ajak dinner? Siapa?! Cuma kamu Baal... cuma kamu...." gue menelungkupkan wajah ke tgn gue yg sedari td memegang tgn Iqbaal.

"A..ku jug..a kang..e..n kam..mu S..sh..a" omg Iqbaal!!

"Iqbaal??" wajah damainya tersenyum manis. Gue menangis, bahagia

"Kok nangis?"

"Aku bukan nangis sedih, aku bahagia. Doaku terkabulkan. Aku bisa liat kamu lagi" dia terkekeh

"Selama aku tidur, aku dikelilingi oleh bidadari. Semuanya cantik.. tapi kalo dibanding sm kamu, lebih cantik kamu. Makanya aku gamau diajak mereka pergi" gue tertawa mendengarnya. Muka gue pasti udh merah deh..

"Gombal!!!" lalu kita tertawa bahagia. Seakan tak merasakan beban dan sakit yg diderita, Iqbaal mampu bikin gue tertawa lagi. Itu yg bikin gue sayang sm dia

"Dokter!! Cepat dokter!!". "Apa masih bisa diselamatkan Dok?". "Baik mari kita bawa ke ICU"

Sayup sayup gue mendengar suara di dlm ruang rawat Iqbaal. Gue membuka mata dan mulai mencerna apa yg gue liat.

Tunggu.. Iqbaal mana?!

"Iqbaal?? Iqbaal????"

"Suster? Iqbaal dimana sus?"

"Iqbaal yg dirawat di ruang 198?" gue mengangguk tak sabar. Dia nampak membuka sebuah file

"Dia sudah dipindahkan ke ICU krn kondisinya memburuk" APA?! GA. GA MUNGKIN..

Gue berlari kencang menuju ICU. Tak peduli sdh berapa org yg gue tubruk. Gue cuma pgn ketemu Iqbaal

[ICU]

Pintu masih tertutup. Disana sudah ada Bang Kiki, Teh Ody, Aldi, Bastian, Neta, Bunda Rike dan mama. Gue takut apa yg gue takutin selama ini terjadi...

'CEKREK...'

"Dokter?? Iqbaal gimana dok???"

"Maaf....." .....

HAIII MAAF YAA LAMA LANJUT:)) DITUNGGU VOTE NYA. BTW THANKS FOR 1.1K READERS

One and only, you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang