Please Ini Masih Pagi

598 59 106
                                    

Ada yang minta kita suruh mampir ke work-nya di janjiin feedback, udah di baca bener-bener di kasih komen supaya penulis jadi semangat buat next, pas di mintain feedback cuma boomvote mana timing-nya hampir sama lagi, ada? Banyak.

Mau di hargain tapi nggak ngehargain orang lain, hm😊

Happy reading~

Abang Erwin hm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abang Erwin hm.


🙈🙈🙈

Seorang gadis sedang bergelung nyaman di balik selimut tebal miliknya, udara pagi begitu menusuk karena beberapa jam yang lalu hujan baru saja reda dari tengah malam tadi, membuat gadis ini enggan untuk membuka mata barang sedikit pun, padahal sekarang pintu kamarnya sudah di gedor-gedor beberapa kali.

"Ewin yuhuu!" Suara berat itu langsung membuat Ewin terusik dari tidurnya, dia hafal suara siapa itu. Oh Come on ini masih pagi! dan manusia yang satu itu sudah mau merusuh saja.

"Ewin buka pintunya dong!" Ewin mengerang kesal lalu menutup kepalanya menggunakan bantal.

Bodo amat, bodo amat!

"Ewin ini emergency sumpah! Cepetan!"

Enough!

Ia give up!

Ewin berteriak kesal tertahan lalu membuang bantalnya dengan sembarangan, ia bangun dengan muka bete dan muka bantal menjadi satu, coba di bayangkan saja wajahnya bagaimana sekarang.

Pasti tidak enak di lihat.

Dia baru saja tidur lagi 30 menit yang lalu seusai menunaikan sholat subuh, dan manusia yang satu itu… ah! Ingin rasanya Ewin memenggal lidah lelaki itu agar tidak seenaknya saja mengganggu.

Ewin membuka pintu kamarnya dengan kasar, air mukanya semakin keruh melihat wajah Kakaknya menampilkan senyum dan menaik turunkan alisnya, yang membuat Ewin ingin menyetrika wajah tampan Kakaknya ini.

"Apalagi sih Abang? Aku baru aja tidur 30 menit yang lalu abis sholat subuh, aku hari ini ada jam pagi. Trus Abang pagi-pagi udah dateng ngerusuh, aku nggak mau nanti di kelas ngantuk gara-gara kur---"

"Cocok yang mana? Coklat apa item?" Tanya Erwin sambil memamerkan celana dalam Calvin Klein-nya dengan senyum tanpa dosa.

Ewin baru sadar kalau Kakaknya ini hanya memakai handuk yang menutupi bagian pinggangnya saja.

"Serah!" Ewin menutup pintu kamarnya kasar lalu menjerit kesal.

Come on ini masih pagi dan Kakaknya sudah membuat ulah.

Bisa-bisa Ewin kena penuaan dini.

🙈🙈🙈

Ewin Putri dan Erwin Putra mereka adalah Kakak beradik yang membuat kebanyakan orang iri karena ke dekatan mereka, tapi tidak dengan Ewin berdekatan dengan Erwin sama saja dia akan menjadi stress secara perlahan, karena kelakuan Kakaknya yang super absurd itu.

Usia mereka hanya terpaut satu tahun, jadi tidak heran kalau kebanyakan orang salah menyangka kalau Kakak Adik ini sedang jalan berdua akan di anggap sebagai sepasang kekasih.

Mereka pun melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi yang sama hanya beda jurusan saja, Ewin mengambil Psikologi sementara Erwin Arsitektur. Selain menjadi Mahasiswa, Erwin juga seorang model yang cukup terkenal di Indonesia.

Banyak yang mempertanyakan juga tentang nama keduanya yang begitu mirip hanya ada 2 huruf saja yang berbeda, menurut Ewin orang tuanya ini benar-benar tidak kreatif, kenapa namanya hampir sama? Kenapa dia tidak di beri nama Esmeralda? Victoria? Isabella? Atau Nurhaliza? Yang penting tidak sama, Apa kala itu otak mereka sedang buntu? Entah lah.

Tapi Ewin mensyukuri bagaimana pun ini nama pemberian Orang tua, dan konon katanya nama adalah doa. Tapi sampai sekarang Ewin tidak tahu arti namanya ini apa? Hanya tahu nama belakangnya saja 'Putri' biasanya melambangkan seorang perempuan begitu bukan? Dan Ewin? Entah lah, Ewin sekarang tidak peduli tidak mau membuat dia bertambah pusing.

Ewin berjalan menuju ruang makan untuk bersarapan karena hari ini dia ada kelas pagi.

"Pagi Ayah, pagi Bunda." Ewin mencium pipi kedua orang tuannya bergantian, lalu duduk di samping Erwin yang sudah stan by dan rapi dengan kemeja dan jeans yang Kakaknya itu pakai. Sepertinya ada jadwal pemotretan.

"Abang nggak di sapa nih?"

Ewin mendelik sekilas ke arah Erwin lalu beralih untuk memberi selai pada rotinya, tanpa harus menjawab pertanyaan dari Erwin. Ia masih kesal pada Kakaknya itu.

Pagi-pagi gedor pintu cuma buat nanya celana dalam warna apa yang bagus, ia pikir Ewin pakar celana dalam?

Erwin mencolek pipi Adiknya itu dengan senyum geli, "Ciye ngambek."

Ewin tidak mengindahkannya lebih memilih menyantap roti miliknya.

"Jangan marah dong Win."

"Bodo amat!" Ketus Ewin.

"Ck nggak asik ah!" Erwin berdecak kemudian membuang muka tapi sesekali mencuri pandangan ke arah Ewin berharap Adiknya itu meresponnya, namun ternyata Ewin tetap bodo amat.

Erwin menghembuskan nafasnya, "Maaf deh, jangan marah lagi dong ya ya ya?" Ucapnya sambil menatap Ewin yang sangat khidmat menyantap sarapannya, "nanti yang nyukurin bulu ketek gua siapa? Kalo lo marah."

"Suruh siapa pagi-pagi ngerusuh, cuma buat nanyain sempak warna apa yang bagus? Nggak penting tau nggak!" Sentak Ewin kesal membuat Erwin dan kedua orang tuanya berjengit kaget.

"Ewin your language!" Nada perintah itu berasal dari Ayahnya.

"Abis Abang ngeselin Ayah, masa pagi-pagi ngedor kamar aku cuma buat nanya sempak-,"

"Ewin!"

"Iyaiya celana dalem maksud aku, nanyain celana dalem warna apa yang bagus, kan nggak penting! Bikin kesel aja." Jelas Ewin mengunyah rotinya dengan kasar.

"Kan cuma mau nanya pendapat doang apa salahnya coba?" Sanggah Erwin santai.

"Tapi pertanyaan Abang itu nggak penting! Toh celana dalem di pakenya di dalem bukan di luar, nggak ada yang peduli juga Abang mau pake celana dalem warna apa!" Ujar Ewin makin kesal karena sikap Kakaknya yang santai ini seolah-olah dia tidak bersalah.

"Yaudah sih biasa aja, bol-nya keluar tau rasa." Cibir Erwin.

"Erwin!" kini gantian nada perintah itu berasal dari Bundanya yang sedari tadi hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah kedua anaknya ini.

"Iyaiya maap."

"Kalian ini kapan akurnya?" Tanya Bunda sambil menatap Erwin dan Ewin bergantian.

"Tanya dulu sama Abang kapan warasnya, baru nanti kita bisa akur." Celetuk Ewin langsung mendapat pitingan dari Kakak laki-lakinya itu.

"Bunda help!"

"Nakal ya ngatain Abang nggak waras." Erwin menggelitiki area leher Ewin, bagian ini kelemahan gadis itu.

"Abang geli!"

Kedua orang tua mereka hanya tersenyum geli dan menggelengkan kepalanya, biarlah, biar mereka menjadi peramai rumah ini agar tidak sepi.

🙈🙈🙈

KONYOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang