Mati

336 27 20
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak eaaa.

Happy reading~

🙈🙈🙈

Pagi yang cukup sejuk di pinggiran Ibukota yang masih terdapat persawahan dan perkebunan membuat suasana begitu tenang, di bandingkan dengan pusat kota yang penuh sesak akan kendaraan.

Di dalam sebuah rumah yang cukup besar di antara rumah-rumah lainnya ini, penghuninya sudah mulai melakukan aktifitas masing-masing. Si Ibu yang sedang asyik berkutat dengan dapur, si Ayah yang asyik menikmati kopi dan membaca koran di bagian taman belakang rumah.

Sementara kedua anaknya dengan aktifitasnya sendiri-sendiri, si Kakak yang sedang ber-jogging untuk memanfaatkan hari liburnya, sementara si Adik masih berselancar dengan damai di alam mimpinya.

Gebrakan pintu dapur membuat wanita paruh baya yang asyik dengan pekerjaanya ini pun berjengit kaget, beliau menoleh kearah pintu mendapati anak lelakinya yang bercucuran keringat dengan nafas ngos-ngosan dan wajah panik.

Kenapa ini?

"Abang kenapa? Bunda kaget ini loh, untung aja nggak punya penyakit diabetes."

Lelaki itu mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal, karena sedari depan tadi dia berlari menuju kesini. "Anu… itu tadi Erwin…" katanya tidak jelas.

"Apaan sih?" Tanya wanita itu bingung.

Erwin menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. "Tetangga sebelah mati Bun." Ucapnya langsung membuat Bundanya mengaga kaget.

"Tetangga sebelah? Ibu Jumariyah itu? Innalillahi, Abang tau dari mana?"

"Tadi Abang kan abis pulang jogging, terus nggak sengaja denger kalau ada yang meninggal gitu Bun." Jelas Erwin.

"Yaudah Bunda mau ngelayat dulu, Bunda mau kekamar mau nyari kerudung." Langsung mendapat anggukan dari Erwin.

Bunda kemudian beranjak kekamar untuk berganti pakaian yang lebih sopan, sebelumnya beliau mematikan kompor terlebih dahulu, acara masak memasaknya beliau pending.

Ini emergency.

🙈🙈🙈

Bunda Erwin berjalan memasuki pagar rumah Bu Jumariyah yang tak terkunci, bilang saja kalau beliau tidak sopan, biarkan saja. Ibu-ibu always right yes.

TOKK! TOKK! TOKK!

"Assalamu'alaikum." Serunya, dan langsung mendapatkan balasan dari dalam.

Tak lama pintu di depannya pun terbuka, menampilkan sama-sama wanita paruh baya yang terlihat sangat lesu, memang berat di tinggalkan orang yang terkasih.

"Bu Jum, saya turut berduka ya, yang sabar Bu Jum." Bunda Erwin mengusap bahu Bu Jumariyah dengan lembut seolah memberikan support, "ini memang berat, saya juga dulu pernah ngerasain kehilangan sesuatu yang berharga."

Bunda Erwin berkaca-kaca, beliau pun pernah merasakan di tinggal oleh orang yang terkasihnya dan itu rasanya sangat sakit dan tidak rela.

"Iya makasih ya Bu." Bu Jumariyah tersenyum sendu, hatinya sedang merana. Siapa yang mau di tinggalkan orang terkasih? Tidak ada yang mau bukan? Bahkan kita berharap bisa hidup selamanya di kelilingi oleh orang-orang yang kita sayangi.

"Ngomong-ngomong penyebabnya apa Bu? Bukannya Lisa kemarin saya liat baik-baik aja?" Tanya Bunda Erwin karena memang kemarin beliau melihat Lisa, anak Bu Jumariyah yang umur delapan tahun itu masih baik-baik saja.

Bahkan masih sempat menyapanya sore tadi, saat gadis kecil itu pergi ngaji.

"Loh kok Lisa sih?" Bu Jumariyah mengernyitkan dahinya, Bunda Erwin menatapnya bingung.

Jadi bukan Lisa?

Lalu?

Suaminya?

Setahu Bunda Erwin Suami Bu Jumariyah memang sudah meninggal sejak lama, bisa di bilang JADI lah, JAnda Ditinggal matI.

Lalu siapa?

"Loh terus yang meninggal siapa?"

"Itu loh kura-kura peliharaan saya dari kecil, dia meninggal tadi gara-gara saya lupa kasih makan sebulan, saya sedih aja dari dulu udah saya rawat, tapi sekarang dia udah mati." Jelas Bu Jumariyah langsung membuat Bunda Erwin menganga kaget.

Loh?

Ini bagaimana sih? Erwin ini memberi informasi tidak jelas! Bunda Erwin tadi sudah menye-menye tidak jelas, tahunya cuma kura-kura yang meninggal.

Ya Tuhan kenapa beliau sampai lupa kalau anak lelakinya itu punya tingkah yang absurd.

Tak berapa lama Erwin datang dengan stelan baju kokoh dan peci. "Mayatnya belum di kuburkan?"

Tepok jidat dah buat Erwin.

🙈🙈🙈

KONYOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang