Yuhuu! Masih adakah yang sudi baca cerita aneh gua ini?😂 semoga masih ada dan gak pada alergi gara-gara si Erwin😂😂 okedeh cekibroot!
Happy reading gaes!
🙈🙈🙈
Kakak beradik berambut pirang ini berjalan beriringan menyusuri koridor kampus yang lumayan ramai. Sebenarnya Ewin paling malas kalau sudah berjalan di samping Erwin, karena lelaki ini pasti akan bertingkah sok cool dengan sedikit menebar senyum tipis namun mampu membuat beberapa gadis menjerit kegirangan, mereka belum tahu saja tingkah Erwin yang sebenarnya.
Lo semua pasti bakalan ilfeel dah, batinnya.
Ah iya ngomong-ngomong soal Erwin, kemarin Bundanya berhasil kena jebakan batman dari lelaki itu, Ewin sendiri gagal paham kenapa Bundanya bisa sampe di kibulin, padahal Bunda sudah tahu luar dalem, panjang lebar seorang Erwin yang kadang suka mendengarkan pembicaraan secara sekilas, lalu dengan siaga menyebar luaskan dengan opininya sendiri yang selalu tidak benar ada.
Erwin Erwin ganteng-ganteng kok bego?
"Win!" Panggilan dengan suara berat dari arah belakang membuat Kakak beradik ini reflek menoleh dan mendapati lelaki berwajah Asia dengan senyum tipisnya, siapa lagi kalau bukan Dinan.
Tanpa di minta pun senyum terbit di bibir Ewin, jantungnya selalu berdetak tidak karuan kalau sudah menyangkut hal-hal yang berbau Dinan.
Erwin melirik Adik perempuannya yang sedang mesam mesem tidak karuan dengan kernyitan di dahinya.
Mereka ada anu kah? Pikirnya.
Dan ngomong-ngomong soal Dinan, semenjak hari di mana Dinan ia tinggalkan begitu saja di mall gara-gara Abang kampretnya ini, mereka menjadi lebih dekat. Dinan pun makin gencar mengirimkan sinyal-sinyal kepadanya, seolah-olah memberitahu bahwa lelaki itu ingin lebih dekat dengannya. Bahkan tak jarang Dinan pun menyambangi kelasnya kala istirahat, dan itu sukses membuat hidung Ewin kembang kempis serta jantung serasa merosot ke perut.
"Ada kelas pagi juga?" Tanya Dinan pada Ewin, langsung di beri anggukan oleh gadis pirang itu.
"Udah sarapan?" Tanya Dinan lagi.
"Belum." Bohong Ewin, sebenarnya ia sudah sarapan tadi ya meskipun hanya dengan roti dan selai, tapi ia terpaksa berbohong siapa tahu Dinan berniat mengajakanya sarapan bersama di kantin, Lumayan kan?
Kapan lagi coba di ajak sarapan bareng sama sama cogan?
Sekaligus ketua BEM yang asdfghkl banget itu.
Yang bibirnya kenyotable.
Yang matanya tatapable.
Yang rambutnya elusable saking halusnya.
Yang dadanya sandarable.
Yang jadi bahan ngh anak-anak cewek.
How to lucky Ewin.
"Sarapan bareng yuk?" Tuhkan baru saja tadi di bahas.
Ewin mengangguk lalu menggigit bibir bawahnya menahan senyum.
"Loh Win kan tadi lo--" Erwin seketika kicep saat mendapatkan delikan tajam dari Ewin.
"Awas itu mata copot." Sungut Erwin, Ewin memutar bola matanya.
"Udah ah, ayo Nan ke kantin, bye Bang!"
"Pijem Ewinnya dulu bro!" Dinan menepuk pelan bahu Erwin sambil tersenyum tipis, lalu mulai beranjak dari sana di ikuti Ewin yang di sampingnya.
"Loh Win! Kok Abang di tinggal sih?" Sungut Erwin.
Ia di telantarkan.
Cogan gini di tinggalin.
Utututu cucian.
Sementara Ewin tak acuh terus berjalan tanpa memperdulikan Erwin.
"Tega banget lo! Nggak inget lo semalam kita ngapain?!" Seru Erwin, langsung mendapat atensi dari semua yang ada di koridor sekaligus Dinan dan Ewin berhenti berjalan seketika.
Tatapan horror langsung menghujam kearah Ewin. Abangnya ini bicara apa? Ambigu sekali?
Ewi menunduk sambil menuntup wajah dengan salah satu tangannya.
Haduh Abang!
"Ayo Nan." Ewin menarik tangan Dinan, kemudian beranjak pergi.
Sementara Dinan hanya diam saja, masih memikirkan apa yang Erwin tadi sampaikan. Mereka…
"Lo brother complex ya?" Celetuk Dinan langsung mendapat tatapan bingung dari Ewin.
"Lo sama Erwin."
Ewin langsung menggeleng dengan keras. "Engga!" Sanggah Ewin.
Brother complex? Come on ia masih cukup waras untuk mengidap brother complex kepada Erwin, boro-boro brother complex, deket-deket Abangnya yang sinting saja ia sudah gatel-gatel.
Dan soal perkataan Erwin tadi, sebenarnya tidak terjadi apa-apa hanya terjadi sebuah musibah yang membuat Ewin menyesal seumur hidupnya. Semalam Ewin tidak sengaja memegang benda pusaka milik Kakaknya itu, harus di garis bawahi itu tidak ada unsur ketidak sengajaan.
Kala itu ia sedang berniat untuk ikut bergabung menonton televisi bersama Erwin, saat ia berjalan kakinya tanpa sengaja menyandung pinggiran karpet, seketika tubuhnya oleng dan ambruk menimpah Erwin yang asyik tiduran di sana, dan entah kenapa tangannya bisa menangkring di atas benda pribadi milik Kakaknya itu, mana tadi ia sempat meremas-remas karena merasa ada yang janggal di telapak tangannya.
Sungguh ia menyesal.
Tangannya langsung gatal-gatal.
Mukanya langsung merah.
Panas dalam.
Sariawan.
Batuk pilek.
Tipus.
Wasalam.
"Kayanya gua harus pikir-pikir lagi deh buat deketin lo." Ucap Dinan terdengar sangat serius membuat Ewin langsung menatap lelaki itu, "Kenapa?"
Ewin menggeleng lalu menunduk lesu, tuhkan Dinan jadi salah paham, mendadak ekspresinya menjadi mendung.
Ini semua gara-gara Abang! Sungutnya.
"Becanda Ewin!" Dinan mengusek-usek rambut pirang milik Ewin dengan senyum geli langsung mendapat senyum sebal dan cubitan di pinggang dari gadis pirang ini.
Syukurlah cogan nggak jadi berpaling.
🙈🙈🙈

KAMU SEDANG MEMBACA
KONYOL
Humor╰╰Update kalo ada ide😄╮╮ Bagaimana Rasanya menjadi seorang Adik dari Kakak yang aneh, konyol, nyeleneh, cool tapi dalam sikon yang sama bisa langsung jadi beringasan, namun ganteng juga perhatian. Gadis bernama Ewin Putri ini merasakannya, dia memp...