Part 7- Demon Soul

167 20 50
                                    

When circumstances require to cry. Do not pretend to be strong, because not all tears are weak.


Bonus pict Rayhan Dellano *cek mulmed

-----

"Lepasin! Tangan gue sakit,"

"Maafin gue, Ray. Gue mohon lepasin," tak terasa air mata gadis ini keluar.

Rayhan terus saja menyeret Elen tanpa belas kasihan.

"Gue ingin pulang, Ray. Mama gue pasti nyariin,"

"Rayhan kita mau kemana?" tangis Elen makin menjadi-jadi.

Tepat di pinggir jalan raya, Rayhan langsung mencampakkan tubuh Elen di trotoar.

"Aww," ringis nya dan siku nya pun langsung mengeluarkan darah segar.

"Lo kok jahat sih sama cewek," ucap Elen tersedu-sedu.

"Gue? Jahat?" balasnya dengan sinis hingga membuat gadis itu semakin takut dengan nya.

"Lo bilang gue jahat kan? Beberapa kilometer dari sini, mobil yang berada di ujung jalan sana akan melaju ke arah sini," jeda Rayhan.

Elen semakin menangis, air mata nya terus saja mengalir tanpa henti."Hmm..Gue ingin lo nyebrang ke seberang jalan ketika mobil itu__," ia sengaja memberhentikan kalimat nya. Melihat gadis itu menangis, membuat nya semakin ingin menakuti Elen.

Rayhan menarik pergelangan tangan Elen dengan kasar, menyuruh nya untuk segera berdiri.

"Diam! Cengeng banget sih lo!" ketus Rayhan.

"Lo gak waras, Ray!" bentak Elen menatap Rayhan dengan tatapan tidak suka.

"Gak salah dengar? Apa yang terjadi jika lo membangunkan macan yang sedang tertidur? Hah!"

Elen hanya diam membisu, ia sudah tidak sanggup berkata-kata, badan nya sudah sangat lemas, rasa nya ia ingin pingsan saat ini juga.

Laki-laki di hadapan nya ini benar-benar tidak memiliki perasaan sama sekali. Ia memegang pergelangan tangan Elen dengan begitu kuat, sehingga membuat pergelangan tangan nya memar kemerahan.

"Kenapa lo hanya diam!" bentak Rayhan, sontak membuat Elen terkejut.

"Kenapa lo? Bisu?" sinis Rayhan.

Elen terus saja diam, keringat dingin sudah mulai bercucuran di wajah cantik nya, pandangan nya sudah mulai mengabur. Tiba-tiba saja pandangan nya menggelap.
Dan..

***

Elen mengerjapkan mata nya perlahan. Sinar matahari masuk dari sela-sela tirai, membuat pandangan nya menyilau. Sebuah bayangan wajah yang kabur tampak begitu dekat dengan nya. Sekali lagi Elen mengerjapkan mata, wajah itu tampak lebih jelas.

Rayhan.

Elen menarik napas berat lalu membuangnya perlahan. Ia memutarkan kepala nya ke samping, membelakangi Rayhan yang sedang menatap nya dengan tatapan khawatir. Elen begitu sakit hati dengan tindakan Rayhan tadi malam. Kejadian itu sangat lah jelas membuat nya ingin menangis lagi.

"Maaf," ucap Rayhan parau. Hanya kata itu lah yang bisa ia ucapkan sekarang.

Elen tidak ingin menjawab. Satu tetes air mata berhasil terjatuh begitu saja di celah mata nya. Ia mencoba menghapus air mata itu dengan tangan nya.

Respice Ad Me, Ray? (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang