Meski kamu tidak dapat melihat diriku, seperti angin yang berhembus
Pikiranku tetap tertuju padamu.Terasa sakit untuk mencintaimu
Aku tidak bisa mengosongkan pikiranku dan itu sangat menyedihkan.-----
Elen yang sedang duduk di sofa kamar sambil menonton kedua sahabatnya yang saling bersmackdown diatas kasurnya membuat kamar nya begitu terlihat sangat berantakan, siapa lagi jika bukan Zura dan Ita. Kedua manusia itu memang jarang sekali akur. Bahkan mereka tidak cocok jika disebut dengan manusia normal.
Elen menggeleng-gelengkan kepala nya. Ia tampak berpikir, bagaimana cara nya ia menanyakan tentang Rayhan kepada kedua alien dihadapan nya ini. Sedari tadi Elen tidak sempat cerita kepada kedua sahabat nya itu. Bagaimana tidak? Dari sejam yang lalu mereka terus saja seperti itu. Seperti nya Elen harus banyak-banyak berdoa agar kedua sahabat baru nya itu di beri umur panjang agar masih tetap bisa bernapas melalui paru-paru.
"Udah siap main ranjang nya?" tanya Elen membuka suara.
"Idihh main ranjang apaan dah," jawab Zura dengan rambut yang sudah begitu berantakan dengan badan yang menindih Ita sambil mengangkat sebelah kaki Ita keatas.
"Woi Ra lepas jirr! Kaki gue kesemutan beneran," seru Ita yang sudah dalam keadaan menggenaskan seperti di terkam harimau.
"Kalian kesini sebenarnya mau dengar gue cerita gak sih!" kesal Elen menatap kedua nya dengan tatapan tajam.
"Mata lo biasa aja El pengen gue congkel masa," ucap Ita dan Elen semakin melototkan mata nya.
"Astagfirullah udah mirip tuyul lo!" sambung Ita.
"Lo mau cerita apa El? Cerita aja," tanya Zura mulai serius.
"Rapikan dulu rambut kalian. Udah macam kunti aja! Serem tau gak buat gue merinding," suruh Elen kepada kedua nya.
Ketika mereka selesai merapikan rambut nya yang berantakan. Elen dengan segera berjalan menghampiri kedua sahabat nya itu ke kasur. Elen mulai menceritakan dari awal mula kejadian ia menuangkan lem di bangku Rayhan sampai dengan kejadian tadi malam.
"What!?" kaget Zura dan Ita bersamaan.
"Kok lo bisa kebetulan jumpa dangan dia di mini market dari sekian banyak mini market di Jakarta ini, El!" ucap Zura yang masih tak abis pikir dengan pertemuan Elen dan Rayhan secara kebetulan.
"Mana gue tau lo pikir gue cenayang yang ramal Rayhan ada dimana waktu itu!" balas Elen.
"Jodoh kali," ucap Ita ngasal.
"Nih jodoh," ucap Elen yang langsung menjitak kepala Ita.
"Sakit bego!"
"Lo sih becanda mulu orang lagi serius juga," geram Elen.
"Tunggu dulu! Gue masih gak percaya Rayhan nakutin lo sampai pingsan," ucap Zura tidak percaya.
"Ngapain gue bohong Ra! Rayhan bener-bener gak waras gue hampir mati dibuat nya. Dia udah kayak psikopat tau gak!" teriak Elen kesal mengingat kejadian malam tadi.
"Lihat nih pergelangan tangan gue kalau kalian masih gak percaya juga sama gue," sambung Elen sambil memperlihatkan pergelangan tangan nya yang masih terlihat memar.
"Tapi ya ,El. Setahu kita Rayhan gak pernah kasar sama perempuan. Dia aja kurang akur sama anak-anak lain palingan dia main dengan Billo dan Winta anak kelas XI IPA 2, benarkan Ta?" jelas Zura panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Respice Ad Me, Ray? (On Hold)
Teen Fiction[On Going] #882 dalam teenfiction 3/10/2017 ----- "Apakah kau tidak bisa melihat betapa besar perasaanku kepadamu? Aku berharap suatu saat nanti kau bisa menganggap keberadaanku."- Elennavia Qisty "Jangan mempunyai perasaan lebih kepadaku jika pada...