Three

21 1 0
                                    

"Mungkin Cinta kasmaran itu seperti permen karet, ketika manis masih dirasakan dan bila sudah pahit, dibuang"

***

"Ih Aan...itu permen karet punya gye kok lo makann..." Nia memekik heboh melihat Akan yang langsung mengunyah permen karet dengan santai.

"Ck, berisik loe seblak.., bagi satu doang elah!!" Akan menyentil pelan dahi Nia.

Sekarang mereka berada di mobil Arkan menuju ke sekolah, pagi ini Akan menjemput Nia. Ya, dua orang itu sepakat jika minggu kemarin Nia yang menyampar Akan untuk berangkat sekolah, sedangkan minggu kali ini sebaliknya.

Dua sejoli itu sedang mempeributkan hanya karena makanan kecil yang sama sekali tak mengenyangkan, Akan sebenarnya tak sama sekali memperdulikan. Tapi gadis cerewet disebelahnya sangat cerewet, bukan apa. Masalahnya hari ini adalah pelajaran Bu Ani, guru sejarah yang kalau mengajar bukannya mengajar malah ia mendongeng, kadang guru itu juga sering menceritakan kampung halamannya ataupun kos-kosan miliknya, bukannya mengajar malah mencurhat. Nia memang sering mempersiapkan makanan kecil ketika pelajaran Bu Ani, berbeda dengan Arkan, cowok ltu malah tidur dengan tas sebagai bantalnya, setidaknya Nia masih menghargai guru itu.

"Ish lo mah.., lo tau sendiri kan kalo sekarang pelajarannya si pendongeng, biar mulut gue gak nguap mulu nih, gue mah gak kayak lo yah yang malah tidur seenggaknya gue menghargai dia" cerocos Nia.

"Heh! Kutang nyemot!! Bisa diem gak sih lo mau lo gue turunin disini?!" Arkan menepikan mobilnya sebentar beralih menatap Nia yang sedang menatapnya sengit. Sedetik kemudian cewek itu malah memanyunkan bibirnya seraya bersedekap dada. Merajuk.

"Hh... Dasar cewek!! Ya, ntar gue gantiin permen karet lo" dan Nia kembali menoleh ke Arkan dengan mata berbinar.

"Bener?? Ganti serenceng bodo. Gamau tau!!"

"Nih.." Arkan menjulurkan lidahnya yang berisi permen karet bekas kunyahannya.

"Najis.., jorok bangkee!!!" Nia menjauhkan tubuhnya dari Arkan sambil bergidik jijik.

"Bhahaha..." cowok itu malah menertawainya, Nia hanya memandang datar Arkan, hal itu menjijikan malah membuat cowok itu merasa lucu.

"Udah ketawanya??"

"Iye iye bawel..." Arkan kembali menjalankan mobilnya.

Setibanya di parkiran sekolah, Nia langsung kabur mendahului Arkan, cowok itu hanya mendengus.

"Dasar cewek.., untung sayang" gumamnya cukup keras tanpa sadar padahal Nia masih berjarak tidak terlalu jauh dengannya karena keadaan parkiran cukup sepi otomatis ia mendengar, dan sontak gadis itu menghentikan langkahnya. Terdengar ambigu menurutnya sayang? Bolehkah ia senang saat ini, walaupun sebenarnya Arkan sayang sebagai sahabat tidak lebih. Namun Nia malah mengartikan lebih dari itu.

"Kenapa berhenti?? Ada yang ketinggalan?" Nia terlonjak kaget melihat Arkan yang menepuk bahunya karena heran melihat Nia yang tiba-tiba berhenti.

"Hah??" sekarang Nia malah terlihat seperti gadis idiot, Arkan pun langsung terbahak melihat ekspresi Nia. Sedangkan gadis itu malah salting dibuatnya.

"Komuk lo.., BHAKK!! Gak nyelo.., parah parah!!" sebisa mungkin Nia menetralkan degup jantungnya yang tak karuan, segera ia merubah raut wajahnya menjadi datar.

Smitten With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang