Namaku Adly, anak tunggal yang saat ini berada di kelas 1 SMA. Aku baru saja pindah rumah ke Kalimantan karena pekerjaan Ayahku.
Ayahku saat ini sedang dimutasi dan bekerja sebagai polisi hutan. Sementara ibuku sudah meninggal sejak aku berusia 4 tahun.
Aku dan ayahku akhirnya sampai di rumah baru kami. Ayahku sibuk membantu pekerja pindahan menurunkan barang-barang dari mobil.
Aku pun masuk ke dalam rumah untuk melihat-lihat. Ayahku sempat mengatakan bahwa kamarku adalah ruangan di samping kamar mandi. Aku pun bergegas masuk ke ruangan itu.
Kamar itu cukup lembab dan sedikit berdebu. Di dalam, hanya berisi kerangka tempat tidur dan sebuah meja kayu.
Karena sedikit gelap, aku pun membuka jendela kamarku. Cahaya mulai menerobosi kamarku, memperlihatkan partikel debu itu berterbangan. Barulah terlihat dengan jelas isi kamarku.
Aku pun duduk di atas papan kayu tempat tidurku. Kusapukan pandangan melihat sekeliling kamarku.
Pandanganku terhenti di kolong meja yang berada di depanku. Aku pun berdiri menghampiri meja di depanku. Aku berjongkok sambil meraih sesuatu di kolong meja. Ternyata benda itu adalah sebuah buku. Buku yang usang dan berdebu.
Di halaman depan buku itu, tertulis "Diary 1987". Tidak tertera nama pemiliknya. Ku pikir, buku ini mungkin Diary milik penghuni rumah sebelumnya.
Ku tepuk-tepuk buku itu dengan tanganku. Debu pun mulai berterbangan. Sepertinya buku itu juga sempat terendam air. Ujung-ujung kertasnya sebagian saling menempel.
Dengan rasa penasaran, kuputuskan untuk membuka buku tersebut. Perlahan ku pegang ujung buku tersebut. Entah mengapa aku merasakan debaran jantungku yang semakin kuat. Ku tarik ujung-ujung kertas yang menempel itu dengan perlahan agar tidak robek.
"Adly, ayo siap-siap ke sekolah! Jangan lupa berkas-berkasnya." Teriak ayahku.
Sontak aku langsung menutup buku itu. Aku bahkan tak sempat mengingat bagaimana rupa kertasnya.
"Iya, Yah.."
Aku pun berdiri. Langsung kutinggalkan Diary itu di atas meja.
Di hari pertamaku pindah rumah, aku langsung pergi ke sekolah baruku. Aku harus mengurus berkas-berkas perpindahan sekolah.
Selesai mengurus berkas administrasi, aku pun diajak untuk keliling sekolah oleh dua orang pengurus Osis. Mereka mengenalkan seluruh fasilitas di sekolah hingga mengantar ke kelasku. Karena saat itu istirahat siang, aku hanya sempat melongok ke dalam ruangan kelasku. Kedua anggota Osis itu dengan ramah mengajakku untuk makan siang bersama di kantin sekolah.
Selama di sekolah, pikiranku masih terbayang-bayang tentang Diary itu.
Siapa pemilik buku itu?
Kenapa buku itu bisa ada di kolong meja?
Apa buku itu benar milik penghuni rumah sebelumnya?
Kenapa bisa tertinggal?
Apa orang itu lupa?
Apa isi buku itu?Tak ada habisnya lamunanku hanya karena buku itu.
Usai menyelesaikan urusan sekolah, aku pun langsung bergegas pulang ke rumah. Di rumah, kulihat beberapa perabot sudah tertata. Kudengar suara-suara bising di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY 1987
Mystery / Thriller" Jika kamu menemukan Diary seseorang, jangan pernah mencoba untuk membacanya " Sebuah cerita tentang seorang anak yang menemukan Diary tanpa nama di rumah barunya. Hidupnya pun berubah setelah membaca isi Diary tersebut.