Pagi ini, aku bangun sedikit terlambat. Hal yang tidak patut ditiru untuk anak pindahan di hari pertama ia masuk. Untungnya aku sampai di sekolah tepat waktu.
Pelajaran demi pelajaran kulalui. Kegiatanku juga diselingi dengan berkenalan pada teman-teman yang duduk di sekitarku.
Aku duduk di belakang dengan teman sebangku anak laki-laki bernama Rendy. Di depanku duduk dua orang perempuan ceriwis, Tata dan Lina. Kami berempat cepat mengakrabkan diri karena tugas berkelompok yang diberikan tiba-tiba.
Istirahat siang, aku merasa sangat panas hari itu. Aku pun pergi ke kamar mandi sekolah. Aku ingin menyegarkan diri dengan mencuci muka.
Di kamar mandi, tidak ada satu siswa pun selain aku. Sepi dan agak gelap.
Lampu di kamar mandi ini sebagian tidak menyala. Penerangan lebih mengandalkan celah-celah matahari dari ventilasi. Belum lagi bau yang menggelitik hidung ini. Bau pesing. Tipikal wc lelaki.
Kuhampiri westafel di paling ujung dari tiga westafel yanh ada. Kupilih westafel itu karena terlihat masih berfungsi.
Kuputar keran air di westafel.
SRRR...
Yah, setidaknya air keran ini masih mengalir. Walaupun keran sudah kuputar sampai mentok, air yang keluar segitu-gitu juga.
Kutadahkan air dari keran dengan kedua telapak tanganku. Sambil memejamkan mata, kubasuhkan air ke muka.
Rasanya ada yang aneh dengan air keran ini. Sedikit lengket dan bau anyir. Ku dongakkan wajahku ke cermin.
"Aaa..!!"
Aku jatuh tersungkur hingga menabrak pintu kamar mandi.
Aku tak bisa berpikir!
Aku tak bisa percaya apa yang kulihat barusan!
Cermin itu. Cermin yang terpasang di depanku. Cermin itu memantulkan wajahku.
Wajahku yang berlumuran cairan berwarna merah!
Sedikit menengadah, kulihat air keran yang masih mengalir itu. Air keran yang semula bening, tiba-tiba berubah menjadi warna merah.
Aku langsung berlari keluar. Berlari di lorong yang terasa panjang ini. Berharap bisa kutemui satu orang saja.
Tapi kenapa rasanya sekolah ini tidak berpenghuni?!
Dimana orang-orang!BRUUKK!
Orang!
Aku menabrak seseorang!
Akhirnya ada seseorang!
Aku pun lemas dan terjatuh."Eh, Adly! Lo kenapa?" Tanya orang itu.
Sedetik kemudian aku baru sadar bahwa ia adalah Tata. Terlihat wajah Tata yang panik. Ia pun berjongkok dan memegang bahuku.
"Lo gak apa-apa? Muka lo pucet banget sampe jatoh gitu!"
"Ehh.. I-i.. A.." Aku tak bisa menjelaskan.
Degup jantungku begitu kencang. Suara ditenggorokkan pun tak mau keluar.
"Kenapa, Dly? Tenang dulu, tenang." Ucap Tata. "Muka lo juga basah gini! Ini nih tissue."
Tata mengambil beberapa lembar tissue dan mengelap pelipis wajahku. Aku pun mulai sedikit tenang.
"T-thanks.." Ucapku sambil mengambil tissue dari tangan Tata.
Dengan sedikit gemetar, ku pandangi tissue tersebut. Basah. Tapi tak ada warna apa pun. Tissue itu masih tetap berwarna putih.
Masih merasa tak percaya, ku lap kembali seluruh wajahku dengan tissue itu. Tetap tidak ada warna merah setitik pun.
"Sorry, Ta. Ada kaca gak?"
"Ada nih.. Lo kenapa sih?" Tanya Tata.
Tata mulai merasa heran dengan tingkah laku ku. Ia pun tetap menyodorkan cermin dari kantong roknya.
Masih dengan tangan sedikit gemetar, ku genggam cermin tersebut. Ku arahkan pantulannya ke wajahku. Aku pun terbelalak. Tak ada bercak warna apapun diwajahku.
Tata terus menatapku dengan heran. Ia masih menunggu jawabanku.
"Gak kok, Ta. Tadi gue dikejar lebah. Gue pikir muka gue kena sengat. Sorry ya." Ujarku mencari alasan.
Ku kembalikan cermin itu pada Tata dan bangkit berdiri.
"Duh! Bikin kaget aja. Gue pikir lu kesurupan apa gimana gitu! Yaudah ke kelas yuk. Udah bel dari tadi."
Dikelas, otakku tak bisa berkonsentrasi. Aku masih mencoba menenangkan diri. Kumulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan atas kejadian tadi.
Kurasa, tadi itu hanya halusinasiku saja. Ini pasti karena aku terlalu memikirkan isi dari Diary itu.
Ah, sial! Aku lupa membuang buku itu tadi pagi.
Kuletakkan dimana buku itu?
Aku tak bisa ingat.
Kamarku masih berantakan dengan kardus-kardus. Barang-barang lain juga belum sempat kurapihkan.Dalam buku itu, si pemilik Diary menulis bahwa ia mengalami kejadian aneh. Ia membasuh wajahnya dengan air yang berwarna merah.
Sebelum hari itu, kalau tidak salah ia juga mengalami kejadian aneh lainya. Bayangan di cermin!
Apa bayangan yang kemarin bukan Pak Ujang?
Kurasa ada hal yang kulupakan semalam.
Apa aku selama dua hari berturut mengalami kejadian yang sama?
Tidak!
Aku harus buktikan bahwa kejadian hari ini dan kemarin hanyalah kebetulan belaka!Pulang sekolah, Rendy mengajakku untuk bermain warnet. Karena di rumahku tidak ada komputer, perhatianku disibukki oleh ketakjubkan pada game online.
Meski masih amatir, aku menikmati bermain di warnet. Tak sadar, waktu pun sudah menunjukkan pukul 9 malam. Kami pun memutuskan untuk pulang ke rumah.
"Bi, aku pulang!" Teriakku saat masuk ke dalam rumah.
"Ya Allah, Den! Malem banget pulangnya" Ujar Bi Inah sambil berlari tergesah-gesah menghampiriku.
"Iya tadi aku main sama temen dulu. Ayah udah pulang?"
"Sudah, Den. Den Adly mau makan? Biar Bi Inah angetin makanannya."
"Ga usah, Bi. Tadi udah makan. Aku mau langsung tidur aja. Takut kesiangan lagi besok."
"Yaudah, jangan lupa ganti bajunya, Den."
Aku pun langsung menuju kamar. Mengganti baju seragamku dengan baju rumahan yang kuambil dari tumpukan baju di dalam kardus.
Langsung ku rebahkan badanku. Rasa kantukku bahkan membuatku lupa untuk mandi.
Dan sepertinya ada hal lain yang kulupakan lagi. Entahlah, hari ini terlalu melelahkan buatku. Aku hanya ingin tidur saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY 1987
Misterio / Suspenso" Jika kamu menemukan Diary seseorang, jangan pernah mencoba untuk membacanya " Sebuah cerita tentang seorang anak yang menemukan Diary tanpa nama di rumah barunya. Hidupnya pun berubah setelah membaca isi Diary tersebut.