Donghyuck menghempaskan dirinya ke atas tempat tidurnya sambil mengerang kesal. Kenapa atasannya itu membuang waktunya di siang hari dengan sia-sia?
Donghyuck baru tau dari Lucas kalau siklus bekerja atasannya memang seperti itu, Mark cenderung bersantai di siang hari dan memilih lembur sampai jam dua belas malam. Oke, Donghyuck tidak akan mempermasalahkan kalau siklus kerjanya sejak dulu sudah sering seperti itu. Tetapi apakah pria itu tidak memiliki rasa perhatian kepada pegawainya sendiri?
Ini hari pertama Donghyuck bekerja dan dia sudah harus menunggui atasannya itu pulang kantor sampai larut malam. Tapi apa yang didapatkannya? Ucapan terima kasih saja tidak. Pria itu juga tidak ada inisiatifnya sama sekali untuk mengantarkan dirinya ini ke apartemen. Jadi dengan terpaksa Donghyuck harus membuang uangnya untuk pulang naik taksi.
Mau naik apalagi? Bis yang terakhir bahkan sudah lewat.
"Ada ya atasan sesialan itu.." Gumam Donghyuck sembari menatap langit-langit kamar. Dia menghela napasnya panjang, "Pantas saja banyak orang mengincarnya, dia saja menyebalkan begitu kepada pengawalnya.. Apalagi kepada saingan bisnisnya? Rasanya aku tidak ingin melindunginya, aku lebih ingin membunuhnya saja." Monolog Donghyuck.
.
.
.Mark menutup pintu rumahnya kemudian berjalan masuk ke dalam bangunan mewah itu. Sesungguhnya, perut Mark sudah berteriak meminta untuk diisi sedari tadi namun kakinya malah berjalan kearah kamar karena otak dan tubuhnya sudah lelah sekali.
Pria Korea-Kanada itu sudah mengambil handuk dan hendak masuk ke kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya namun getaran benda berbentuk persegi yang ia letakan diatas meja membuat Mark menunda tujuan awalnya. Mark duduk di tepi kasur, dahinya memunculkan kerutan halus saat nomor tidak dikenal muncul di layar ponselnya.
"Halo?"
Suara tawa langsung terdengar diseberang sana, "Kudengar kau punya pengawal ya, Tuan muda Lee?"
Mark mengeratkan genggaman tangannya pada benda berbentu persegi itu ketika dia menyadari bahwa suara yang menghubunginya itu adalah suara yang telah disamarkan, itu berarti yang sedang menghubunginya saat ini ialah orang yang berusaha membunuhnya, "Apa mau mu?"
"Mau ku? Kenapa kau baru bertanya tentang mau ku sekarang Mark Lee?" Suara itu lagi-lagi tertawa kencang merasa seolah itu adalah suatu hal yang lucu, "Apa kau mulai takut akan mati di tanganku?"
"Takut?" Mark mendengus, "Maaf, tapi kata takut, tidak ada didalam kamusku."
"Kalau begitu mengapa kau mempekerjakan seseorang untuk melindungimu?"
Mark terkekeh berusaha untuk terdengar santai ditelinga lawan bicaranya, "Dia bukan pengawal seperti yang kau kira."
"Lalu siapa dia?"
"Siapa ya.." Gumam Mark bermain-main, "Hei, apa kau akan memberi tau calon korbanmu tentang apa yang kau rencanakan? Tidak bukan?"
"Hahahahaha.. Kau memang pintar Mark, kalau begitu mari kita lihat apa yang akan kumainkan padamu selanjutnya."
"Iya tentu saja." Mark merendahkan suaranya disertai tatapan mata yang berubah tajam, "Aku akan menunggu permainan konyol apalagi yang akan kau mainkan, Tuan."
Sambungan telepon itu terputus. Mark segera berlari ke salah satu ruang rahasia di rumahnya, dengan cepat Mark duduk di depan komputer besar itu sambil berusaha melacak nomor telepon barusan.
Tetapi sialnya sepertinya orang yang menjadi lawannya kali ini cukup pintar. Nomor itu sudah tidak terlacak lagi oleh komputernya.
"Sial... Apa dia sudah membuang kartunya?" Desis Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] My Precious Partner || Markhyuck
Short StorySejak kecil, cita-cita Donghyuck adalah menjadi seorang pengawal seperti sang ayah. Siapa sangka ketika ia dewasa, ia berhasil menjadi salah satu pengawal pribadi Mark Lee? Anak tunggal Lee Corp yang banyak diincar untuk dibunuh karena kecerdasannya...