- Chapter 10A -

22.1K 2.6K 1.1K
                                    

Drrttt drrttt

Mark yang baru saja menyelesaikan meeting dengan kolega bisnis ayahnya yang berasal dari Jepang dan kembali ke hotel mengernyit ketika mendapati Jeno menghubunginya dari Korea.

Tanpa berpikir apapun, Mark mengangkat telepon dari Jeno, "What's up, Jeno Lee?" Sapa Mark.

"Mark, kau harus kembali ke Korea sekarang."

"Jangan bercanda Lee Jeno, kenapa aku harus pulang ke Korea sekarang? Kau tidak tau ya aku ini baru sele-"

"Renjun."

Mark terdiam, dia menautkan alisnya, perasaan takut mulai menyeruak didalam hatinya ketika mendengar nama tunangan tersayangnya itu disebut oleh Jeno, "Renjun, kenapa?"

"Dia kecelakaan Mark."

Detik itu pula Mark merasa dunianya berhenti. Renjun.. Tunangannya itu kecelakaan..? Mengapa bisa..?

"Kembalilah ke Korea, Mark." Jeno menghela napasnya, "Sebelum kau menyesal."

Tanpa mengatakan apapun Mark memutuskan sambungan teleponnya dan meminta Lucas yang waktu itu baru menjadi sekretarisnya untuk memesankan tiket flight ke Korea malam ini juga.

.
.
.

Setibanya di Korea pada tengah malam, dia langsung menuju rumah sakit tempat Renjun berada. Dia berlari ke kamar rawat Renjun yang ternyata sudah ramai oleh keluarga Renjun, serta ada ibunya serta Jeno, dan Jaemin disana.

"Jeno, mana Renjun?" Tanya Mark dengan wajah panik.

Jeno hanya menunduk ketika mendengar pertanyaan Mark, pria Kanada itu beralih pada ibunya karna Jeno sama sekali tidak menjawab pertanyaannya.

"Eomma.. Renjunie, baik-baik saja kan?"

Tanpa diduga Jinah memeluk putranya dan menangis dengan kencang di pundak Mark membuat Mark semakin ketakutan dan khawatir.

"Eomma.." Panggil Mark dengan suara bergetar, "Renjunie.."

"Dia sudah pergi Mark.." Lirih sang ibu sambil terisak.

Hati Mark terasa ditusuk oleh beribu jarum tajam yang membuat dadanya terasa sesak. Tanpa ia sadari, setetes demi setetes air mata turun dari kedua onix hitamnya seiring dengan semakin erat pula pelukan sang ibu.

Tiba-tiba pintu kamar rawat Renjun terbuka dan sebuah kasur pasien didorong keluar dari dalam kamar. Tubuh pasien itu sudah ditutupi oleh kain putih dari atas sampai bawah dan suara isak tangis semakin terdengar kencang dari keluarga serta teman-teman Renjun.

Mark melepaskan pelukan sang ibu, melangkah mendekati kasur pasien itu dan membuka kain putih itu secara perlahan, ia tidak ingin mempercayai kalau orang yang dia lihat berbaring tanpa nyawa didepannya ini adalah Huang Renjun. Tunangannya sendiri.

"Tidak...." Mark menyentuh wajah pucat Renjun dengan tangan yang bergetar hebat, kepalanya menggeleng kuat, "Tidak..!!!"

"TIDAK!!!!" Mark terbangun dari tidurnya. Napasnya terengah-engah dan keringat sudah membasahi wajahnya.

Tubuhnya tersentak kaget saat merasakan sentuhan halus pada lengan kirinya, dia menoleh ke samping dan melihat Donghyuck berlutut disamping tempat tidurnya dengan pandangan bingung.

[✔] My Precious Partner || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang