Anak Siapa (?)

156 13 5
                                    

Beberapa waktu yang lalu, sepasang suami istri datang berkunjung ke laboratorium untuk memastikan kembali golongan darah sang bayi.

Pasalnya, golongan darah bayi mereka berbeda type dengan kedua orangtuanya. Dan itu menjadi konflik antara pasangan tersebut.

Hanya ada dua kemungkinan. Yang pertama, bayi tersebut tertukar di rumah sakit atau sang ibu berselingkuh. Jelas hal ini bisa menghancurkan sebuah rumah tangga yang tadinya harmonis.

Awal mula cerita, sekitar tiga minggu yang lalu, sang ibu melahirkan seorang anak yang sehat dan kuat. Sesuai prosedur kelahiran di rumah sakit, bayi yang baru lahir akan diberikan vaksin Hb-0 atau hepatitis 0—pemberian vaksin hepatitis untuk bayi umur nol sampai tujuh hari—dan pemeriksaan golongan darah.

Saat diperiksa, golongan darah sang bayi adalah A, berbeda dengan sang ibu yang mengaku bergolongan darah B dan sang Ayah yang mengaku bergolongan darah O.

Rumah sakit tidak mengakui ada kekeliruan, mereka hanya mengatakan mungkin si bayi mengikuti golongan darah keluarga yang lain. Apa bisa begitu?

Dengan perasaan kalut kedua orangtua tersebut mengunjungi laboratorium tempatku bekerja. Dengan keluh-kesah seperti yang telah aku jelaskan.

"Memangnya bisa golongan darah bayi mengikuti keluarga yang lain?" tanya sang ibu.

"Setahu saya, pasti sama dengan orang tuanya," jawabku pelan.

Ekspresi Sang Ibu semakin kalut sedangkan sang Ayah berubah keras.

"Ibu atau Bapak yakin golongan darahnya sudah benar?" kali ini rekan satu ruanganku yang bertanya.

"Saya sering medical check up, dan diberi tahu golongan darah Saya O," Si Bapak menjawab dengan pasti.

"Waktu sekolah saya pernah periksa," Ibunya menyahut.

"Bagaimana kalau kita coba cek lagi golongan darah Bapak, Ibu serta Bayinya?" tawar rekanku.

Setelah mendapat persetujuan, kamipun mengambil sampel darah dari masing-masing orang.

Pertama si bayi, dan benar saja golongan darahnya memang A.

Kedua adalah Ibunya. Hasil sang ibu menunjukkan bahwa ia memang memiliki golongan darah B.

Terakhir, sang Ayah. Mungkin bukan hanya aku, tapi semua orang yang berada di ruangan laboratorium menjadi gugup, cemas dan takut. Semuanya menahan napas saat aku mengumumkan hasil golongan darah si Ayah yang ternyata adalah AB.

Sang Ibu yang mengetahui hal tersebut langsung menangis tersedu-sedu. Lega, mungkin itu hal yang ia rasakan saat ini.

"Lain kali Pah, jangan asal ngomong! Pastikan dulu kebenarannya." Masih dengan bercucuran airmata, sang ibu memarahi suaminya yang sudah bisa nyengir malu.

"Waktu itu, katanya O kok," ujarnya masih mencoba membela diri.

"Ini kartu golongan darah, buat masing-masing, disimpan baik-baik dan diingat golongan darahnya ya?" kataku tersenyum lembut.

Ternyata semuanya hanyalah sebuah kekeliruan semata. Banyak orang—tidak hanya sang Bapak—yang hanya menebak-nebak apa golongan darahnya tanpa pernah memeriksakan.

Hal itu takutnya akan menjadi konflik jika tidak diuji kebenaran terlebih dahulu. Lebih baik, periksakan golongan darah anda untuk mendapatkan kartu agar tidak ada kekeliruan di masa depan.

BUKU REGISTRASI LABORATORIUM🔬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang