SAYA ADALAH ORANG TANPA GEJALA

125 6 0
                                    

Tepatnya 21 hari yang lalu, adek saya terdiagnosa terkena covid-19. Saya adalah orang yang kontak erat dengan dirinya, karena harus mengurusi dia, yang kebetulan sedang sakit. Orang tua sendiri salah satunya menderita penyakit komorbid. Bisa dipastikan, jika kontak dengan si sakit, yang terjadi akan lebih parah. Saya tidak mau membayangkannya.

Gejala awal yang dialami adek, meriang—sempat panas tinggi hingga 38°c—muncul biasanya saat menjelang malam, seperti gejala demam berdarah, badan ngilu, hilang pembauan pada hari kedua pasca demam, batuk kering, sesak napas, lemas. Puncaknya, pada hari ke enam— malam hari—ia mengeluh tidak bisa bernapas dan hanya terbaring kaku di atas tilam.

Saya, yang notabene tenaga medis, mencoba mencari pertolongan. Tanpa mau terlalu membuat kegaduhan. Adek sempat akan dibawa ke rumah sakit dan diterima dengan protokol covid, untuk diisolasi tetapi menolak hal tersebut dengan alasan ia tidak ingin membuat orang tua saya panik, jika harus dirawat.

Kenapa memakai protokol covid? Karena gejala yang dialami adek, persis seperti gejala covid yang bisa kita telusuri di mesin pencaharian daring.

Besok paginya, saya langsung membawa adek ke salahsatu laboratorium provinsi, setelah sebelumnya mencari tahu apakah di sana bisa melakukan jenis pemeriksaan rapid antigen. Kenapa saya memilih pemeriksaan ini? Apa bedanya dengan rapid yang banyak beredar, akan saya jelaskan di bab selanjutnya.

Pemeriksaan yang saya lakukan berbayar. Karena itu hasilnya keluar dalam beberapa jam. Jujur, saat harus menunggu hasil keluar, saya merasa sangat tidak tenang.

Dan hasilnya, positif.

Jadi, saya dan beberapa keluarga yang kontak dengan adek—kecuali orang tua—adalah pasien kontak erat, yang dulu dikenal dengan nama OTG (Orang Tanpa Gejala).

Setelahnya, kami melakukan swab PCR sembari tetap melalukan isolasi mandiri selama 14 hari.

Syukur kepada Tuhan, hanya adek saya yang dinyatakan terkena covid-19. Saya dan anggota keluarga lain hasil swab nya negatif.

Kemaren, setelah 20 hari istirahat total, adek saya sarankan untuk melakukan pengecekan ulang, masih dengan metode rapid antigen. Alhamdulillah, hasilnya sudah negatif. Dia sembuh.

Namun, ada beberapa hal yang masih menjadi keluhannya. Seperti batuk, yang kebetulan sudah berubah menjadi batuk berdahak, juga sesak napas terutama ketika melakukan aktivitas fisik yang agak berat.

BUKU REGISTRASI LABORATORIUM🔬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang