Part 4. False

315 58 9
                                    


"Maaf aku berbuat lancang. Tapi itu pernyataan bahwa aku mencintaimu sejak lama. Apakah kau mau jadi kekasihku?"

******

Aku sudah tau konsekuensinya, memang aku yakin kalau Hyungwon mencintaiku tapi bisa saja kalau perasaannya sudah luntur oleh lelaki lain? Setidaknya aku berusaha atau SEBENTAR. . .

Apa yang sudah aku lakukan?!!

Aku menciumnya langsung!!

Astaga!! Kau terlalu agresif, Wonho~!!


"Tentu saja mau"

Aku menatapnya dan dia tersenyum malu-malu. Sungguh manis saat dia menutupi rasa malu serta senangnya, benar-benar menggemasnya.

"Benarkah? Kamu tidak bohong kan?" ucapku menyakinkan kembali.

"Tentu saja! Untuk apa aku berbohong"

"Y-ya siapa tau kan, kau hanya mengerjaiku"

"Kalau tidak mau yasudah, huh!" ucapnya mengambek dan hampir berdiri dari tempat duduk kami.

"J-jangan pergi!" kutarik tangannya agar dia duduk kembali.

"Soalnya kalau kamu pergi. . ."

Hyungwon nampak bersemangat mendengar perkataanku berikutnya, lucu, mata bulat itu aku sangat menyukainya.

"Kalau kamu pergi nanti yang bantu bersih-bersih bekas makan kita siapa~" lanjutku memelas dan dia celingukan melihat tempat duduk kami.

Oh, lihatlah! wajahnya berwajah datar dan mengerucutkan bibirnya. Lucu sekali, hingga tak sabar aku memeluknya gemas sambil tertawa renyah.

"Haaahhh~ terserah deh"

"Hyungwonie jangan ngambek~ kan kita baru jadian"

"Iya baru jadian dan langsung buatku ilfeel"

"Kok gitu?" tanyaku yang sekarang balik mengambek.

"Kukira kamu menahanku pergi karena gak mau lepas denganku ternyata kebalikannya. Yasudah~ huh!"

"Ih~ jangan ngambek, nanti langitnya mendung~" rayuku dan berhasil.

"J-jadi kita resmi jadi pasangan kekasihkan?" tanyanya ragu-ragu.

"Tentu saja! Aku adalah pacarmu dan kamu adalah pacarku!"

"Boleh aku panggil Wonie?"

"Itu mirip dengan panggilan namamu dibanding untukku"

"Tidak~ ini beda. Aku kan Hyungwonie, kamu Wonie. Apa aku panggil Wonhonie?"

"Jelek. Yasudah Wonie saja"

"A-aku mencintaimu, Wonie"

"Aku juga mencintaimu, Hyungwonie"

.

"Wonie~"

"Hm?"

"Wonie~"

"Apa sayang?"

"Wonie~"

Aku menghentikan langkahku dan menghadap kearahnya yang terus tersenyum tiada henti.

"Kamu kenapa?"

"Hm~ tak apa kok" jawabanya dengan suara imut sembari menggeleng kepalanya perlahan.

"Benarkah? Lalu kenapa memanggilku terus?" Tanyaku mengusap lembut pipinya yang tembam.

"Suka saja. Aku tak menyangka bisa bersama kamu bahkan memanggilmu dengan panggilan Wonie, hihihi"

"Kamu kenapa menggemaskan sih~?"

White L.O.V.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang