Pagi ini, pagi yang harusnya diawali dengan senyuman seorang Amelia dan Farel. Tapi lihatlah, sebuah tatapan sinis yang kalau dikartun bisa muncul petir-petir.
Amel turun dengan wajah tertekuk, berjalan kearah Tante Aisyah.
"Tan, yakin nih, tuh orang ikut?"Aisyah mengangguk dan tersenyum.
"Biar dia bisa nemenin dan jagain kamu.""What... Amel bisa jaga diri sendiri tan, si Farel malah ngerepotin doang nanti." Amel merengek, masih memastikan, apakah makhluk disebelahnya ini ikut dengannya.
Arg harusnya camping itu acara senang-senang.
Andai seorang Amel memiliku kekuasan Rasengan, dia pasti sudah menggunakan jurus itu!
Eh Rasengan? Nanti mati dong, kayaknya gua salah mikir jurus deh, bodoamat lah.Amel menyelesaikan lamunannya dan menyantap sarapannya. Kenapa Farel diam saja? Apa anak itu sakit gigi? Atau pita suaranya terlepas? Oh Amel pikiranmu nak!
"Cepatlah bocah." ujar Farel tiba-tiba, membuat Amel yang masih menerka apa yang terjadi terlonjak dibuatnya.
"Bisa gak si, gak bikin orang naik darah sehari... Aja?" Amel memulai ceramahnya ala mamah dedeh. Farel yang melihat hal itu hanya memutar bola matanya bosan.
"Cepatlah pendek!" Kata Farel disertai dengan ejekan.
"Hei! Kau saja yang ketinggian!" protes Amel. Dan pertengkaran ini berlangsung sepanjang jalan menuju sekolah.
***
Kedua insan berbeda gender itu kini telah sampau di tujuan. Melangkah menuju bus yang telah disediakan, memasuki bus pariwisata itu Amel memilih bangku ditengah. Sedangkan Farel, dia hanya mengikuti Amel dari belakang memperhatikan segala tingkah-laku adik sepupunya itu.
"Mana tas lu?" Farel mengarahkan tangannya kedepan meminta tas Amel. Amel dengan bingung memberikan tasnya kepada sang sepupu tercinta.
Diletakkan Farel tas mereka berdua ke bagasi yang berada tepat diatas kepala mereka.
"Tunggu apa lagi? Cepat duduk, gua udah cape berdiri." kata Farel malas. Sejujurnya dia tidak mau menuruti kata ibunya, mengingat seramnya sang ibu ketika marah. Mau tak mau dia harus menurutinya.
Diperjalanan mereka menuju tempat camping, keheningan mendominasi diantara pasangan sepupu ini. Tak ada percakapan apalagi pertengkaran, cukup mengherankan karena sejatinya mereka jarang sekali diam bila terlihat bersama.
Di bus transportasi Mereka menuju tempat camping tersebut sebenarnya dapat dikategorikan ramai.
Terdengar petikan-petikan gitar, suara senandung dan bernyanyi, perbincangan disana sini, bahkan ada yang membicarakan mengenai nekopoi. Oke yang ini kita skip.
Perjalanan mereka menempuh waktu yang cukup lama, sekitar 4 sampai 5 jam lamanya dan saat ini masih setengah perjalanan yang mereka tempuh. Membuat Amel bosan dan tertidur sepanjang perjalanan.
***
Kelopak mata putih itu mengerjap pelan, menandakan sang pemiliknya mulai terjaga dari mimpinya.
"Hei bangun!" indra pendengarannya menangkap suara yang tak asing di telinganya.
"Bangun! Dasar kebo! Bahu gua pegel lu sandarin! kebanyakan dosa lu ni!" teriak suara tadi tepat ditelinganya. Membuat Amel terlonjak kaget. Hingga kepalanya menyentuh jendela bus dengan keras.
"Aduhhh!" Teriakan Amel mengundang gelak tawa penghuni bus tersebut termasuk Farel. Dia yang tertawa paling keras disana.
Amel memegang kepalanya dan menatap Farel tajam, setajam silet.
Bola mata Amel seakan-akan mau keluar dibuat Farel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teriakan Sang Alam
Adventurekisah ini menceritakan tentang bagaimana rusaknya alam.