"Itu hanya mimpi." Reihan bersikeras dengan jawabannya sedari tadi, tak kurang apalagi lebih, dan ini sudah yang ke lima kali ia mengatakan hal sama tersebut.
Ditengah tenda kelompok 2, mereka ber-empat mendiskusikan mimpi yang barusan terjadi. Amel mengatakan bahwa itu bukan mimpi, melainkan pertanda. Namun, Reihan tetap bersikeras menyangkal bahwa itu hanyalah mimpi, hanya bunga tidur. Rani dan Bayu? Jangan tanyakan, mereka berada ditengah-tengah.
"Itu hanya mimpi Mel!" seru Reihan.
"Bukan!" teriak Amel tak mau kalah.
"Hei hei, sudahlah." Rani dan Bayu mencoba untuk menengahkan pertengkaran ini.
"Itu enggak jelas mimpi atau bukan, kalo emang itu mimpi, kenapa kita semua bermimpi hal yg sama?" analisa Bayu, Bayu memang anak yang cukup cerdas. Dia menyukai hal-hal yang berbau detective, dan jangan tanyakan seberapa banyak kasus Sherlock Holmes yang telah ia baca.
"Tapi bila memang itu kenyataan, dari mana makhluk-makhluk aneh itu muncul?" sambung Bayu lanjut menganalisa.
Mereka semua menghela nafas bersamaan, kecuali Reihan yang hanya memandang keluar tenda.
"Terserah lu pada mau ngomong apa. Itu hanya mimpi, dan ga mungkin kenyataan. Mana ada makhluk begituan didunia, ngarang banget!" Reihan keluar dari tenda kelompok mereka setelah menyerukan opininya.
"Udahlah Mel, kita bahas nanti aja lagi. Gua mau makan dulu." ujar Rani keluar tenda disusul Bayu dibelakangnya.
"Itu... Bukan mimpi." gumam Amel sangat yakin. Matanya memandang lurus keluar tenda, entah apa yang sedang ia pikirkan.
***
"Rei!" panggil Amel, tapi sayang nya orang yang ia panggil tidak menyahut, Reihan hanya sibuk dengan pemandangan didepan seolah-olah pemandangan itu adalah hal yang menarik.
"Lu ngilang terus."
Keadaan tetap hening.
"Kemana aja lu?"
Lagi-lagi keadaan tetap hening.
Emosi Amel mulai berada di puncaknya. Memutar cepat kepalanya menghadap Reihan, Namun Reihan kukuh tak mengalihkan pandangannya barang sedetik pun.
"Gua sebenarnya bicara sama manusia atau patung si? Lu masih bisa ngomong apa gk?" tanya sekaligus sindir Amel lumayan keras.
"Masih ga terima sama adu argumen tadi?" skakmat! Ucapan Amel membuat Reihan mengalihkan pandangannya.
"Hanya orang bodoh yang percaya sama hal itu. Kebanyakan makan micin lo ya? Doraemon masa dibilang nyata!" Lagi-lagi bantahan keluar dari mulut Reihan dengan nada ketus pula, dan tentu saja dengan gayanya.
Sabar... Sabar... Sabar...Kata itu berulang kali Amel ucapkan di dalam hatinya.
"Cih, terserah lu Rei, gua capek debat sama lu. Lu pikir sendiri lah!" Tidak tahan dengan yang terjadi, Amel bangkit dan pergi dari hadapan Reihan. Bagaimana dengan Reihan? Cogan kita satu ini seperti biasa, tak perduli sekitarnya, hanya peduli akan dirinya. Ya... sikap yang cukup umum pada manusia sekarang kurasa.
****
"Halo semua peserta diharap berkumpul di lingkaran api unggun ini!" Panitia berteriak menggunakan pengeras suara supaya dapat didengar seluruh peserta camping.
"Reihan! Ga denger disuruh ngumpul?!" jerit Amel dengan suara nya yang melengking. Memberikan titah kepada Reihan untuk segera beranjak dari tempatnya.
"Ngatur lu."
"Diharapkan kepada seluruh peserta, untuk berkumpul di lingkaran api unggun" Lagi, suara sang panitia kembali terdengar. Mengulang titah kepada para peserta camping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teriakan Sang Alam
Adventurekisah ini menceritakan tentang bagaimana rusaknya alam.