Chapter 15 : Bukan Sebuah Perpisahan

8.3K 1.2K 81
                                    

Author playlist : Ruth B - Lost Boy

***

PDF alternate ending tersedia. Harga 60rb. Minat DM ya. Thank you. ^^

.

.

.

Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto. 

Pairing : SasuFemNaru

Rated : T

Warning : Gender switch, OOC, OC, typo(s)

Genre : Supernatural, hurt/comfort, family

Note : Dilarang mengcopy paste isi fic ini maupun fic milik saya lainnya. Yang tetep membandel saya kutuk jadi jomblo seumur hidup!

Selamat membaca!


Calendula Officinalis

Chapter 15 : Bukan Sebuah Perpisahan

By : Fuyutsuki Hikari


"Perlakukan orang tua Anda dengan penuh cinta,karena Anda akan sadar betapa berartinya mereka ketika kursi yang biasa mereka dudukitelah kosong." –Unknown-

***

"Kau siapa?"

Kimimaro bergeming. Tubuh Sasuke yang dipinjamnya terasa membeku, terpaku pada tempatnya berdiri saat ini. Dadanya bergemuruh hebat. Tidak jauh dari tempatnya berdiri—kakak perempuannya tengah menatapnya, mengamatinya dengan kedua mata yang terlihat sangat lelah.

"Apa kau salah satu putra dari kolega suamiku?"

Pertanyaan itu kembali dilontarkan dengan nada lebih lembut kali ini. Wanita paruh baya itu tersenyum lalu berjalan ke arah Kimimaro, tapi langkahnya terhenti saat Kimimaro berkata, "Apa kau masih suka menggertakkan gigi saat tidur?"

Kimimaro mengulum sebuah senyum. "Atau kau masih memisahkan seledri dari makananmu?"

Wanita itu merasa kedua kakinya kehilangan tenaga. Ia menggapai sebuah meja terdekat, mencari pegangan untuk menopang tubuhnya. "Siapa kau?"

"Bukan salahmu," kata Kimimaro, tanpa menjawab pertanyaan kakak perempuannya. "Apa yang terjadi sudah ditakdirkan oleh Tuhan."

Kimimaro menjeda, membuat keheningan menggantung di dalam ruangan itu.

"Kau... Kimimaro?" bisik wanita itu tanpa bisa menahan air matanya. "Apa kau Kimimaro?" tanyanya lagi, serak.

Wanita itu tidak menunggu hingga Kimimaro menjawab. Ia menghambur, memeluk pemuda yang memiliki fisik jauh berbeda dengan mendiang adiknya. Namun entah kenapa hati kecilnya mengatakan jika pemuda yang berdiri di hadapannya adalah adik kecilnya. Adik yang paling disayanginya. Permata keluarganya yang harus mati di atas meja operasi olehnya.

"Kimimaro..." Wanita itu terus melapalkan nama Kimimaro penuh kerinduan. Rasa sakit, ketidakpercayaan dan kesedihan bercampur dalam dirinya. Dadanya terasa sangat sesak oleh desakan emosi yang menghantamnya begitu kuat.

"Bukan salahmu," ulang Kimimaro.

Samui menolak keras. Wanita itu menggelengkan kepala dengan cepat, tidak setuju. Ia melepaskan pelukannya lalu memeluk dirinya sendiri, seolah hal itu bisa memberinya sedikit ketenangan yang memang diperlukannya.

TAMAT - Calendula OfficinalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang