Ada yang nungguin cerita ini? Aku PD banget, ya? Hahahaha... Dunia nyata sedang sibuk sih, jadi nggak nemu waktu untuk nulis. Nanti akan balik aktif lagi kalo udah mulai senggang. Buat yang kekurangan bacaan, boleh deh mampir di di lapak @androsluvena dan @AnsarSiri, mungkin cocok dengan selera. Hehehe... bantuin promo nggak apa-apa, kan?
Oh ya, aku belum sempat ngedit, jadi kalau ada typo dan kalimat aneh, harap maklum. Daannn... aku berencana mengganti judul, karena ceritanya nggak akan murni fokus pada Double B aja, kali aja mereka nggak jodoh. Eh?? Hehehehe.... Tapi lagi nyari yang cocok. Happy reading, Gaess...
**
"Pak Riyas turun tangan sendiri untuk kasus Prita?" Ben meletakkan sendoknya kembali ke piring. "Waduh, padahal aku harap aku yang akan pegang kalau kasusnya masuk kantor kita."
"Pak Riyas nggak akan menyerahkan kasus Prita Salim mentah-mentah kepada kita, Ben."Adhi terus mengunyah tanpa peduli. "Kita mungkin akan masuk dalam tim untuk Prita, tapi jelas nggak akan menjadi ketua tim. Man, itu Prita Salim. Ayahnya punya cukup uang untuk membeli kantor kita, termasuk kita, kalau dia mau."
"Aku nggak menjual diri, jadi sekaya apa pun Johny Salim, dia nggak akan bisa membeliku," kata Ben sebal. "Kapan diputuskan kalau Pak Riyas yang akan mendampingi Prita?" Dia masih penasaran soal itu.
Prita Salim adalah kasus yang menggemparkan. Kejadiannya baru kemarin. Tepatnya belum sepuluh jam yang lalu, saat polisi menemukan Prita Salim tertidur nyenyak di dalam presidential suite hotel, dengan kekasihnya yang bersimbah darah dan tidak bernyawa lagi di tempat yang sama.
Peristiwa itu langsung meledak setelah tercium pers. Prita Salim adalah putri Johny Salim, taipan yang punya bisnis real estate terbesar di negeri ini. Riyas Hadinoto dan Partner adalah firma hukum yang mewakili Salim Grup, sehingga Pak Riyas langsung dihubungi setelah Prita digelandang ke kantor polisi.
Ben mendengar berita itu tadi pagi saat masuk kantor, tetapi dia tidak bisa tinggal lama untuk mengikuti perkembangannya karena harus ke pengadilan.
"Pak Riyas tadi sudah memberikan keterangan pers dan mengatakan kalau dia akan memimpin tim pengacara untuk Prita." Adhi kembali melanjutkan suapan. "Cek saja di berita online."
Ben tidak berniat melakukannya. Dia buru-buru menghabiskan makanan. Dia hanya memikirkan satu hal, membujuk Pak Riyas untuk memasukkan dirinya ke dalam tim Prita. Ini kasus besar yang mendapatkan perhatian publik. Apalagi kekasih Prita yang ditemukan tewas tak bernyawa tersebut adalah seorang artis papan atas yang sedang naik daun. Ikut menangani kasus ini bisa menjadi lompatan besar untuk karirnya. Ben tidak berencana tinggal di Riyas Hadinoto dan Partner untuk selamanya. Namun, untuk memulai firma hukum sendiri bukan perkara mudah. Dia terlebih dulu harus punya nama yang bisa mengundang klien datang. Ini kesempatan untuk stand out. Memulai usaha sendiri bukan masalah. Gedung dan peralatan bisa diadakan dengan bantuan ayahnya, tetapi Ben tahu dia harus mencari nama sendiri untuk membuat klien antre di depan kantornya. Dan itu tidak bisa dilakukan dengan mengerjakan kasus remeh-temeh seperti mengurus perceraian. Dia butuh disorot dalam kasus besar. Menyebalkan, tetapi mau bilang apa lagi? Pengacara memang menyambung hidup dari masalah orang lain.
**
Becca mengetuk pintu ruangan manajernya pelan. Dia masuk setelah suara bosnya mempersilakan.
"Duduk, Rebecca," bosnya mendahului sebelum Becca mengucap salam basa-basi. Hanya dia satu-satunya orang di lingkungan kantor yang memanggil Becca dengan nama depan lengkap. Becca tidak terlalu suka namanya, karena terdengar kebarat-baratan, tetapi dia harus menerimanya. Neneknya yang memberi nama itu, dan mustahil berharap mendapat nama Jawa dari perempuan Nordik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ben and Becca (Terbit)
RomanceDua orang yang terjebak dalam friendzone. Nyaman bersama, tetapi tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan yang lebih. Perbedaan prinsip dan gaya hidup membuat hubungan sebatas teman lebih mudah dijalani. Bersahabat selalu mudah dan menyenangk...