Tujuh

38.9K 7K 316
                                    

Belum sempat diedit. Sulit nyari waktunya. Happy reading, Gaes...

**

Ben mengikuti percakapan antara Pak Riyas, Pak Aksa, dan Prita Salim. Hanya mengikuti tanpa memotong. Dia tidak akan bersikap sok tahu di depan kedua bosnya. Pengalaman kedua bosnya mengerjakan kasus lebih banyak daripada jumlah umurnya, jadi Ben yakin mereka tidak butuh orang yang terlihat sok pintar dalam anggota tim untuk kasus Prita.

Prita Salim, perempuan itu persis seperti yang Ben lihat dalam foto yang ada di sosial medianya. Sekarang dia memang tampak sedikit pucat, tetapi masih terlihat cantik. Tidak ada make up sama sekali, tetapi dia jelas terlihat merawat diri dengan baik. Wajahnya mulus. Tidak ada setitik pun noda yang menempel di sana. Dokter kulitnya pasti melakukan pekerjaannya dengan baik. Jari-jarinya lentik, terlihat makin bagus dengan nail art yang sederhana. Model minimalis dengan budget maksimal, pasti. Jenis jari dan kuku yang jelas tidak akan mengerjakan pekerjaan dapur.

Pertemuan itu sudah hampir satu jam, tetapi tidak banyak yang bisa Pak Riyas dan Pak Aksa dapatkan dari penjelasan Prita. Gadis itu menyangkal keras kalau dia membunuh Bernard Christian. Bukan dia yang melakukannya. Jawabannya tegas. Masalahnya, dia hanya yakin tidak membunuh artis yang sedang naik daun itu, tetapi tidak bisa mengingat sebagian besar peristiwa yang terjadi di suite tersebut

"Kami minum sedikit di bar sebelum kembali ke kamar," katanya, terlihat berusaha keras mengingat apa yang dilakukannya di malam kejadian.

"Sedikit?" Pak Aksa mengulang. "Sedikit itu berapa banyak?"

Prita mengedik. Jari-jarinya bertaut di atas meja. Ben dapat melihat kalau pengendalian diri gadis itu luar biasa. Orang lain yang berada dalam posisi serupa, terlepas dari bersalah atau tidak, akan terlihat kacau. Mau tidak mau Ben merasa kagum dengan manajemen emosinya.

"Beberapa gelas. Saya memang agak sedikit mabuk." Prita meringis. "Tapi saya masih ingat apa yang terjadi sebelum tertidur. Ingat jelas, dan tidak ada bagian saya memegang pisau dan menikam Bernard berkali-kali seperti yang disebutkan polisi saat menginterogasi."

"Orang mabuk terkadang tidak bisa mengingat apa yang mereka lakukan di bawah pengaruh alkohol, Prita," Pak Riyas ikut menyela. "Kita bisa...."

"Saya tidak akan mengakui perbuatan yang tidak saya lakukan!" Suara Prita langsung meninggi. "Saya tidak mengatakan ini dengan bangga, tapi saya pernah lebih mabuk daripada itu, namun tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Kepala saya terlalu berat untuk diajak berpikir saat mabuk, jadi biasanya saya memilih tidur."

"Apa yang kamu ingat sebelum tidur?" Pak Riyas tidak terpengaruh nada Prita. "Semua yang kamu ingat. Tolong jujur, Prita. Kami kuasa hukum yang akan melakukan semuanya untuk membela kamu. Jadi, kami harus tahu semua yang terjadi di dalam kamar itu pada malam kejadian."

Prita mengarahkan bola mata ke atas. "Semua orang pasti sudah bisa menduga apa yang kami lakukan. Memangnya apa lagi yang dilakukan laki-laki dan perempuan dewasa saat check in di hotel? Main monopoli?"

Ben berusaha menyembunyikan senyum. Gaya hidup Prita Salim jelas jauh berbeda dengan Becca, tetapi gaya bicaranya mirip. Ben dapat melihat kecocokan mereka.

"Di pengadilan orang tidak bicara soal dugaan, Prita. Suka tidak suka, mau tidak mau, semua fakta akan dibeberkan di sana. Jadi lebih baik kita bicarakan semua. Kami tidak mau ada kejutan yang akan menyulitkan pekerjaan kami saat membelamu." Pak Aksa sama tenangnya dengan Pak Riyas.

Prita mengembuskan napas panjang. "Ya, seperti yang ada dalam pikiran semua orang, saya dan Bernard bercinta sampai kelelahan dan tertidur. Jangan tanya detailnya karena saya tidak ingat persis. Saya bahkan tidak ingat dia pakai pengaman atau tidak. Sial, semoga saja dia pakai, karena ini sedang masa suburku. Ditahan seperti ini saja sudah menyebalkan. Apalagi memikirkan kemungkinan hamil dengan laki-laki yang sekarang sudah tinggal nama." Dia menggeleng-geleng. "Saya tidak bermaksud bicara seperti itu soal Bernard. Dia laki-laki yang baik, sama sekali tidak pantas dibunuh seperti itu. Dan jelas pembunuhnya bukan saya."

Ben and Becca (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang