[7]

69 4 0
                                    

Setelah menghubungi Ali, Prilly mengedarkan pandangannya kesekelilingnya. Sepi. Sekolah telah berakhir sejak tadi. Hanya ada beberapa anak yang masih menetap disekolah dengan berbagai tugas. Prilly mendudukkan dirinya disebuah kursi panjang. Baru saja ingin menempelkan pantatnya. Tiba tiba sebuah motor sudah terhenti didepannya. Prilly mengenal motor itu. Pengendara itu membuka helm dengan cengiran lebar. Tidak bisa dipercaya.

"Lo punya kekuatan super ya, Li?" Prilly melongo.

"Lebih dari kekuatan super. Hahaha" Jawab Ali sekenannya

"Jadi gimana, perut gue udah minta diisi" Ali mengelus perutnya dengan mimik wajah yang dibuat buat. Prilly mendengus kesal. Pasti Ali mengerjainya.

"Tap..tapi. Aneh ini bener bener aneh. Gak masuk akal tau gak lo"

"Bilang aja lo gak punya duit. Yekan? Yekan?"

Prilly mengerucutkan bibirnya, menghentakkan kakinya kesal lalu naik ke atas motor Ali. Ali yang merasa Prilly telah menyerah melebarkan senyumnya. Menyerahkan helm kepada Prilly.

"Dasar. Alibaba jelek!!!"

"Dihh apaan lo, gak terima terus gitu ya. HAHAHA"

"Udah lah, janji adalah tagihan jadi tepatin aja" Ali mulai menjalankan motornya

"Ngawur nih anak,yang ada janji adalah hutang. Bukan tagihan"
Ali menanggapi Prilly dengan kekehan kecil. Lalu Prilly menempelkan tangannya ke pundak Ali untuk berpegangan.

"Pengangnya yang kenceng, jangan kayak gitu, dikata gue anjing, kayak ada najis najisnya gitu" Ali berkata dengan nada seperti iklan sebuah air mineral

Diperjalanan sesekali Ali bertanya tentang sekolah Prilly. Lalu dibalas Prilly sekenannya. Ali mengambil tangan Prilly yang berada dipinggangnya dan menariknya dilingkarkan diperutnya. Sederhana namun membuat jantung Prilly berdetak dengan tempo abnormal.

▫▫▫

"Mau pesen apa, Pil?"

"Coba ulangin sekali lagi, lo bilang apa"

"Mau pesen apa, Pil?"
Ternyata bukan telinganya yang bermasalah. Namun bibir Ali yang bermasalah.

"Buset dah, Pil? Siapa Pil?"
Prilly mengikis jarak diantara keduanya, menatap Ali dengan tatapan mengintimidasi. Yang ditatap hanya mengendikkan bahunya.

"Yahh, siapa lagi kalo bukan elo" Dengan santai Ali tetap memilih milih menu yang tertera. Prilly menjauhkan wajahnya dari Ali dan membenahi posisi duduknya.

Tak ambil pusing dengan tingkah Ali yang membuatnya naik darah
"Serah lo deh mau panggil gue apaan, yang penting seneng aja deh lo"

"Jadinya mau pesen apa, Tuan Putri? Dari tadi ngomel mulu"
Ali meletakkan buku menu dan menatap Prilly lembut.

"Red velvet sama coffelatte aja deh" Prilly meletakkan ponselnya diatas meja.

"Gak mau makan? Maksudnya yang pake nasi Prill?" Ali teringat bahwa Prilly punya penyakit magh.

"Enggak, gue baru nggak laper, Ali. Tadi disekolah udah beli bakso juga dan tadi pagi udah sarapan kok"

"Hmm.. mba Red velvetnya satu, nasi goreng sepesial satu, sama coffelattenya dua ya" Ali berbicara kepada pelayan yang melewatinya.

Saat pelayan itu selesai mencatat pesanan, Ali menambahi intruksinya
"Mba gak usah pakai cinta ya, gurih aja" Prilly mendongak mentap Ali.

About Us and Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang