PROLOG

36 4 0
                                    

Diary, 20/04/2010.

Besok, tidak sabar rasanya menunggu hari esok. Hari dimana aku keluar dari zona nyaman untuk menemui pilihanku. Hari dimana aku akan bertemu dengannya untuk pertama kalinya. Takut? Jelas aku takut. Aku bohong jika aku mengatakan aku tidak takut. Aku takut semuanya berjalan jauh, sangat-sangat jauh dari ekspektasi ku. Dimana semuanya akan hancur dalam sekejap. Tapi, jika aku berkutat dengan rasa takut ku saja, bukankah itu akan merugikan diri ku sendiri? Aku tidak ingin kalah dengan pemikiran negative ku.

***

Diary, 21/04/2010.

Hari ini datang! Hari ini datang! Ya Tuhan, lindungilah aku, semoga semuanya berjalan dengan lancar. Bandung.. I'm coming!!

***

"21 April 2010, Jam 9 lebih 45 menit, aahh akhirnya aku sampai juga.. emm, harus kemana aku? Menghubunginya kah atau aku mencari penginapan dahulu? Sepertinya pilihan kedua lebih baik. Aku butuh tempat untuk meletakkan barang-barang ku terlebih dahulu baru memberi kejutan dengan menemuinya. Hm, ide yang bagus nas" ucapnya bangga memuji dirinya sendiri.

Dia adalah Nasya. Aunasya Elisa Flordhert. Gadis 19 tahun yang mencoba bermain dengan peruntungannya. Dia tidak pernah tau apa yang akan terjadi kedepannya. Dia hanya mencoba peruntungannya atas semua hal yang dilakukannya. Jika beruntung, dia akan menganggapnya sebagai jackpot, tetapi jika tidak, dia akan menganggapnya sebagai sebuah kegagalan yang harus dicoba kembali sampai berhasil. Tidak pernah ada kata menyerah dalam kamusnya.

Tapi, tidak semua hal akan selalu berjalan dengan mudah sesuai dengan pemikirannya kan? Ada kalanya hal itu akan menyerangnya dan akan menggerogotinya secara perlahan sampai tak berbekas. Sampai rasa percaya diri akan memudar secara perlahan, dan kegelapan mulai menyelimutinya.

***

To : Kak Iel

Kak, aku ada di Bandung. Aku tunggu di café biasanya kakak nongkrong sama temen-temen kakak ya. See you there:)

Send

Nasya tersenyum setelah mengirimkan pesan singkat itu. Dalam hati dia gugup melihat bagaimana kira-kira reaksi Kak Iel-nya jika bertemu dengannya secara langsung. Satu tahun. Sudah satu tahun dia mengenal Kak Iel-nya. Perkenalan singkat melalui media sosial, tidak pernah bertatap muka secara langsung tetapi dia merasa sudah kenal dekat dengannya. Tidak ada satu halpun yang ditutupi Nasya kepada Kak Iel-nya. Dia terlalu percaya sampai menutup telinga akan apa yang dikatakan oleh teman-teman dan saudaranya.

Biip biip
Sebuah suara yang menandakan ada satu pesan baru.

From : Kak Iel

Kau di Bandung? Tidak sedang bercanda seperti sebelum-sebelumnyakan? SEGERA JAWAB! PENTING!!

Dengan senyuman yang masih melekat pada bibirnya, dia mengetikkan pesan balasan itu sambil menyertakan fotonya.

To : Kak Iel

To : Kak Iel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Untouchable MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang