BAB 2

26 4 0
                                    

Setelah berhasil menembus kemacetan, akhirnya mereka sampai di Bandung. Setelah membuat badan mereka segar kembali, mereka segera menuju ke tempat perjanjian. "Kak, ehm, nanti aku tidak ikut masuk ya. Kepala ku pusing sekali. Tidak apa-apakan?" Tanya Elisa hati-hati karna tahu kakaknya itu pasti akan menolaknya.

"Kau sakit El? Kan, sudah ku duga kalau kau sakit. Wajah mu terlihat pucat sekali sedari kita berangkat. Apa kau sudah makan? Kalau belum, kau nanti makan dulu baru kembali ke mobil untuk beristirahat. Ok?" tawar Mela. "Baiklah kak. Tidak ada cara lain lagi, aku memang belum makan dari seminggu yang lalu." Kata Elisa lemas.

"WHAT THE HELL ARE YOU THINKING NASYA?!! Apa kau tidak memikirkan penyakit mu hah?! Kau lupa kalau kau punya maag akut?! Lalu selama seminggu ini apa yang kau isikan ke lambung mu yang sudah meciut itu?! Aku tidak habis pikir dengan mu!!" bentak Mela yang kaget mendapati adik tersayangnya nekat melakukan hal itu. Dia tau kenapa adiknya sampai melakukan hal gila seperti itu. Apalagi kalau bukan karna acara peragaan busananya itu. Demi menjaga penampilannya dan demi kecintaannya akan dunia fashion itu. Gila. Benar-benar gila. Adiknya itu sudah tidak waras!

"Haha, santai saja sist. Aku tidak segila yang kau pikirkan. Aku masih mengisi perutku dengan buah-buahan. Aku baik-baik saja. Ok? Jangan berlebihan." Jawab Elisa sambil lalu, karna ia tak kuasa menahan berat matanya yang rasanya seperti diberi beban 5kg.

"Tetap saja ka..u haahh sudah tidur. Baiklah, tidurlah. Isi kembali tenagamu dan badanmu yang sudah kau siksa selama seminggu ini."

***

"El, kita sudah sampai. Ayo bangun dan isi perutmu lebih dulu. Aku tidak ingin mendengar berita dengan judul 'model cantik Elisa ditemukan terbujur kaku karna ia tidak makan selama seminggu'" candanya dengan nada yang super duper sinis.

"Lucu skali sist. Sampai menangis aku mendengarnya" jawab Elisa dengan tawa yang dibuat-buat.

"Sudah ayo cepat. Aku juga lapar, dan selagi klien ku belum datang"

Dan pada akhirnya Elisa hanya bisa menurut dan mengikuti langkah kaki kakaknya. Sejak dulu dia benar-benar tidak bisa menolak permintaan kakaknya itu. Sekecil dan sesepele apapun itu, dia pasti akan berusaha menurutinya, walaupun terkadang sedikit tidak masuk akal dan sedikit merugikan dirinya.

Piip-piip.. Piip-piip..

Terdengar suara notifikasi pesan masuk dari handphone Mela.

"Ehm El, maafkan aku. Sepertinya kau harus makan sendirian. Klien ku sudah menunggu ternyata dan dia sedang terburu-buru. Tidak apa-apakan?" sesal Mela setelah membaca pesan masuk dari kliennya tadi.

"Hm. Pergilah kak, aku tidak akan menghilang jika kau tinggalkan selama sejam lamanya." Jawab Eli dengan sinyum simpulnya.

"Ok. Tunggu sebentar ya. Jangan kemana-mana sampai aku kembali. Makan yang banyak. Aku benar-benar tidak ingin mendengar berita yang tadi aku bicarakan. Bye" Elisa menghembuskan nafasnya lelah sambil menatap punggung kakaknya yang kian menjauh. Dia merasa sudah tidak kuat mengangkatkan kakinya untuk berjalan menuju meja yang kosong.

Keringat dingin perlahan sudah mulai keluar di ujung pelipisnya. Tangan dan badannya sudah merasa kedinginan. Kakinya pun sudah terlihat gemetaran untuk melangkah. Dan dengan seketika pandangannya menggelap. Dia jatuh tidak sadarkan diri. "Kak Iel" gumam Elisa sebelum kegelapan benar-benar merenggut kesadarannya.

***

"eehh" terdengar satu suara erangan tersiksa lolos dari bibir gadis berwajah pucat itu.

"Nasya. Nasya. Kau sudah sadar?" teriak Mela panik. Dia benar-benar panik tadi saat melihat keributan di arah dia meninggalkan adiknya sendirian tadi. Seketika dia memiliki firasat jika itu adalah adik kecilnya. Dan ternyata benar. Si pembuat keributan itu adalah adiknya. Adik tersayangnya. Dia merasa harus berhati-hati dengan mulutnya sekarang. Lihat, belum ada 1 menit dia meninggalkan adiknya itu sendirian dan besok benar-benar akan terdengar berita kalau adiknya itu ditemukan pingsan direstoran tadi.

Untouchable MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang