"Semuanya bermula dari 8 tahun lalu ..."
"Na, aku menyukaimu. Sangat. Aku tidak peduli dengan apa yang orang-orang katakan tentangmu, dimata ku kau cantik sesuai porsinya. Kau baik hati Na, dan jiwa sosialmu sangat tinggi, aku menyukai itu. Dan aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku jika aku melihatmu bersanding dengan pria lain. Ku rasa aku tidak akan sanggup melihatnya. Aku sudah sejak lama mengagumi mu. Jadi, maukah kau menerima ku sebagai pemilik hati mu? Aku akan menjagamu dan membahagiakan mu. Aku berjanji Na."
"Ya, aku mau. Tapi apakah kau yakin? Aku tidak cantik, aku gendut. Apakah kau tidak malu jika berjalan dengan ku?"
"Fisik itu tidak penting Na. aku menyukaimu apa adanya. Biarkan orang lain berkata apa, yang menjalani hubungan ini adalah aku dan kamu. Kau mengerti?"
Tidak dapat dipungkiri, Nasya sangat senang mendengarnya. Akhirnya lelaki yang ia idolakan diam-diam menyukainya juga. Ia tidak bisa menahan rasa bahagianya itu, ia berlari kearah lelaki itu dan memeluknya dengan erat sambil mengucapkan terimakasih karna ternyata perasaannya terbalas.
Bulan pertama mereka masih menjalaninya dengan rasa bahagia dan cinta yang terlihat jelas.
Bulan keduapun masih sama.
Bulan ketiga lelaki itu mulai jarang mengajaknya keluar atau sekedar bertemu di kampus.
Bulan keempat komunikasi keduanya mulai jarang, bahkan si lelaki itupun mulai susah dihubungi.
Sampai pada akhirnya dibulan kelima, josh melihat lelaki itu jalan berdua dengan wanita lain yang jauh lebih cantik dari sahabatnya, Nasya. Karna rasa penasarannya Josh mengikuti lelaki itu, tak disangka lelaki itu memberitahukan pada sang wanita jika hubungannya dengan Nasya hanyalah taruhan belaka karna sang lelaki membutuhkan uang untuk biaya sekolah adiknya. Josh yang mendengar semua itu tak lupa merekamnya dan memberikannya pada Nasya.
Hebatnya, Nasya tidak marah ataupun menangis. Karna ia sudah tahu kalau semua itu hanya kepalsuan belaka. 'Jaman sekarang, mana ada lelaki yang tidak melihat fisik? Hampir 90% melihat fisik.' Itulah yang dikatakan oleh Nasya pada Josh. Josh yang mendengarnya hanya bisa memeluk Nasya dan berjanji akan menjaga Nasya sampai kapanpun.
Keesokan harinya Nasya menghampiri lelaki itu dan memberikan senyum terbaiknya "Kita sudahi saja hubungan kita. Aku tahu jika semua ini hanya taruhan. Kasihan wanitamu jika kau masih melanjutkan taruhan itu. Sebagai gantinya, ini aku bayar sisa bayaran untuk 2 bulan yang belum terlewati. Kau butuh uang ini untuk biaya sekolah adikmu kan? Selamat tinggal."
Lelaki itu tidak percaya atas apa yang ada dihadapannya ini. Dia berlari mengejar Nasya "Na, maafkan aku. Aku tidak bermaksud mempermainkanmu. Aku memang mengagumimu. Kau orang yang sangat baik Nasya. Awalnya aku tidak ingin melakukannya, dan akupun sudah berusaha untuk benar-benar menyukaimu dan melanjutkan hubungan kita tapi ternyata aku tak bisa. Maafkan aku" ucap lelaki itu sambil memeluk Nasya.
"Sudah, tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Dan terimakasih setidaknya kau mengajarkan dan membenarkan kata-kata orang jika 90% lelaki melihat wanita dari fisiknya saja. Dan kau termasuk kedalam 90% itu. Jaga baik-baik uang ini dan semoga sekolah adikmu lancar ya. Dan jika kau merasa bersalah padaku, aku mohon jangan lakukan hal seperti ini lagi dengan siapapun itu. Itu tidak benar. Aku pergi dulu."
Setelah kejadian itu, sang lelaki itupun tidak pernah terlihat lagi di area kampus. Entah dia keluar dari kampus atau dia menghindari Nasya, Josh dan Nasya tidak tahu.
Beberapa bulan kemudian, Nasya menghampiri Josh dengan senyum lebar yang tidak hilang dari wajahnya.
"Josh. Aku mau ikut ini. Bagaimana menurutmu? Aku masih ingin mencari lelaki yang masuk dalam golongan 10% itu." Kata Nasya berapi-api sambil menunjukkan sebuah aplikasi pencarian jodoh dihandphonenya kepada Josh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable Mask
Romance"Tanpa harus bertanya lagi, aku tahu dan sadar diri untuk tidak bertanya lebih lanjut lagi. Bukannya aku tidak mau, tetapi aku hanya tidak ingin menyakiti hati ku lebih dalam lagi.." -Aunasya Elisa Flordhert Cinta itu seperti topeng yang kita tidak...