|01|

3.6K 367 10
                                    

19 April 2018

Mohon dibaca ulang. terima kasih..

Pathway ※


Seoul, South korea.

Dentuman suara musik yang keras dan hiruk pikuk orang-orang yang sibuk mengerakan pinggul mereka mengikuti alunan musik yg di lantunkan sang DJ diatas piringan hitam diatas panggung sana siap memekakkan telingga siapa saja yang mendengarnya.

Kerlap-kerlip lampu berwarna-warni menghiasi ruangan bercahaya begitu indah. Tak lupa aroma minuman sejenis wishky serta kepulan asap penuh nikotin yang tidak baik untuk kesehatan sudah jadi hal yang lumrah disini.

Tak ada pembedakan status disini karena dari yang miskin hingga seorang penjabat tinggi mereka menyatu saling berbaur dalam ruangan ini.

Tapi rupanya itu semua tak menjadi halangan bagi gadis manis dengan surai coklat sepunggung untuk sekedar menghentikan langkahnya. Tubuh kecil sibuk menerobos puluhan manusia yang sibuk menari dilantai dansa.

'Butterfly Night'

Sebuah club dengan fasilitas terlengkap yang siap memanjakan para pengunjung dengan semua yang ditawarkan di dalam klub ini.

Pemilik klub ini tak lain adalah seorang pengusaha muda yang tampan dan juga kaya raya. Pesona nya sulit diabaikan. Menjadikan Ia sebagai kandidat bujangan yang paling diincar oleh para gadis di Korea.

Semua akan bertekuk lutut jika melihat sosok berparas tampan yang satu ini. Namun itu semua tak ada arti apa-apa di mata seorang Gadis manis bersurai hitam yang tengah dilanda emosi dibalik wajah datarnya.

Park Jimin, mari kita sebut saja nama dari Gadis manis ini.

Dimatanya, pemilik klub ini hanyalah seorang iblis yg tak punya hati, keparat yang harus segera dimusnahkan dimuka bumi ini. Akibat pemilik klub inilah kehidupan Jimin yang semula damai berbalik hancur.

Ayahnya bangkrut. Perusahaan yang selama ini Ayahnya kelola dengan kerja keras harus rela gulung tikar,

Park Jimin, mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku-buku jari tanggannya memutih menahan gejolak emosi yang sedari tadi ia tahan. Jimin masih waras untuk tak membuat kekacuan disini sambil berteriak seperti orang gila.
Meski ia ingin sekali.

Dengan cepat ia langkahkan kakinya ke sebuah ruangan di lantai atas, dimana kini nasib Ia dan keluarganya sedang dipertaruhkan.

Brakkkk...

Tanpa sopan--mungkin itu tak perlu Jimin menendang pintu kayu bercat coklat didepannya dengan sekali tendangan mengunakan kaki kanannya.

Alhasil menyebabkan satu-satunya mahluk hidup yang berada di dalam ruangan itu tergelonjak kaget atas aksi dadakan Jimin.

Atensi mata Jimin teralih pada pemuda yang juga sedang menatap Jimin intens. Onxy coklat bagai daun dimusim gugur yang berjatuhan itu berkilat tajam bertabrakkan dengan iris sehitam blackpreal milik pemuda dihadapannya.

Jimin melangkahkan kakinya mendekat pada sosok pemuda bersurai hitam legam dengan poni yang disibak kearah kiri, kemeja putih yang dilipat sampai sikut dengan dua kancing atas yang dibiarkan terlepas dengan satu batang rokok yang diapit di kedua belah bibir tipisnya.

'Sosok' itu menghisap satu hisapan terakhir dari batang rokoknya lalu membuang kedalam asbak kotak diatas nakas.

Jimin duduk di tepi ranjang berjauhan dengan pemuda brengsek disampingnya.

Sementara pemuda disamping Jimin menggulum senyum geli melihat kelakuan Gadis manis di sampingnya, yang menurutnya sangat mengemaskan.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan dari keluarga ku. Jeon Jungkok?"

Jimin mengatur nafasnya yang naik turun.

Jeon Jungkook, nama pemuda itu--lagi-lagi tersenyum geli-lebih tepatnya menyeringai.

"Tidak ada yang aku inginkan dari keluargamu Park." Jungkook berujar santai. Tanpa beban.

Jimin memutar kepalanya cepat, menatap Jungkook tajam dengan mata sipitnya yang malah terlihat lucu di mata Jungkook. Jimin melebarkan matanya, apa si brengsek ini tengah bermain-main?

"Keparat. Berhenti mempermainkanku. Apa sebenarnya yang kau inginkan?" Jimin mendesis tajam.

Keparat ini benar-benar membuatnya muak.

"Bukankah sudah kukatakan. Tidur denganku dan akan kupastikan saham perusahaan milik ayahmu kembali. Bagaimana?"

Jungkook mengeser tubuhnya kesisi ranjang, menghimpit tubuh Jimin sambil berujar seduktif ditelinga si munggil lalu mengecup perpotongan leher seharum vanila tak lupa menggigit-gigit kulit selembut bayi itu dengan gemas.

"Brengsek!" Umpat Jimin

Jimin faham arti 'tidur' yang Jungkook maksud. Sialan. Apa Jungkook pikir ia itu jalang murahan yang mau saja mengakang untuknya demi uang? tapi Jimin juga tak tau apa yang harus dilakukannya.

Apakah mengorbankan harga dirinya untuk si brengsek Jeon atau kembali melihat tangisan terluka keluarganya ketika ia sampai dirumah nanti.

Setelah lama berpikir akhirnya Jimin memilih opsi pertama dengan membiarkan egonya lagipun saat ini keluarganya lah yang lebih penting sekarang.

Jimin rela jika harga dirinya harus diinjak-injak oleh iblis berkedok pangeran di sampingnya asal cukup Ia saja yang menjadi korban terakhir keegoisan pemuda iblis ini, tak lagi dengan kedua orangtuanya ataupun adik semata wayangnya.

"Baik. Aku akan tidur dengan mu. Dengan syarat yang kau janjikan tadi. Tapi, jika kau melanggarnya, aku sendiri yang akan membunuhmu dengan kedua tangan ku sendiri."

Dengan sekali tarikan nafas Jimin menyelesaikan ucapannya diam-diam berdoa pada tuhan semoga mau memaafkan keputusannya yang memilih menjadi mahluk hina.

Jungkook tertawa geli dengan ancaman si manis Jimin ucapkan.

"Ahaha. Baiklah Tuan putri. Aku janji.Tapi aku tidak suka melakukannya disini. Terlalu berisik! Aku suka ketenangan, bagaimana kalau kita ke apartemenku?"

"Terserah" Jawab Jimin malas.

"Pilihan yang bagus sayang."

Jungkook mengecup pipi Jimin lalu menggangkat tubuh kecil itu ala bridal style menuju parkiran mobil.

Dan saat itulah Jimin tau jika ia sudah keluar dari jalan kehidupannya dan besok mungkin hidupnya takkan sama seperti semula lagi.

TeBeCe

Janlup votementnya tyank:*

Copyright by: Chimtexzs_

PATHWAY →Kookmin! [Gs]←Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang