|10|

857 108 6
                                    

Sudah satu bulan Jimin tak bertemu dengan Jungkook. Jimin tak tau apa yang tengah pemuda itu lakukan sekarang.

Tidak. Jimin tidak rindu sungguh. Hanya saja perasaannya sering gelisah jika memikirkan pemuda bergigi kelinci itu.

"Hueekk.."

Jimin kembali mencondongkan tubuhnya ke wastafel saat rasa mualnya itu datang lagi. Ini bukan kali pertama Jimin merasa mual dipagi hari tapi sudah dua hari langsung. Dan dua hari itu juga Jimin tak pergi bekerja. Selain mual yang dialami, tubuhnya pun terasa lemas sekali walau hanya berjalan kearah pintu.

Pagi ini Jimin juga tiba-tiba merasa mual lagi padahal semalam ia tak memakan apapun. Jimin hanya memakan bubur buatan Seokjin– Ya, kemarin malam Seokjin dan pacarnya datang mengejuk dirinya dan segelas susu lalu meminum obat dan kembali tidur.

Ah sial. Perutnya perih sekali sekarang karna ia terus menerus mengeluarkan cairan berwarna bening. Jimin membasuh area sekitar mulutnya dengan air lalu berjalan keluar dari kamar mandi setelah dirasa agak mendingan.

Jimin berjalan mengambil sweater dan tas selempangnya yang ia simpan di atas meja nakas. Jimin sudah tidak kuat lagi hari ini ia akan pergi ke dokter berharap penyakitnya segera sembuh setelah diberi obat resep dokter.

Setelah dirasa sudah lengkap, Jimin mulai melangkahkan kakinya keluar pintu apartement dan langsung mencegat taksi yang melintas dihadapannya.

Taksi itupun berhenti, Jimin segera memasukan tubuhnya kedalam tak lupa memberi tau sang supir untuk mengantarkan ke rumah sakit. Akhirnya taksi itupun pergi membawa tubuh Jimin pergi meninggalkan apartementnya dibelakang.

Jungkook duduk dikursi besarnya, sesekali kerutan ringan akan tampak didahi sexy pemuda berusia 22 tahun itu saat mata bulatnya membaca hasil kerja dari para bawahannya yang kurang tepat.

Jungkook merenggangkan otot-otot disekujur tubuhnya yang kaku. Kepala dan tangannya ia putar-putar. Duduk selama 3 jam diatas kursi dengan bertumpuk-tumpuk berkas diatas meja sedikit banyak membuat ia merasa pegal.

Wajah juga Jungkook terlihat kusut– namun tak mengurangi kadar ketampan sang pemuda Jeon meski lingkaran hitam dibawah kelopak matanya nampak terlihat jelas.

Sudah satu bulan Jungkook begini. Disibukan dengan menyelesaikan proyek-proyek besar dari tender yang ia menangkan bulan kemarin. Sebagai seorang direktur, tentu sudah jadi tanggung jawab Jungkook untuk mengawasi hasil kerja para bawahannya. Meski jiwa dan pikirannya ingin sekali merehatkan diri barang sejenak dari kepenatannya saat ini.

Ditambah Jungkook juga merindukan seseorang yang ia tinggal tanpa kabar diluar sana. Park Jimin, si manis yang begitu Jungkook cintai. Ingin sekali Jungkook memeluk tubuh itu sekedar menghirup wangi aroma tubuh Jimin yang begitu menenangkan sekaligus memabukan untuknya.

Sial, hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat Jungkook rindu setengah mati pada gadis bermarga Park itu. Rasa-rasanya Jungkook ingin meloncat terbang saja ke apartement Jimin. Namun, tumpukan kertas diatas mejanya seolah menampar Jungkook keras bahwa ia tak boleh kemana-mana saat ini.

Jungkook bukan direktur yang akan berbuat semaunya, ia didik keras oleh sang Ayah untuk menjadi pria yang disiplin dan bertangung jawab jadi saat ini yang Jungkook bisa lakukan ialah menerka apa yang sedang wanitanya itu lakukan sekarang? apa ia sudah makan? atau Jimin juga tengah merindukannya? Sial. Bisa stress sendiri Jungkook kalau begini.

Saat tengah sibuk memikirkan Jimin tiba-tiba pintu seseorang mengetuk pintu ruangan Jungkook membuat Jungkook mengalihkan atensinya. Dihadapannya sudah berdiri Kim Yugyeom. Sekretaris kepercayaan Jungkook.

PATHWAY →Kookmin! [Gs]←Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang