|02|

2.2K 319 4
                                    

☆☆
👇👇👇

※ Pathway ※

...

Jimin mengeliat tak nyaman saat sesuatu yang tengah melingkar diperutnya serasa semakin menghimpitnya. Jimin menerjapkan matanya pelan memcoba melihat sesuatu yang tengah melingkar diatas perutnya itu.

Oh. Hanya sebuah tangan.

1


2


Tu–tunggu— Apa? Tanggan.

Dengan kesadaran penuh akhirnya Jimin segera menyikirkan tangan kurang ajar itu dari tubuhnya. Diliriknya pemuda yang masih tertidur damai seolah tak merasa terusik akibat kelakuannya itu Namun, pertanyaannya kenapa ia disini? dan kenapa ia bisa satu ranjang dengan Ehm–Jeon Jungkook.

Sial. 10 detik merenung sekarang Jimin ingat alasan kenapa ia ada disini dan berada satu ranjang dengan pemuda brengsek disampingnya.

Itu karna malam dimana ia mendesah pasrah untuk Jeon Jungkook layaknya jalang-jalang diluaran sana dan secara tak langsung Jimin telah menyerahkan mahkota paling berharganya juga yang akan ia berikan pada calon suami masa depannya nanti.

Astaga. Jimin akan meminta maaf untuk calon suami masa depannya nanti karena ia bukanlah yang pertama untukknya.

Ya tuhan. Sekarang Jimin merasa jijik pada dirinya sendiri betapa kotornya ia sekarang bahkan hewan hina sekalipun tak sebanding dengan dirinya yang berdosa ini.

Tapi, Jimin tak punya pilihan lain selain dengan membiarkan Pria yang sedang terlelap disampingnya itu mengambil salah satu aset paling penting dalam hidupnnya.

Jimin hanya bisa terdiam kaku. Matanya menatap kosong dengan satu tetes air mata yang jatuh dari pelupuk mata kanannya.

Jimin menyesal seharusnya ia bisa berpikir lebih cerdas lagi bukan malah berkabut pada emosi sesaatnya. Tapi, itu semua sudah terlambat untuk Jimin sesali karena bukti dari dosa takkan mudah untuk dihapus. Begitupun dengan hatinya.

"Arrrrggghhhhh" Jimin mejambak rambutnya kuat.

Kepalanya terasa pusing dan berputar-putar.

Jika sudah begini lebih baik Jimin pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya sebersih mungkin. Meski Jimin tau percuma saja, nyatanya bekas tanda keungguan diseluruh tubuhnya itu  takkan mungkin hilang dalam sekejap.

Dengan hati-hati Jimin seret kakinya pelan menuju pintu kamar mandi yang berada disudut kamar.

Ceklekkkk...

Selanjutnya hanya bunyi shower yang terdengar merendam suara isakan tangisnya didalam sana.

Min Yoongi bergerak resah dibalik meja kerjanya. Saat ini pikiran pemuda berkulit pucat itu tak bisa fokus dirinya tengah dilanda rasa khawatir dan hanya satu orang yang bisa membuatnya sampai seperti ini. Siapa lagi kalau bukan Park Jiminlah penyebabnya.

Satu-satunya wanita yang bisa membuat seorang Min Yoongi bertekuk lutut padanya.

Jujur saja Yoongi tak bisa tenang saat malam tadi dimana orang suruhannya mengatakan jika wanitanya nekat menemui Jeon Jungkook.

Pikiran negatif mulai memenuhi otak Yoongi karna dia tau selicik apa bajingan bernama Jeon Jungkook itu. Pemuda picik yang tak kenal hati. Tumpukan berkas yang menumpuk diatas mejanya pun sengaja Yoongi abaikan, pikirannya saat ini hanya dipenuhi satu nama yang sejak semalam tak mengangkat telepon ataupun membalas pesannya. Membuat Yoongi khawatir takut terjadi sesuatu dengan wanita yang dicintainya itu.

Yoongi sudah bertekad dalam hidupnya jika ia akan melindungi Park Jimin walau nyawanya sendirilah sebagai taruhannya. Cukup dengan satu kali Yoongi merasakan kegagalan kali ini pemuda berusia 25 tahun itu akan pastikan jika ia takkan kecolongan lagi.

Tringgg

Suara lonceng berbunyi tanda seseorang berkunjung datang kecaffenya. Dengan cepat Yoongi berlari mendekati sumber suara berharap jika itu adalah seseorang yang diharapkannya.

Namun sepertinya dewi fortuna belum berpihak padanya karna nyatanya Kim Namjoonlah yang sekarang sedang berdiri didepan kasir.

"Oh. Hai Hyung" Sapa Namjoon sambil melambaikan tangannya.

Yoongi mengyerngitkan keningnya saat melihat bibir pemuda bersurai blonde dihadapan itu nampak seperti ingin mengatakan sesuatu namun diurungkan.

"Ada apa?" Tanya Yoongi.

"Anu Hyung. Apa Seokjin Noonna ada?"

"Untuk apa kau ingin tau dimana keberadaan sepupuku?" Tanya Yoongi penuh selidik.

Bukannya menjawab Yoongi malah bertanya balik membuat Namjoon memutar mata jenggah.

"Oh ayolah Hyung. Aku ini pacarnya Seokjin Nunna?"

"Tapi aku belum merestuimu! Ingat"

"Hyung kau tak bisa seperti ini padaku!" Teriak Namjoon kesal pada sosok Yoongi yang kembali masuk keruangan kerjanya.

Blamm

Pintu ditutup dengan cara yang tak biasa oleh Yoongi guna merendam gerutuan seorang Kim Namjoon diluar sana.

Yoongi mengajak tubuhnya untuk duduk kembali dibalik meja, mata sipitnya kini tengah mengamati handphonenya yang sengaja ia letakkan ada diatas meja.

Berharap ada kabar seseorang yang dinantikannya. Belum ada lima detik mengamati benda persegi empat itu kini bergetar tanda sebuqh pesan masuk.

Drttt.. Drtt..

Dengan cepat Yoongi ambil benda persegi empat itu, ternyata hanya sebuah pesan suara dari nomber asing.

Bahunya mengindik acuh lalu jemarinya menekan tombol play pada layar.

Detik-detik pertama hanya terdengar suara percakapan antara dua orang; laki-laki dan perempuan tapi sepertinya Yoongi cukup mengenali suara si perempuan.

Halus dan lembut sama seperti suara Jimin namun karena belum yakin Yoongi mencoba kembali menajamkan indra pendengarannya.

Dahinya berkerut saat memasuki menit ke dua dengan kasar Yoongi banting handphonenya kearah lantai hingga kaca layarnya pecah.

Yoongi mengepalkan jemarinya wajahnya memerah menahan marah.

"Bajingan" desisnya.

Entah apa isi pesan itu hingga membuat Yoongi semarah ini yang jelas sekarang Yoongi ingin sekali menghajar si pengirimin pesan itu sekarang juga.

TebeCe

23 April 2018
Sebelumnya makasih banget buat yang udah ninggalin jejak dicerita ini. Jeonmal Kamshamnida~ (bungkuk)

Votemennya say;*

PATHWAY →Kookmin! [Gs]←Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang