5 - Kesempatan terakhir

13 1 0
                                    

           Dengan tampilan seadanya Laudy langsung bergegas menuju alamat yang ditunjukkan Bulan. Dia tak tahu apa yang terjadi , yang ia takutkan adalah bila sesuatu terjadi pada Bulan. Ia berlari ke garasi untuk mengambil motornya.

" Oh ya , kunci motornya. "

         Laudy kembali ke kamarnya untuk mencari kunci motornya. Ia masih ingat kalau kemarin kunci itu ditaruhnya di dalam saku jaketnya. Namun , jaket itu kini tak ada di kamarnya. Ia sangat kesal , saat situasi runyam seperti ini , masalah malah datang.

" Mams , jaket doraemonku kemana ya ?" tanya Laudy sambil membuka pintu kamarnya.

" Di cuci Dy. " jawab ibunya dari arah dapur.

" Lho , di dalam saku jaketku ada kunci motornya!" balas Laudy kesal.

" Tenang , kunci motormu ada di atas meja makan."

         Laudy berlari , saat ia melihat kunci motornya tergeletak , dia langsung mengambil kunci itu dan berlari ke garasi. Tak dihiraukannya ibunya yang sedang sibuk di dapur. Bahkan dia juga tak sempat berpamitan pada ibunya. Yang ada di pikirannya hanya Bulan.

" Brum..brum.." suara mesin motor menyala.

" Alhamdulillah , akhirnya. " ucap syukur Laudy.

          Laudy langsung memacu motornya keluar dari garasi. Ia langsung meninggalkan rumahnya , tanpa menyadari bahwa pagar rumahnya tidak terkunci. Di depan sebuah pertigaan , seorang penjual nasi goreng melintas di depannya sambil membawa gerobak. Laudy yang memacu motornya dengan kecepatan tinggi terpaksa menabrak orang itu.

          Gerobak roboh , dan Laudy pun terseret bersama dengan motornya. Dalam suasana kaget dan khawatir ia mencoba berdiri. Namun , dia merasa kakinya sakit sekali. Mungkin karena tertindih sepeda motor , kakinya terkilir atau bahkan luka.

          Pemilik gerobak yang ditabrak Laudy selamat. Namun , ia juga syok atas kejadian itu. Dia menghampiri Laudy dan berusaha membantu Laudy. Diangkatnya motor Laudy pelan-pelan dan pada akhirnya Laudy dapat berdiri walau dengan susah payah. Pergelangan kaki Laudy memperlihatkan warna biru keunguan. Mungkin benar , kakinya terkilir.

" Mbak gak kenapa-napa ?"

" Gapapa pak. Bapaknya gak apa-apa?"

" Gak papa mbak. Mbak , kakinya memar lho , saya bantu obatin dulu."

" Gak usah pak. Saya buru-buru. Oh ya, kerusakan gerobak bapak bakalan saya ganti kok. Saya kasih nomor HP saya aja ya pak  ?"

" Gak usah mbak. Nggak apa-apa."

" Lho , kok gitu pak ? Beneran pak , saya bakalan ganti."

" Udah mbak , mbak lanjutin perjalanan aja."

" Oh , ya udah pak. Maaf banget ya pak."

" Iya mbak."

                             ****

            Bulan masih disana. Duduk di pinggir jalan , sambil meratapi kepergian Rey. Tak disangka , seseorang yang baru saja bersamanya harus pergi secepat itu. Yang paling disesalkan adalah perasaan Rey yang belum sempat tersampaikan untuk Laudy.

         Bulan bingung , dalam suasana kalut dia tak tahu harus berbuat apa. Apa yang harus dikatakannya pada Laudy ? Bagaimana perasaan Laudy kalau tahu Rey meninggal ? Apakah cinta setragis itu ?

" Bulan ! " teriak Laudy pada Bulan.

Bulan hanya menoleh pada Laudy tanpa menjawab sepatah kata apapun.

BULAN SAKTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang