35. Pulang

5K 382 47
                                    

Alhamdulillah...
Setelah pulih dari sakit, bisa lanjut selesein draf part ini (yang padahal udah dicicil dari kapan taun).
Terimakasih untuk yang sudah bersabar ya shalih shalihah.... barakallah.^^

♡♡♡♡♡♡♡

"Mas. Aku kok kangen Aqila ya..."

Dahi Zaky berkerut kerut. Di tengah kencannya malam Minggu ini, sempat-sempatnya bayangan Aqila yang mampir di pikiran Aisy.

"Kan bulan lalu baru ketemu..." Zaky mengusap bekas kuah pempek di bibir Aisy dengan lembut. Sejam lalu Aisy berhasil merayunya untuk makan pempek langsung di tempatnya. Yang semula ditolak Zaky, karena harus memikirkan Aisy yang berjalan lumayan jauh melewati gang sempit yang mobil tidak dapat masuk.

"Iya sih... tapi kan bentaran aja. Cuma mampir karena mas Rudi ada urusan di Banjarmasin. Nggak nginep juga..."

Jemari Zaky mengusap perut buncit Aisy. Enam bulan setengah kini usia janinnya. "InsyaAllah. Kalau nanti debay kita udah lahir dan bisa dibawa jalan-jalan ya... kita main ke Palangkaraya."

Wanita dengan pipi mulai tembam itupun mengangguk riang. "Bener yaa..."
Zaky tertawa pelan dan menganggukinya.

Di menit selanjutnya, ekspresi Aisy sudah berganti, "Mas. Mas nggak malu gitu jalan sama aku?" Tanya Aisy. Tiba-tiba. Pandangan matanya berkeliling. Pengunjung yang sebagian besar muda-mudi berpasangan menjadi tontonan tak terelakkan.

Zaky mengangkat kedua alisnya. Kalau tiba-tiba begini sih, pasti karena ada yang mengusik hati istrinya. "Kok nanyanya gitu?"

Aisy meneliti Zaky sekali lagi. Bukannya makin berkurang kegantengannya, yang ada malah sebaliknya.

Padahal, saat Aisy mengajaknya malam mingguan tadi, Zaky baru pulang dari meeting dengan Said. Dan sekalipun lengan kemeja maroonnya sudah tergulung sampai siku, ia tetap menjadi tatapan yang menarik. Terlebih untuk gadis-gadis yang berbisik sumbang. Mendadak, nafsu makan Aisy lenyap.

"Pulang yuk..."

Zaky ternganga. "Eh? Lho? Kok?"

Aisy mengemas ponsel dan dompetnya ke tas selempang kecilnya.

"Ini Pempek kamu belum abis lho, Ai."

Lho lho. Zaky setengah panik melihat wajah sendu Aisy, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku mau pulang...." lirihnya.

"Iya-iya. Kita pulang."

***

Zaky menangkap lengan Aisy, tepat sebelum membuka pintu mobil yang telah terparkir manis di garasi. "Jadi... kenapa tadi tiba-tiba minta pulang dan sepanjang jalan mengabaikanku?"

Aisy menggeleng. Pandangannya turun ke lutut.
Zaky menghela udara. Jemarinya berpindah menggenggam tangan Aisy. "Ai. Aku tidak cukup lihai menebak sesuatu bila kamu malah mengabaikanku. Tapi bila aku emang ada salah. Aku minta maaf."

Aisy menggeleng cepat. "Bukan Mas yang salah..."

"Lantas?"

Sedetik.
Dua detik.
Tiga detik.
Bahu Aisy malah naik turun. Terisak. Katakanlah memang dia cengeng.

Lho lho lho... malah banjir? Serta merta Zaky mendekap Aisy. Mengusap punggungnya dengan lembut. "Sssssh.... sudah... sudah.... kok malah nangis? Nggak papa deh kalau mau nanti-nanti aja ceritanya."

"Aku cemburu... Aku nyesek tau, Mas?"

Eh? Mendadak Zaky ternganga. Ini seriusan yg di peluknya adalah perempuan yang sama dengan sosok galak yang dulu pernah menghadangnya tahun lalu?

LOVE GUIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang