8 : Menjemput Bidadari (2)

7.3K 474 16
                                    

Karena akhlaqnya yang dapat membuat bidadari cemburu.
Itu yang membuat penjuru bumi terpukau.
Tak terkecuali aku.

(Ahmad Muzaky Firdausi)

***

"Jadi gimana?" Serang Said, sesaat setelah melihat Zaky menghempaskan diri disampingnya. Pertanyaan yang tak bisa ia tahan, apalagi melihat ekspresi wajah Zaky yang ambigu, tak bisa ditebak.

Zaky hanya melenguh. Melirik jam tangan. "Jalan dulu gih. Nanti aja ceritanya, setelah makan ya. Tapi sebelumnya kita nyari masjid dulu, udah mau maghrib."

Said mendengus pelan. Kemudian manut. Menyalakan mesin mobil. Lalu melajukan Land Cruiser bos sekaligus sahabat yang sudah ia anggap layaknya saudara.

Dan kini, setelah panggilan adzan maghrib dipenuhi. Dua lelaki bujang itu memarkirkan Land Cruiser disisi jalan, di depan sebuah warung tenda tak jauh dari masjid yang mereka singgahi untuk menunaikan sholat maghrib tadi.

Rasanya kontras sekali melihat tampilan dua bujang yang duduk tepat di seberang rak hidangan ini dengan pengunjung lainnya.

Mereka berdua mengenakan setelan kemeja dengan celana bahan. Sekalipun lengan kemeja telah tergulung hingga siku. Dengan tampilan mereka yang ala eksekutif muda ini biasanya nongkrongnya di cafe atau resto. Bukan di warung pinggir jalan yang bila hujan tiba, pengunjungnya akan sulit membedakan mana kuah soto mana air hujan.

Tapi mereka tentu tak seborju itu. Mereka masih seperti bertahun lalu ketika masih masa kuliah. Menjadi bujangan yang enggan repot pada asupan. Yang penting halal. Sampe mereka menemukan sosok yang dapat mereka halalkan yang pandai menjadikan makanan tidak hanya halal. Namun juga tayyib, baik. Halalan tayyiban, plus ajiiiiib.

"Hah? Jadi bakal calon mertuamu itu Pak Irfan? client kita yang baiknya nggak ketulungan itu? Dan lagi, berarti biodata yang pernah dikasih pak Irfan itu.... biodata Aisy??" Said memulai jurus keponya seketika setelah Zaky menyelesaikan penjelasannya.

Zaky melenguh pelan. Kemudian mengangguk. "Ya... begitulah..."

"Dan besok beliau mau ke Banjarmasin. Sekalian ngajak jum'atan di masjid An-Nur, yang deket Meet House itu," sambung Zaky. "Kayaknya dari sana 'ujian' buat ane bakal berlanjut..."

"Disuruh ngimamin atau ngasih kutbah jum'at kali tuh..." celetuk Said ngasal. Tapi berhasil membuat alis Zaky menyatu.

Zaky bukan pesimis. Karena ia pun sudah beberapa kali menggantikan imam masjid didekat kantor pusatnya di Palangkaraya ketika jum'atan. Tapi masa iya itu ujiannya?! Sementara om Irfan sudah tau hal itu dari lama.

"Belum tau lah.. aku nggak mau menduga-duga hal yang belum pasti ah," jawab Zaky dengan ringan.

"Ck... kalau aja saat itu kamu nggak nolak biodata yang dibawa pak Irfan. Pasti jalannya bakal semulus tol ya..."

"Hus. Istighfar!!" sungut Zaky mendengar penuturan ngaco Said. "Mana boleh kita berandai-andai, Id. Segala sesuatu udah Allah tentuin jalannya..."

"Iya.. iyaa... maaf... maaf. Astaghfirullah." Segera lafaz istighfar meluncur dari bibir Said ketika menyadari kekonyolannya.

"Mampir ke rumah bang Faris dulu nggak kita nih?" Tawar Zaky.

"Nanti lah. Lagi males jadi bahan bully kalian."

Zaid tertawa. "Nggak bakal parah juga. Palingan ditawarin jodoh... rencananya kan dia mau jodohon kamu sama temen istrinya."

"Nggak usah repot-repot lah kalian. Lebih baik balik dan nyelesein laporan evaluasi bulanan. Yang gagal gue selesein gara-gara ada yang nyulik buat nemenin ngelamar pujaan hati," gerutu Said setengah menyindir.

LOVE GUIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang