Two

12.4K 816 64
                                    

Tamara menghentikan candaanya dengan Dinda saat ia mendengar Rara, cewek berkacamata yang duduk dua meja di depan Tamara berbicara tentang kejadian di ruang musik semalam dengan suara yang cukup kuat.

"Sumpah, gue lihat dengan mata kepala gue sendiri kalo semalam Tamara masuk ke ruang musik, terus gak berapa lama keluar sambil celingak celinguk kayak mau pastiin situasi gitu terus dia lari cepat cepat, takut ketahuan mungkin."

Dinda yang melihat perubahan air muka sahabatnya itu langsung menanggapi ucapan Rara.

"Terus maksud lo Tamara pelakunya?"

"Ya, bisa jadi."

"Mana bukti kalo memang dia pelakunya?" Tamara menggenggam lengan Dinda, bermaksud untuk menyuruhnya menyudahi argumen yang menarik perhatian anak-anak yang berada di kelas.

"Gue memang gak punya bukti, tapi soon gue pasti bisa buktiin kalo emang dia pelakunya."

"Halah bacot doang lo besarin."

Rara menahan niat dia untuk membalas perkataan Dinda karena Pak Indra sudah memasuki kelas, pertanda jam istirahat telah berakhir.

"Ntar pulang bareng gue yuk." Bisik Dinda kepada teman sebangkunya itu disela pelajaran Kimia.

"Gausah Din, kan biasanya juga gue pulang naik angkot."

"Aduh mana bisa gue biarin lo naik angkot sendirian disaat ada pelaku kejahatan disekitar sekolah, kalo ada apa apa sama lo gimana?"

"Ih lo mah ngedoain gue kenapa kenapa itu namanya."

"Yakan gue cuman bilang. Jadi gimana? Pulang sama gue ya, biar ntar gue bilangin ke Pak Min anterin lo pulang dulu."

"Yaudah deh terserah aja."

"Okay."

Disanalah mereka sekarang, dimobil bersama dengan Pak Min selaku supir Dinda menuju rumah Tamara.

"Eh Din lo tau gak sih, kak Dio kabarnya lagi dekat sama kak Tasya."

"Loh bukannya dia lagi dekat sama lo ya Tam?"

"Ya gitu deh Din, gue kira dekatnya sama gue doang ternyata doi dekat sama semuanya. Kemarin gue basa basi bilang ke kak Dio kalo kak Tasya itu cantik terus dia jawab iya memang terus malah dia lanjut ngepuji kak Tasya, coba deh lo pikirin apa gak sakit hati gue dengernya."

"Yah cowo kayak gitu mah gapantes untuk lo sukain, bagus lo cari yang lain deh. Itu tuh, si Rangga anak kelas kita ganteng juga kok."

"Ganteng sih, tapi ingusan gitu anaknya, males gue."

"Kenapa emangnya?"

"Yakali kalo gue jadi ceweknya ntar kerjaannya ngelapin ingus doi mulu."

"Ih jorok lo."

"Lo duluan yang mulai."

Akhirnya perjalanan tersebut diisi oleh candaan kedua sahabat tersebut.

ObsessedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang