Keesokan harinya Tamara lebih memilih beristirahat di rumah daripada pergi sekolah, karena ia butuh mengistirahatkan pikirannya sejenak.
Sekitar jam 11 siang hp Tamara berbunyi menandakan ada telepon masuk dan tertera nama Dinda disana.
"Halo, ada apa Din?"
"Tam lo harus tau, tadi di sekolah gempar banget ada orang pake pakaian serba hitam sambil bawa pistol terus tembak-tembakin pistolnya kesembarangan arah gitu, sampe ada beberapa orang yang luka-luka tapi nggak parah sih, itu orang lincah banget udah di kejar nggak dapet, terus lo tau gak sih waktu di cek di dalam tas anak-anak, ada hoodie sama jeans hitam di dalam tas Rara tapi orangnya gak tau kemana, waktu dicariin dia ternyata ada di ruang OSIS, tapi dia gak sendirian, dia berdua sama mayatnya kak Tasya, cewek yang katanya lagi dekat sama kak Dio. Ada bekas tembakan gitu di mata, kening, sama dada kak Tasya, parah banget gak sih itu ya ampun."
"Serius lo Din?"
"Ngapain gue bohong? Sekolah dipulangin lebih cepat hari ini terus juga seminggu kedepan sekolah di liburkan, sementara si Rara gue denger sih tadi dibawa ke rsj untuk ngecek kejiwaannya sebelum masalah ini dibawa ke polisi."
"Depresi kali tu orang ya."
"Iya mungkin, soalnya gue dengar-dengar keluarga dia lagi ada masalah gitu, jadi mungkin dia depresi gara gara itu. Yaudah deh gue cuma mau infoin itu doang sih, gue mau mandi dulu nih, see you next week Tamtam."
Satu minggu telah berlalu, suasana kelas terlihat lebih sunyi dari biasanya, bagaimana tidak? Dari keseluruhan murid ada tiga puluh enam orang yang datang hanya delapan belas orang. Hal tersebut bukan hanya terjadi di kelas Tamara saja, disetiap kelas tidak ada murid yang hadir lebih dari dua puluh orang sehingga membuat sekolah lebih sepi dari biasanya.
Siapa sangka Rara yang dikira masuk rehabilitasi hadir di sekolah hari ini dengan tampang urak-urakan. Rara tidak melepaskan pandangannya dari Tamara dan Dinda, ia memandang mereka dengan tatapan lelah yang penuh dendam sambil menggumamkan sesuatu, Tamara memperhatikan gerak bibir Rara yang ternyata hanya menggumamkan satu kata berulang-ulang.
Pembunuh...
Pembunuh...
Pembunuh...
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed
Mystery / ThrillerApa yang kamu rasakan ketika ada seorang pembunuh yang sedang berkeliaran di sekolah dan ternyata ia terobsesi denganmu?