Ketika anak-anak lain turun menuju lapangan, Tamara bergegas naik ke rooftop sekolah. Anak tangga yang lumayan banyak membuat Tamara ngos-ngosan hingga ia perlu menunggu napasnya kembali normal baru ia membuka pintu rooftop.
Tamara melihat sekeliling dan tidak menemukan sosok Dio disana, ia berniat untuk duduk sembari menunggu kedatangan Dio namun suara teriakan orang-orang yang berasal dari lapangan membuatnya penasaran dan bergegas melihat keadaan di bawah dari ujung rooftop.
Ia sangat kaget ketika melihat kak Dio terlentang di lapangan dengan darah segar mengalir dari kepalanya. Seorang cowo yang melihat keberadaan Tamara di atas gedung tempat Dio terjatuh tadi langsung berteriak kepada teman temannya.
"Lihat, disana ada Tamara, udah pasti dia yang dorong kak Dio ke bawah."
Tamara tak perduli tengan teriakan teman temannya yang terdengar sampai rooftop, ia hanya duduk disana sambil menangis melihat orang yang dikaguminya selama ini tak akan bisa dilihatnya lagi.
Tamara tak berpindah sedikitpun hingga Dinda dan para guru datang menghampirinya ke rooftop. Dinda langsung memeluk Tamara untuk menenangkannya.
"Kamu sudah tertangkap basah telah mendorong siswa dari sini!"
Tamara hanya menangis tanpa mau membela diri.
"Kami tidak bisa lagi membiarkanmu tetap berada disini dan membunuh siswa yang tidak bersalah, mulai hari ini kamu dikeluarkan dari sekolah!"
"Maaf Pak, saya sebagai teman Tamara gak terima kalo bapak ngeluarin dia dari sini. Pertama, bapak bukan kepala sekolah yang berhak mengeluarkan siswa dan kedua, belum tentu Tamara yang menjatuhkan Dio dari sini, bisa aja dia dijebak sama orang yang gak bertanggung jawab. Ketiga, mengeluarkan siswa secara tiba tiba saat keadaan seperti ini malah akan membuat jelek nama sekolah kalau orang tau pelakunya adalah muridnya sendiri. Tolong bapak pikirkan kembali keputusan bapak."
Pak Andre selaku guru penjas yang sedang ada di TKP saat Dio jatuh nampak menimbang keputusan dan akhirnya ia menyuruh Dinda membawa Tamara ke UKS.
"Udah mendingan Tam?" Tanya Dinda setelah ia memberi Tamara segelas air, yang hanya dibalas dengan anggukan kecil oleh Tamara.
"Bagus deh kalo lo udah mendingan. Gue yakin banget bukan lo pelakunya, karena tadi gue ga ada ngelihat Rara waktu pelajaran Penjas."
"Ternyata bener firasat gue kalo Rara pelakunya."
Tamara bangkit dari ranjang UKS dan berjalan cepat menuju kelasnya.
"Tam, lo mau kemana? Tungguin gue!" Dinda pun menyusul Tamara dengan berlari.
Tamara langsung menggebrak meja Rara yang sedang berbicara dengan teman temannya.
"Heh apa maksud lo datang-datang mukul meja gue?"
"Lo kan pelaku dari semua pembunuhan disekolah ini? Lo tau kan kalo tadi gue mau jumpaan sama kak Dio di rooftop terus lo ambil kesempatan buat ngedorong kak Dio dari atas bertepatan dengan gue nyampe disana sehingga kesannya gue yang jatuhin kak Dio, iya kan?!"
"Apaan sih lo? Gausah buat drama ya tolong, anak-anak juga pada tau kalo lo yang jatuhin kak Dio, gak mungkin bisa kebetulan banget lo disana saat kak Dio jatuh, kalaupun orang lain yang melakukannya gimana bisa lo gak lihat orang itu di rooftop?"
"Alah gausah ngelak deh lo, buktinya waktu kejadian lo gak ikut pelajaran penjas kan? Kemana lo kalo bukan ke rooftop?"
"Gue ke kamar mandi."
"Gamungkin lo lama banget dikamar mandi mulai dari sebelum kejadian sampe sesudah kejadian."
"Gue berak, lagian apa hubungannya sama lo sih."
"Ya jelas ada hubungannya sama gue dong, gara-gara lo gue terancam dikeluarin dari sekolah."
"Lo kok ngotot sih!" Ucap Rara sambil mendorong bahu Tamara dan dibalas toyoran oleh Tamara kepada Rara. Perkelahian pun tak bisa dihindarkan sehingga guru-guru turun tangan untuk memisahkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed
Mystery / ThrillerApa yang kamu rasakan ketika ada seorang pembunuh yang sedang berkeliaran di sekolah dan ternyata ia terobsesi denganmu?