Chapter 16

11.8K 766 1
                                    

"Kau gila apa?!" Edmund segera berjalan menghampiri Ella, yang sedari tadi dia perhatikan dari kejauhan sedang berbahagia dengan teman laki-lakinya.

"Tunggu. Biar aku ambilkan P3K." Tristan segera keluar dari dapur.

Ella hanya bisa meringis menahan sakit yang dia rasakan di sekitar telapak kaki kanannya.

Edmund segera menggendong Ella dan membawanya untuk duduk di kursi.

"Hey! Kau mau apa?!" Ella bertanya saat dirinya sudah berada dalam gendongan Edmund.

"Tentu saja menolongmu! Apa kau tak lihat luka yang ada di kakimu?!"

Ella langsung bungkam saat menerima kemarahan Edmund. Kenapa juga laki-laki itu yang marah, padahal yang terluka disini adalah dirinya?

Saat Tristan sudah kembali, dia meletakkan P3K di sebelah Edmund.

"Minggirlah. Biar aku yang mengobati..."

"Kau mau mati atau apa?! Kau yang sudah membuat Ella seperti ini! Lebih baik kau urus saja pecahan yang ada di dapur!" Edmund tau itu sangat tidak sopan. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sudah sangat emosi sekarang ini.

Untung saja Mr. dan Mrs. Julian ada di atas, sehingga tak mendengarkan kata-katanya yang kasar pada anaknya.

Edmund segera mengeluarkan alkohol dan kapas. Dia meneteskan alkohol pada kapas lalu menyentuhkannya pada kaki Ella.

"Perih, bodoh!" Ella teriak.

"Lalu kau mau bagaimana?!"

"Bisa-bisanya kau seperti anak kecil. Mana ada orang dewasa bermain seperti itu!" Edmund terus mengomel dan mendecakkan lidahnya.

Edmund mengeluarkan perban lalu membungkus kaki Ella dengan perban.

"Hati-hati, Ella." Edmund menghembuskan napasnya, berusaha menormalkan segala emosi yang bergejolak di dadanya.

"Aku tak ingin kau terluka."

Entah kenapa, Ella bisa merasakan jantungnya berdebar kencang mendengar perkataan Edmund.

"Ayo pulang. Biar kuantar." Ella menganggukkan kepalanya.

Sebelum itu, Edmund harus menunggu di pojokan karena Ella masih bercakap-cakap singkat dengan Tristan.

Sebenarnya Tristan ingin agar dirinya yang mengantar Ella. Tapi mau bagaimana? Dia pasti akan menyulut emosi Edmund kembali.

"Apa tak apa-apa jika aku tak berpamit pada Michael dan Vina?"

"Tidak apa-apa, El. Kau justru akan membuat orang tuaku khawatir jika mereka tau kau terluka."

Ella menghela napas.

"Baiklah."

"Hati-hati di jalan, El." Ella mengangguk-anggukkan kepalanya lalu tersenyum kecil.

Edmund mendekati mereka berdua lalu berjongkok dan menggendong Ella.

"Hey! Turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri."

"Tidak, kau lebih baik tidak usah berjalan sekarang." Edmund tetap menggendong Ella sampai mereka tiba di mobil.

Edmund mendudukkan Ella di kursi depan.

Edmund menyetir mobil dengan kecepatan stabil. Sesekali dia menengok ke sebelah kiri, hanya untuk mengecek keadaan perempuan itu.

Ingin dirinya mengajak bicara Ella, tapi dia tidak menjalankan keinginannya itu. Dia lebih memilih untuk menempuh perjalanan ini dalam keheningan. Dia takut mereka bertengkar lagi jika mereka saling berbicara sekarang.

Beberapa menit kemudian, mobil Edmund sudah terparkir tepat di depan rumah Ella.

"Besok tak usah bekerja."

"Lalu apa? Kau akan menyuruhku untuk lembur keesokan harinya?"

"Tidak, Ella. Istirahatlah di rumah. Aku tak akan meminta yang aneh-aneh."

Edmund mematikan mesin mobil, lalu berjalan keluar dari mobilnya.

Dia membuka pintu mobil Ella, lalu bersiap-siap untuk menggendong Ella.

"Jangan menggendongku lagi! Sudah aku bilang, aku bisa berjalan sendiri!" Dengan terpaksa, Edmund mengijinkan Ella berjalan sendiri. Dia bisa melihat perempuan itu yang berjalan agak terpincang-pincang.

Ella mencari-cari kunci rumah yang ada dalam tasnya, lalu membuka pintu.

"Kurasa kau bisa pulang sekarang."

"Mmm."

"Pergilah."

"Ella..."

"Apa?"

"Bisa kau lakukan sesuatu untukku?"

"Apa?"

"Jangan... Jangan terlalu dekat dengan laki-laki lain." Edmund mengatakan itu dengan suara serak. Entah kenapa, dia ingin saja mengatakan itu.

"Masuklah. Sudah malam." Ella menganggukkan kepalanya.

Tiba-tiba, Edmund mendekatkan kepalanya ke Ella, lalu mengecup bibir perempuan itu singkat.

"Selamat malam, Ella." Edmund tersenyum singkat lalu melangkahkan kakinya keluar dari teras rumah Ella, meninggalkan Ella yang terdiam kaku di depan rumahnya.

***

"Ella?" Saat dia baru saja menutup pintu, dia mendengar suara ibunya.

"Hey, Mom."

"Hey. Kenapa wajah anak Mom seperti itu? Apa terjadi sesuatu?"

"Tidak, Mom."

"Bagaimana kabar Vina? Apa dia baik-baik saja?"

"Iya. Dia mencarimu tadi." Beatrice mengangguk-anggukkan kepalanya senang. Jujur saja, dia sudah merindukan sahabatnya itu.

"Tunggu. Ella! Apa yang terjadi pada kakimu?" Ibunya baru saja melihat ke bawah dan melihat keadaan kaki anaknya yang di perban.

"Aku tidak apa-apa, Mom. Tenang saja."

"Apa yang terjadi?"

"Tadi Tristan tak sengaja menyenggol gelas yang ada di meja, dan pecahan gelasnya terkena kakiku. Hanya begitu, Mom. Tapi tenang saja, aku tak apa."

"Oh, iyakah? Kenapa kau tidak berhati-hati?"

"Mom, tak usah khawatir. Ini hanya kecelakaan kecil." Ella memasang wajah tersenyumnya sebaik mungkin, walaupun sekarang dirinya lelah dan hanya ingin tidur.

"Baiklah. Kurasa kau butuh istirahat, Ella. Besok Mom akan membantumu membersihkan lukanya."

"Baiklah, Mom. Selamat malam." Ella menunduk sedikit untuk memeluk dan mengecup pipi ibunya singkat, lalu berjalan masuk ke kamar.

Next update: tomorrow 👜

Lovely Angel [LS #3] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang